Homili 27 Juli 2015

Hari Senin, Pekan Biasa XVII
Kel. 32:15-24,30-34
Mzm. 106:19-20,21-22,23
Mat. 13:31-35

Bersyukurlah kepada Tuhan sebab Ia baik

Fr. JohnKalau kita berada di hadirat Tuhan dan menghitung segala kebaikan-Nya maka kita sendiri akan mengalami kesulitan untuk menghitung semua kebaikan Tuhan itu. Kita akan kehabisan angka-angka, dan kata-kata untuk mengatakan bahwa Tuhan kita baik karena Dia memang mahabaik bagi kita. Bangsa Israel merasakan kasih dan kebaikan Tuhan dalam perjalanan di padang gurun dan kaki gunung Sinai. Tuhan berkali-kali menunjukkan kasih dan kebaikan-Nya kepada mereka, menyadarkan mereka untuk mengenal dan mengasihi Tuhan lebih dari segalanya. Pertanyaan kita adalah mengapa mereka harus mengasihi Tuhan? Karena Tuhan selalu baik dan merupakan sumber kebaikan bagi mereka semua. Tuhan juga menguji kesetiaan bangsa Israel setelah mengikat perjanjian dengan mereka melalui Musa. Apakah umat Israel setia dalam perjanjian dengan Tuhan? Apakah kita saat ini juga setia dalam menghayati janji-janji kita?

Di dalam bacaan pertama, kita mendengar bagaimana Musa dan Yosua turun dari gunung Sinai dengan membawa dua loh hukum Allah. Loh-loh yang bertulis pada kedua sisinya; bertulis sebelah-menyebelah. Kedua loh itu ialah pekerjaan Allah dan tulisan itu ialah tulisan Allah, ditukik pada loh-loh itu. (Kel 32:16). Mungkin dalam pikiran Musa dan Yosua, bangsa Israel menunggu dengan sukacita, ternyata sikap bangsa itu jauh di luar harapan mereka. Mereka mendengar suara aneh dari perkemahan orang-orang Israel. Yosua mendengar suara sorak-sorai bangsa Israel seperti sorak sorai peperangan. Musa sendiri mendengar suara yang bukan nyanyian kemenangan, bukan juga nyanyian kekalahan, melainkan nyanyian berbalas-balasan. Ketika sudah berada di dekat perkemahan, mereka melihat bangsa Israel sedang menyembah berhala kepada seekor anak lembu emas buatan tangan mereka. Musa membantingkan kedua loh itu pada kaki gunung Tuhan, patung anak lembu buatan tangan mereka itu dibakar, digiling sampai halus lalu ditaburkan ke dalam air dan menyuruh orang Israel untuk meminumnya.

Musa meminta pertanggungjawaban Harun atas dosa berat yang sudah dilakukan oleh bangsa Irael. Ternyata selama Musa dan Yosua berada di atas puncak gunung, bangsa Israel menyampaikan permintaan ini kepada Harun: “Buatlah untuk kami allah, yang akan berjalan di depan kami sebab Musa ini, orang yang telah memimpin kami keluar dari tanah Mesir, kami tidak tahu apa yang telah terjadi dengan dia. Lalu aku berkata kepada mereka: Siapa yang empunya emas haruslah menanggalkannya. Mereka memberikannya kepadaku dan aku melemparkannya ke dalam api, dan keluarlah anak lembu ini.” (Kel 32:23-24).

Dosa merajalela di dunia. Umat manusia senang menyembah berhala. Namun Tuhan masih menggunakan manusia untuk menyelamatkan sesamanya. Tuhan sekali lagi menggunakan Musa sebagai tanda pendamaian antara bangsa Israel yang berdosa dengan Tuhan. Musa pun kembali ke atas gunung untuk berbicara tentang pendamaian dan pengampunan dosa bagi bangsa Israel. Musa berkata kepada Tuhan: “Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.” (Kel 32:31-32).

