Indifference dalam beriman
Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini menyamakan orang-orang generasi-Nya dengan anak-anak yang yang duduk di pasar dan yang saling menyerukan: Kami meniup seruling bagimu, tetapi kamu tidak menari, kami menyanyikan kidung duka, tetapi kamu tidak menangis (Luk 7:32). Segala sesuatu itu ada waktunya: “Ada waktu untuk untuk menangis, ada waktu untuk tertawa, ada waktu untuk meratap, ada waktu untuk menari.” (Pkh 3:4). Kesempatan untuk bergembira dan bersedih, mirip dengan kesempatan-kesempatan tertentu di di dalam hidup kita, misalnya saat kelahiran seorang anak dalam keluarga, kembalinya seorang pahlawan ke rumah dari perang, kekalahan dan kegagalan seorang yang kita kasihi, kehancuran komunitas atau lingkungan hidup kita karena malapetaka. Semua hal ini juga berhubungan dengan sikap masa bodoh (indifference) dalam hubungannya dengan iman.
Tuhan Yesus menghadirkan Kerajaan Allah melalui pewartaan Kabar Sukacita (Injil). Injil bisa menimbulkan sukacita yang besar, harapan yang pasti bagi setiap orang yang mendengarnya. Namun, Injil juga juga bisa menjadi peringatan keras bagi mereka yang dengan sadar menolak tawaran rahmat Allah. Yesus mengambil contoh pewartaan Yohanes Pembaptis dan pewartaan-Nya sendiri, ternyata tidaklah didengar oleh orang-orang pada saat itu. Mereka masa bodoh terhadap pengajaran Yohanes dan Yesus. Itulah sebabnya Yesus berkata: “Karena Yohanes Pembaptis datang, ia tidak makan roti dan tidak minum anggur, dan kamu berkata: Ia kerasukan setan. Kemudian Anak Manusia datang, Ia makan dan minum, dan kamu berkata: Lihatlah, Ia seorang pelahap dan peminum, sahabat pemungut cukai dan orang berdosa.” (Luk 7:33-34). Hati dan telinga banyak orang tertutup pada rencana dan kehendak Tuhan. Masih banyak orang masa bodoh dengan imannya!
PJSDB