Hari Selasa, Pekan Biasa XXXIV
Dan. 2:31-45
MT Dan. 3:57,58,59,60,61
Luk. 21:5-11
Membaca tanda-tanda zaman itu perlu
Pada suatu kesempatan ibadat bersama di sebuah lingkungan, seorang umat mengaku sering merindukan kematian di dalam hidup. Saya merasa kaget mendengarnya, karena biasanya banyak orang mau hidup seribu tahun. Saya meneguhkannya dengan mengatakan bahwa kematian itu indah maka ia perlu mempersiapkannya dengan baik. Setiap orang akan mengalaminya. Kematian merupakan sebum kepastian bukan sebuah kemugkinan.
Apa makan kematian menurut ajaran Gereja Katolik? Katekismus Gereja Katolik (KGK) mengajarkan bahwa: “Kematian adalah titik akhir penziarahan manusia di dunia, titik akhir dari masa rahmat dan belas kasihan, yang Allah berikan kepadanya, supaya melewati kehidupan dunia ini sesuai dengan rencana Allah dan dengan demikian menentukan nasibnya yang terakhir. “Apabila jalan hidup duniawi kita yang satu-satunya sudah berakhir” (LG 48), kita tidak kembali lagi, untuk hidup beberapa kali lagi di dunia. “Manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja dan sesudah itu dihakimi” (Ibr 9:27). Sesudah kematian tidak ada “reinkarnasi”. (KGK, 1013).
Katekismus Gereja Katolik juga mengajarkan bahwa: “Dalam persekutuan para kudus, “diantara para beriman apakah mereka telah ada di dalam tanah air surgawi atau masih menyilih di tempat penyucian atau masih berziarah di dunia – benar-benar terdapat satu ikatan cinta yang tetap dan satu pertukaran kekayaan yang berlimpah” (ibid.). Dalam pertukaran yang mengagumkan ini kekudusan seseorang dapat berguna untuk orang lain, dan malahan lebih daripada dosa seseorang dapat merugikan orang lain. Dengan demikian penggunaan persekutuan para kudus dapat membantu pendosa yang menyesal, bahwa ia lebih cepat dan lebih berdaya guna dibersihkan dari siksa-siksa dosanya.” (KGK, 1475).
Saya mengutip ajaran-ajaran Katekismus Gereja Katolik tentang kematian, sekurang-kurangnya supaya bisa membuka wawasan kita untuk pandai membaca tanda-tanda zaman, sehingga kita juga bisa layak menerima kedatangan Tuhan Yesus Kristus. Kita semua mengakui bahwa Tuhan Yesus akan datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Dia akan melakukan semuanya sampai tuntas dengan hidup kita secara pribadi dan komunitas.
Kedatangan Tuhan Yesus Kristus diawali dengan tanda-tanda yang menakutkan secara manusiawi. Namun sebenarnya Tuhan bermaksud supaya kita lebih siap dalam menghadapi akhir zaman sebab menurut-Nya, Dia yang mengetahui kepastian tentang akhir zaman adalah Bapa (Mat 24:36; Mrk 13:32). Yesus mengatakan bahawa para malaikat di surga tidak mengetahui saat itu, Yesus Anak Allah juga tidak mengetahui kapan saatnya akan tiba. Untuk itu kita semua harus pandai membaca tanda-tanda zaman dan selalu siap untuk menghadap Tuhan dengan hati yang layak.
Bacaan Injil hari ini membuka mata kita untuk membaca tanda-tanda zaman. Ada beberapa hal yang saya angkat untuk menguatkan kita semua.
Pertama, rasa kagum akan Bait Allah dan barang-barang yang ada di dalamnya. Bait Allah adalah pemersatu setiap orang Yahudi yang datang untuk berdoa di dalamnya. Itulah sebabnya orang-orang mengaguminya karena ornamen-ornamen yang bisa memperindahnya. Tuhan Yesus mendengar kekaguman orang-orang itu, Ia berkata: “Apa yang kamu lihat di situ, akan datang harinya di mana tidak ada satu batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan diruntuhkan.” (Luk 21:6). Sebelumnya Tuhan Yesus sudah mengeluh tentang Yerusalem. Ia berkata: “Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi.” (Luk 13:35). Perkataan Yesus ini terbukti ketika Yerusalem dihancurkan oleh orang-orang Romawi pada tahun 70M. Tuhan Yesus juga mau menyadarkan kita saat ini supaya mawas diri. Banyak kali kita terlampau egois sehingga tidak memperhatikan orang lain. Kita mengagumi diri kita dan lupa bahwa tugas kita adalah memperhatikan sesama yang lain.
Kedua, membangun kewaspadaan diri supaya tidak mudah disesatkan. Banyak orang mudah terprovokasi, mudah percaya sia-sia, apalagi kepada orang-orang yang konon memiliki indera khusus. Kita percaya kepada Tuhan bukan percaya kepada orang yang memiliki indera khusus itu sebab apa yang ada padanya juga berasal dari Tuhan. Jangan mudah disesatkan oleh penampilan lahiria! Jangan mengikuti trend kehidupan mereka! Kalau saja mereka hidup dala, rammat Tuhan maka ikutilah tetapi kalau hidup pribadi mereka amburadul maka janganlah mengikuti mereka.
Ketiga, ada tanda-tanda zaman yang konkret yakni peperangan dan pemberontakan. Misalnya suatu bangsa akan melawan bangsa yang lain, kerajaan melawan kerajaan lain. Tuhan Yesus mengatakan, “janganlah kamu terkejut”. Mengapa demikian? Bagi Yesus, semua peperangan dan pemberontakan serta aneka kekerasan itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera. Belakangan ini ISIS menghantui dunia. Banyak orang meninggal dunia meskipun tidak bersalah.
Keempat, ada fenomena alam seperti terjadi gempa bumi yang dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit. Gempa bumi sering terjadi dan menakutkan.Berbagai jenis penyakit menguasai dunia. Orang lalu bertanya, “Apakah ini menjadi akhir dari segalanya?”
Tanda-tanda zaman yang digambarkan di dalam Injil hari ini sedang terjadi dalam dunia kita. Apakah semuanya ini akan benar-benar menunjukkan akhir dari segalanya? Apakah ini menakutkan kita dan membuat kita semakin jauh dari Tuhan? St. Paulus menghibur kita dengan kata-kata penghiburan ini: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: “Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba sembelihan.” Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita.” (Rm 8:35-39).
PJSDB