Musa sang Pemimpin Hebat
Pergantian pimpinan selalu membawa aneka perubahan dalam masyarakat. Katakan saja pergantian seorang kepala negara. Orang-orang yang mendukung kepala negara yang lama bisa saja puas dengan segala kelebihan dan kekurangan kepala negara yang lama dan menyepelehkan kepala negara yang baru. Demikian juga, orang-orang yang mendukung kepala negara yang baru akan menyepelehkan kepala negara yang lama dan mendukung program-program kepala negara yang baru. Nah, bagaimana kepala negara yang lama dan baru menyikapi sikap para pendukungnya? Seharusnya kepala negara yang lama menunjukkan sikap sebagai negarawan untuk mendukung kepala negara yang baru dan kepala negara yang baru juga belajar untuk mendengar kepala negara yang lama demi kebaikan bersama. Hanya saja sikap sebagai negarawan itu jauh dari harapan. Ada sindrom kekuasaan.
Pada hari ini kita belajar dari Musa. Ia adalah pemimpin Israel yang diangkat oleh Tuhan sendiri namun ia rendah hati untuk melepaskan jabatannya kepada Yosua. Ia sendiri mendampingi perjalanan umat Israel dari saat meningalkan Mesir, dalam perjalanan di padang gurun hingga tiba di pintu masuk ke tanah Kanaan. Ia mengetahui kehendak Tuhan bahwa ia tidak akan masuk ke tanah terjanji. Inilah ungkapan isi hati Musa: “Aku sekarang berumur seratus dua puluh tahun; aku tidak dapat giat lagi, dan Tuhan telah berfirman kepadaku: Sungai Yordan ini tidak akan kauseberangi.” (Ul 31:2). Bagi Musa, Tuhan sendiri akan menyeberangi mereka ke tanah Kanaan sehingga mereka jangan takut atau kuatir.
Memang Tuhan adalah pemimpin Israel, namun Yosualah yang akan menggantikan Musa untuk membawa mereka masuk ke tanah terjanji. Musa berkata kepada Yosua: “Kuatkan dan teguhkanlah hatimu, sebab engkau akan masuk bersama-sama dengan bangsa ini ke negeri yang dijanjikan Tuhan dengan sumpah kepada nenek moyang mereka untuk memberikannya kepada mereka, dan engkau akan memimpin mereka sampai mereka memilikinya. Sebab Tuhan, Dia sendiri akan berjalan di depanmu, Dia sendiri akan menyertai engkau, Dia tidak akan membiarkan engkau dan tidak akan meninggalkan engkau; janganlah takut dan janganlah patah hati.” (Ul 31:7-8).
Mari kita belajar dari Musa yang memimpin dengan rendah hati dan penuh sukacita.
PJSDB