Tuhan saja menyesal, mengapa anda tidak bisa menyesal?
Ada seorang sahabat yang merasakan sebuah pergumulan yang luar biasa dalam hidupnya. Ia sedang berpikir untuk memaafkan seorang yang sudah membuatnya terluka. Namun pikiran dan niatnya ini berlalu begitu saja. Ketika mengingat kembali peristiwa itu, ia selalu kesulitan untuk memaafkan. Rasa marah dan benci kembali memanaskan hati dan jiwanya. Pintu maaf pun akhirnya kembali tertutup rapat. Ia sudah bertahun-tahun menderita karena pengalaman ini. Ia berada di jalan yang buntu. Saya mendengar semua sharingnya ini, memahami dan coba untuk membantunya sebagai seorang sahabat.
Banyak di antara kita memiliki pengalaman yang mirip. Kita mau menjadi sahabat bagi semua orang namun ada saja orang tertentu yang membuat kita terluka sehingga menutup diri dan tidak bersahabat. Ada yang merasa lebih nyaman hidup dalam suasana saling marah dan benci dengan sesama atau saudara sendiri dari pada memaafkan kesalahan yang pernah mereka lakukan. Mungkin faktor utamanya adalah cara pandang kita terhadap sesama. Selagi kita tetap menggunakan lensa kacamata yang sama maka orang dalam pandangan kita tetap, tidak berubah. Cobalah anda mengganti lensa kacamatamu dan pandanglah sesamamu yang melukaimu. Dia berubah karena anda lebih dahulu berubah.
Hari ini, saya merasakah kekuatan dari Tuhan melalui pengalaman rohani Yunus (Yun 3:1-10). Ia mendapat tugas dari Tuhan untuk menyerukan pertobatan bagi bangsa Ninive. Seruan tobat mengubah hati raja. Ia meminta semua orang, bahkan hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk berekonsiliasi. Ketika Tuhan melihat perubahan yang radikal ini, Ia sendiri menyesal karena sudah merancang hukuman tertentu kepada bangsa Ninive (Yun 3:10). Tuhan baru merancang saja bisa menyesal dan mengampuni, mengapa kita yang sudah saling memarahi tidak bisa menyesal? Kita mengaku Kristiani tetapi jauh dari Kristus!
PJSDB