Allah itu kasih!
Selama beberapa minggu terakhir, kita membaca kisah-kisah perjalanan Bangsa Israel di padang gurun. Kita perlahan-lahan mengenal sosok Allah sebagai kasih di dalam Kitab Suci. Orang-orang ibrani mengalami pengalaman jatuh dan bangun bersama Tuhan. Misalnya mereka menggerutu melawan-Nya, mereka menyembah berhala, mereka ingin kembali ke Mesir lagi. Namun Tuhan tetap menaruh belas kasih kepada mereka. Ia tidak memperhitungkan dosa-dosa mereka tetapi mengingatkan mereka untuk merasakan belas kasihan-Nya yang tidak berkesudahan. Dia tetaplah Bapa yang kekal.
Bacaan dari Kitab Ulangan hari ini berisi nasihat dari Musa kepada umat Israel untuk mengingat-ingat kasih dan kebaikan Tuhan. Musa mengingat kembali kisah penciptaan bumi dan isinya serta pertolongan Tuhan yang tiada habis-habisnya bagi umat Israel. Musa merasakan sendiri dan membagikannya kepada mereka. Ia berkata, “Sebab cobalah tanyakan, dari ujung langit ke ujung langit, tentang zaman dahulu, yang ada sebelum engkau, sejak waktu Allah menciptakan manusia di atas bumi, apakah ada pernah terjadi sesuatu hal yang demikian besar atau apakah ada pernah terdengar sesuatu seperti itu. Pernahkah suatu bangsa mendengar suara ilahi, yang berbicara dari tengah-tengah api, seperti yang kaudengar dan tetap hidup? Atau pernahkah suatu allah mencoba datang untuk mengambil baginya suatu bangsa dari tengah-tengah bangsa yang lain, dengan cobaan-cobaan, tanda-tanda serta mujizat-mujizat dan peperangan, dengan tangan yang kuat dan lengan yang teracung dan dengan kedahsyatan-kedahsyatan yang besar, seperti yang dilakukan Tuhan, Allahmu, bagimu di Mesir, di depan matamu?” (Ul 4:32-34).
Tuhan Allah penuh kasih dan tidak ada Allah lain seperti Dia. Dialah yang berbicara, mengajari dan memperlihatkan diri-Nya dalam rupa api. Dialah yang memelihara nenek moyang mereka dan memilih keturunan mereka serta membawa mereka keluar dari tanah Mesir. Dialah yang menghalau bangsa-bangsa yang lebih besar dan mengantar mereka masuk ke tanah Kanaan. Tanah itulah yang akan menjadi milik pusaka mereka.
Pada akhirnya Musa berkata: “Sebab itu ketahuilah pada hari ini dan camkanlah, bahwa Tuhanlah Allah yang di langit di atas dan di bumi di bawah, tidak ada yang lain. Berpeganglah pada ketetapan dan perintah-Nya yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian, dan supaya lanjut umurmu di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya.” (Ul 4:39-40).
Apakah kita sungguh-sungguh mengimani Allah adalah kasih?
PJSDB