Bahasa yang digunakan Moses sangat diplomatis. Ia adalah sahabat Tuhan dan bisa mengubah hati Tuhan. Inilah reaksi dari Tuhan terhadap sikap tegar hati, tegar tengkuk dari bangsa Israel: “Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam kitab-Ku. Tetapi pergilah sekarang, tuntunlah bangsa itu ke tempat yang telah Kusebutkan kepadamu; akan berjalan malaikat-Ku di depanmu, tetapi pada hari pembalasan-Ku itu Aku akan membalaskan dosa mereka kepada mereka.” Kel 32:33-34). Tuhan menunjukkan pengampunan yang berlimpah kepada kaum pendosa yang bertobat.

Kisah hidup bangsa Israel di hadirat Tuhan membantu kita untuk merenungkan tiga hal penting ini: Pertama, Bangsa Israel masih berada dalam tahap perkenalan dengan Tuhan. Meskipun mereka dibebaskan dari perbudakan di Mesir namun kesadaran untuk mengimani Allah masih sangat terbatas. Mereka jatuh dalam dosa yang besar yakni menyembah berhala, tanda tidak setia kepada Tuhan dan Musa sebagai pemimpin mereka. Kedua, Leadership Musa dikuatkan oleh Allah yang mahabaik, tetapi umat Israel melemahkannya dengan menikmati dosa-dosa mereka di hadapan Tuhan. Ketiga, Allah tetap setia memenuhi janji-janji-Nya. Ia tetap meminta Musa untuk membawa bangsa Israel ke tempat yang sudah ditentukan Tuhan sendiri. Inilah Allah kita yang mahabaik, sabar dan setia kepada umat-Nya. Tugas umat-Nya adalah bersyukur kepada Allah. Apakah anda sudah bersyukur kepada Allah yang mahabaik, setia dan sabar?

Di dalam bacaan Injil, Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya. Ia menghadirkan Kerajaan Sorga dengan contoh-contoh dan perumpamaan sederhana yang mereka rasakan setiap hari supaya membuka pikiran mereka bahwa Allah turut bekerja di dalam hidup mereka. Ia mengumpamakan Kerajaan Allah dengan biji sesawi yang ditaburkan di kebunnya. Memang biji itu yang paling kecil dari segala jenis benih, tetapi apabila sudah tumbuh, sesawi itu lebih besar dari pada sayuran yang lain, bahkan menjadi pohon, sehingga burung-burung di udara datang bersarang pada cabang-cabangnya. (Mat 13:31-320. Daya rohani untuk menumbuhkan biji sesawi adalah Tuhan sendiri. Ia merencanakan dan melakukan di dalam hidup setiap orang yang sederhana. Tuhan Yesus juga mengatakan bahwa Kerajaan Sorga itu seumpama ragi yang diambil seorang perempuan dan diadukkan ke dalam tepung terigu tiga sukat sampai khamir seluruhnya. Dengan sedikit ragi tetapi bisa membuat adonan menjadi besar.

Tuhan Yesus menghadirkan Kerajaan Sorga di hadapan orang-orang kecil, sederhana. Para rasul juga merupakan orang-orang sederhana yang melayani Tuhan dengan sukacita karena mereka mengimani Dia. Dengan jumlah yang terbatas, sederhana tetapi mereka bisa bekerja sebagai utusan-Nya. Mereka bahkan mengubah dunia dengan pekerjaan-pekerjaan mereka karena Tuhan sendiri menyertai mereka hingga akhir zaman. Perumpamaan tentang biji sesawi dan ragi menunjukkan daya dan kekuatan dari Tuhan untuk menghadirkan Kerajaan-Nya. Daya dan kekuatan yang diberikan kepada setiap orang melalui sakramen-sakramen di dalam Gereja. Tuhan memang baik, sungguh baik dan kekal abadi kasih setia-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply