Food For Thought: Pengalaman ditolak

Apakah anda juga pernah ditolak keluargamu?

P. John SDBAda seorang pemuda mendatangiku dengan tatapan kosong. Ia hendak berbicara tentang pergumulan hidupnya di rumahnya. Ia merasa maju kena mundur juga kena ketika berbicara dengan orang tuanya. Ia merasa selalu dipersalahkan. Relasi orang tuanya dengan orang-orang lain begitu baik, sedangkan dia sebagai anak merasa seperti bukan anak mereka. Saya mendengar dan bertanya kepadanya: “Apakah anda juga menolak orang tuamu?” Ia menjawab, “Sekarang ini ada penolakan besar.” Saya mengingatkannya bahwa anak-anak tidak pernah memilih pria dan wanita tertentu menjadi orang tuanya, tetapi orang tua adalah pemberian Tuhan kepada mereka. Saya memintanya untuk mencari waktu dan berbicara dari hati ke hati dengan kedua orang tuanya. Ia juga mendoakan orang tuanya. Beberapa bulan kemudian ia di dampingi kedua orang tuanya menjumpai saya di Gereja. Mereka sama-sama mengucapkan terima kasih karena semuanya sudah baik.

Banyak di antara kita memiliki pengalaman yang mirip. Kita mungkin merasa ditolak di dalam keluarga, di komunitas dan di tempat kerja. Orang mungkin tidak merasa yakin dengan kemampuan kita untuk melakukan sesuatu. Bahkan kalau kita melakukan sesuatu, kata terima kasih pun tidak keluar dari mulut mereka. Itulah realitas hidup kita di mana kita berada. Semuanya serba berharga karena diukur dengan uang. Itulah keterbatasan manusia di hadapan manusia yang lain. Prinsip like dan dislike bukan hanya sekedar kata kosong tetapi menguasai hidup orang.

Kita tidak harus merasa kecewa berkepanjangan tentang pengalaman ditolak. Tuhan Yesus mengalaminya sendiri. Ia berkata, “Seorang nabi dihormati di mana-mana, kecuali di tempat asalnya sendiri dan di rumahnya.” (Mat 13:57). Kita berusaha untuk mengerti daripada dimengerti. Ingat, cinta kasih adalah segalanya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply