Da Mihi Animas Cetera Tolle

Buah permenungan filsafat, teologi dan psikologi, juga berisi homili harian berdasarkan bacaan harian Liturgi Gereja Katolik

  • Home
  • Renungan
  • Bible
  • Teologi
  • Filsafat
  • Psikologi
  • Don Bosco
  • Spiritualitas Pria Katolik
  • Saint a Day

Archives for November 2015

Food For Thought: Keselamatan semua orang

30/11/2015 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Keselamatan Universal

P. John SDBPenginjil Lukas bersaksi bahwa ketika Yesus barusan tampil di depan umum, Ia sangat aktif, berkeliling sambil berbuat baik. Ia pernah mencari waktu untuk berada di tempat yang sunyi, namun orang tetap mencari sampai menemukan-Nya. Mereka bahkan berharap supaya Ia tinggal tetap bersama mereka. Reaksi Yesus adalah mengatakan apa adanya kepada mereka: “Juga di kota-kota lain Aku harus memberitakan Injil Kerajaan Allah sebab untuk itulah Aku diutus.” (Luk 4:42-43). Ia membutuhkan mitra kerja yang kita kenal dengan sebutan para rasul. Mereka menjadi mitra kerja-Nya, nantinya siap diutus untuk mewartakan Injil Kerajaan Allah.

Para murid perdana mendapatkan panggilan pemuridan dari Yesus, ketika mereka sedang bekerja di dalam perahu. Mereka adalah nelayan-nelayan yang serius bekerja di dalam perahu, namun ketika Tuhan Yesus memanggil mereka, merekapun segera mengikuti-Nya. Ia berjanji untuk menjadikan mereka sebagai Penjala Manusia. Penjala manusia itu artinya orang memiliki tanggung jawab terhadap sesamanya. Ia memberi dukungan dan peneguhan. Jadi tugas penjala bukan untuk duduk tenang tetapi untuk melayani.

Tuhan Yesus tidak hanya melayani dengan mulut melalui pengajaran-pengajaran-Nya. Ia juga melayani semua orang dengan optimism tanpa memandang suku, agama, ras dan jenis kelamin. Pengalaman penyembuhan hamba seorang perwira Romawi menunjukkan bahwa Yesus datang untuk menyelamatkan semua orang. Ia tidak memihak golongan tertentu, tetapi mengasihi semua orang. Sikap Yesus ini yang menjadi panutan bagi para rasul dan gereja masa kini. Gereja dalam perutusannya harus selalu menunjukkan kasih dan kebaikan Tuhan. Bagaimana dengan kita? Apakah kita berani diutus?

Maranatha,

PJSDB

Uomo di Dio: Penjala Manusia

30/11/2015 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Revolusi Mental ala Yesus

imageSaya pernah berjumpa dengan seorang pemuda. Ia menceritakan pengalaman kerja dan pelayanannya kepada rekan-rekan pemuda yang lain. Ia mengakui bahwa hidup ini adalah sebuah pilihan. Maka setelah menyelesaikan pendidikan terakhirnya di SMK jurusan perkayuan, ia memilih untuk berwiraswasta. Ia lalu kembali ke kampungnya dan mulai membuka bengkel pembuatan meubel bagi masyarakat setempat. Mulanya banyak orang meragukan kemampuannya, namun ia berusaha dan menggandeng beberapa pemuda di kampung itu. Lama kelamaan bengkelnya makin berkembang sehingga bisa membuka cabang-cabang baru di luar kampung halamannya. Produk-produk meubelnya pun semakin banyak dan bervariasi, kualitasnya bagus dan harganya terjangkau sehingga banyak diminati oleh masyarakat setempat. Di samping mengembangkan bengkel-bengkel, ia juga menggunakan kesempatan untuk melayani gereja dengan berkatekese kepada para tukang kayu dibengkelnya itu. Pengalamannya tinggal bersama di asrama yang dikelola oleh sebuah tarekat turut membantunya untuk membawa para pemuda di kampungnya kepada Tuhan Yesus Kristus. Hal sederhana yang mereka lakukan setiap hari adalah memulai dan mengakhiri kegiatan di bengkel dengan doa bersama.

Saya mendengar sharing pengalaman pemuda ini, dan merasa bangga karena ternyata masih ada pemuda berhati emas yang menjadi rasul bagi orang-orang muda yang lain. Dia telah membawa para pemuda sekampungnya untuk berjumpa dengan Yesus melalui pekerjaan sebagai tukang kayu, sebuah pekerjaan yang pernah dilakukan oleh St. Yusuf dan Yesus sendiri. Dia telah menunjukkan bahwa untuk membawa sesama kepada Yesus, ia harus menuntun, mendukung dan mengerti dengan baik kehidupan mereka. Dengan demikian akan mudah bagi dia untuk mempertemukan mereka dengan Tuhan. Ini benar-benar sebuah strategi bagus dalam ber-evangelisasi.

Pada hari ini kita merayakan peringatan St. Andreas. Penginjil Yohanes bersaksi bahwa Andreas adalah salah seorang pemuda yang berjumpa dengan Yesus di seberang sungai Yordan dan bercakap-cakap dengan-Nya. Perjumpaan dengan Yesus mengubah seluruh hidupnya sehingga ia pun pergi dan memanggil saudaranya Simon. Ia berkata: “Kami telah menemukan Mesias”. Ia lalu membawa Simon kepada Yesus (Yoh 1:41-42). Yesus melihat di dalam diri Andreas dan Simon potensi besar untuk menjadi rekan-rekan kerja-Nya. Maka ketika Yesus melakukan perjalanan berikutnya menyusur danau Galilea, Ia memanggil kedua bersaudara yang sedang bekerja sebagai nelayan untuk mengikuti-Nya. Andreas dan Simon segera mengikuti Yesus. Mereka berani meninggalkan semua pekerjaan dan keluarganya karena Yesus. Hal yang sama juga dilakukan Yesus bagi Yakobus dann Yohanes. Ia memanggil mereka dan mereka segera mengikuti Yesus. Sekarang skala prioritas mereka terfokus pada Yesus.

Yesus tidak hanya memanggil para murid pertama untuk mengikuti-Nya. Ia juga langsung memberi tugas mulia bagi mereka supaya mengikuti-Nya dan Ia akan menjadikan mereka seagai penjala manusia. Ini merupakan sebuah transformasi dalam hidup para rasul, sebuah revolusi mental ala Yesus. Para murid perdana saat itu sudah terbiasa menjala ikan, kini Yesus memanggil mereka untuk mengikuti-Nya dari dekat dan Ia juga mau menjadikan mereka sebagai penjala manusia.

Apa artinya Penjala Manusia? Mungkin ada orang tertentu yang membayangkannya secara harafiah, bagaimana para rasul memegang jala untuk menjala manusia yang lewat di dalam kehidupannya. Dengan kata lain, ada orang berpikir bahwa Penjala Manusia berarti mencari pengikuti sebanyak mungkin dengan propaganda yang muluk-muluk. Pemahaman seperti ini memang amat keliru dan mengecewakan orang yang motivasinya belum jelas dalam mengikuti Yesus. Mengapa? Karena mengikuti Yesus berarti masuk dalam Sekolah Penderitaan. Ia sendiri berkata: “Setiap orang yang mau mengikut Aku, ia harus menyangkal dirinya, memikul salibnya dan mengikut Aku.” (Mat 16:24). Apakah orang yang mendapat informasi yang keliru atau propaganda yang muluk tentang hidup kristiani bisa bertahan?

Menjadi “penjala manusia” bahasa Yunaninya: ἀνθρώπους ἔσῃ ζωγρῶν (anthropous (ese) zogron) dalam Injil Lukas 5:10. Potongan kalimat ἀνθρώπους ἔσῃ ζωγρῶν ini berarti orang yang menangkap manusia supaya membawanya kepada kehidupan. Maka menjadi penjala manusia itu mengandaikan sebuah tugas dan tanggung jawab yang besar dari seorang murid untuk membawa sesamanya kepada Kristus. Apa yang harus dilakukan seorang murid sebagai penjala manusia? Ia harus memberi dukungan dalam segala hal, memberi petunjuk yang sifatnya menuntun saudaranya, memelihara iman mereka, memberikan peneguhan dan kekuatan supaya orang bisa mandiri. Maka tugas penjala manusia bukan hanya sekedar membuat orang tahu membuat tanda salib dan mendoakan Bapa kami dan Salam Maria, tetapi mereka juga dibantu untuk sejahtera dalam hidupnya. Apalah artinya melayani Tuhan dengan perut kosong? Orang tidak akan melayani dengan baik.

Rekan-rekan Pria Katolik. Anda juga hari ini dipanggil untuk ikut menjala manusia. Jadilah penjala yang setia di rumah dan di tempat anda bekerja supaya sesamamu mengenal Yesus dan sejahtera lahir dan batin. Kamu pasti bisa!

Doa: Tuhan, semoga sepanjang hari ini saya bisa melayani-Mu dengan baik, membawa sesama saya untuk mengikuti-Mu dari dekat. St. Andreas, doakanlah kami. Amen.

P. John Laba, SDB

Homili 30 November 2015

30/11/2015 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Senin, Pekan I Adven
Yes 2:1-5
Mzm 121/122
Mat 8: 5-11

Berjalan dalam Terang Tuhan

imageMasa adven merupakan masa di mana kita menanti kedatangan Tuhan Yesus Kristus secara liturgis. Tuhan Yesus sudah datang dalam sejarah lebih dari dua ribu tahun yang lalu di Betlehem, Dia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati sebagaimana kita doakan dan hayati dalam pengakuan iman rasuli. Dia senantiasa menyertai Gereja-Nya hingga akhir zaman. Yesus Kristus tetap sama, baik kemarin, hari ini dan sampai selama-lamanya (Ibr 13:8). Sabda Tuhan sepanjang masa adven ini sifatnya menuntun kita untuk bermetanoia, membangun rasa percaya diri, optimis dalam menghadapi kehidupan. Setiap pekan dalam masa adven ini, kita juga dibantu untuk bertumbuh dalam harapan, kasih, sukacita dan damai. Kita juga dibantu untuk menyadari bahwa keselamatan dari Tuhan Yesus itu universal.

Figur inspiratif untuk kita pada hari ini adalah nabi Yesaya. Ia mengalami penglihatan mengenai Yehuda dan Yerusalem. Dalam penglihatannya itu, gunung tempat Bait Allah dibangun akan berdiri tegak di atas gunung-gunung yang tinggi menjulang di atas bukit-bukit itu. Dengan posisi yang tinggi ini maka akan mudah kelihatan sehingga semua bangsa akan berduyun-duyun datang kepadanya. Mereka akan berkata: “Mari, kita naik ke gunung Tuhan, ke rumah Allah Yakub, supaya Ia mengajar kita tentang jalan-jalan-Nya, dan supaya kita berjalan menempuhnya; sebab dari Sion akan keluar pengajaran dan firman Tuhan dari Yerusalem.” (Yes 2:3). Penglihatan Yesaya ini sangat kontekstual. Kota Yerusalem letaknya sekitar 3800 kaki atau sekitar 1158,24m di atas permukaan laut tengah. Karena letak geografisnya di atas ketinggian dibandingkan dengan kota-kota yang lain maka wajar saja kalau semua orang mau menuju ke sana untuk menyembah Tuhan di rumah-Nya yang kudus. Dialah yang akan mengajarkan kebenaran.

Di samping mengajarkan kebenaran, Tuhan juga akan menghakimi bangsa-bangsa, mendamaikan setiap orang yang berselisih. Mereka akan menempa pedang-pedangnya menjadi mata bajak dan tombak-tombaknya menjadi pisau pemangkas; bangsa tidak akan lagi mengangkat pedang terhadap bangsa, dan mereka tidak akan lagi belajar perang. (Yes 2:4). Penglihatan Yesaya adalah sebuah penglihatan Mesianis. Semua situasi chaos berubah menjadi situasi penuh kedamaian, keteraturan. Mereka yang bermusuhan akan menjadi saudara. Yesaya pada akhirnya mengajak Israel atau bangsa Yakub untuk berjalan dalam terang Tuhan. Tuhan akan bercahaya dan setiap orang dipanggil untuk menikmati cahaya-Nya.

Penglihatan Yesaya ini sangatlah tajam karena sesuai dengan rencana Tuhan Allah. Tuhan akan mengumpulkan semua umat-Nya dalam damai abadi di dalam Kerajaan-Nya. Tuhan sendiri mengundang umat-Nya untuk datang ke Yerusalem. Bagi kita yang membaca dan mendengar Sabda juga diundang untuk menerima dengan situasi batin yang terbaik untuk menerima kedatangan sang Penebus. Hanya pada Yesus ada terang dan damai yang kita semua dambakan. Untuk itu kita harus merasa membutuhkan Tuhan di dalam hidup kita. Tuhan Yesus yang kita nantikan harus menjadi nomor satu dalam hidup kita. Apakah ada tempat bagi Yesus di dalam hidupmu?

Tuhan Yesus dalam Injil membawa keselamatan universal. Ia tidak menyelamatkan orang-orang tertentu, tetapi bahwa semua orang yang datang kepada-Nya akan memperoleh kehidupan kekal dan Ia juga akan membangkitkannya pada akhir zaman (Yoh 6:44). Ketika itu ada seorang perwira tentara menghampiri Yesus dan memohon bantuan-Nya untuk menyembuhkan hambanya yang sakit lumpuh dan sangat menderita. Yesus mendengar permohonan ini dan siap untuk menyembuhkannya. Ia berkata: “Aku akan datang untuk menyembuhkannya” (Mat 8:7). Perwira Romawi itu sadar diri bahwa ia memiliki banyak kekurangan, karena itu ia memohon supaya Yesus berbicara, mengucapkan sepata kata maka hambanya akan sembuh. Yesus melihat iman perwira Romawi, orang asing dan dianggap kafir ini dan mengakuinya. Ia berkata: “Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan Sorga.” (Mat 8:11). Perkataan Yesus bahwa banyak orang akan berdatangan untuk merasakan perjamuan abadi ini melengkapi apa yang menjadi penglihatan nabi Yesaya dalam bacaan pertama. Semua bangsa akan berduyun-duyun berjalan dalam terang menuju ke Yerusalem untuk merasakan keselamatan yang datang dari Allah kita.

Satu aspek penting yang patut kita hayati sepanjang masa adven adalah doa. Doa itu bisa mengubah segala sesuatu di dalam hidup kita. Doa haruslah menjadi kebutuhan manusia. Namun di sini bukan hanya sekedar doa, tetapi doa yang diucapkan dengan rendah hati. Perwira Romawi itu percaya bahwa Yesus bisa menyembuhkan hambanya yang lumpuh karena ia rendah hati dan memohon pertolongan Yesus. Dalam masa adven ini kita semua diajak untuk berdoa dengan rendah hati, tanda bahwa kita benar-benar berharap pada pertolongan dari Tuhan. Ia akan memberi segala yang kita butuhkan bukan yang kita sukai. Doa orang benar yang diucapkan dengan rendah hati akan membuatnya selalu berjalan dalam terang Tuhan.

PJSDB

Homili Hari Minggu Adven I/C – 20015

29/11/2015 by P. John Laba SDB Leave a Comment

HARI MINGGU ADVEN I/C
Yer. 33:14-16
Mzm. 25:4bc-5ab,8-9,10,14
1Tes. 3:12 – 4:2
Luk. 21:25-28,34-36

Kedatangan-Nya kita rindukan…

imagePada Hari Minggu Advent Pertama ini, seluruh Gereja Katolik memasuki tahun baru liturgi yakni tahun C/II. Selama beberapa Minggu ke depan, kita semua diundang untuk menyiapkan diri menantikan kedatangan Tuhan. Tuhan sendiri membimbing kita melalui Sabda-Nya dalam liturgi supaya tetap berjaga-jaga dan berdoa.

Lalu, apa saja hal-hal yang ikut menghiasi masa adven di dalam Gereja katolik? Hal yang lazim adalah adanya ibadat bersama, pendalaman iman, puasa serta pertobatan. Dalam kehidupan liturgi, lagu-lagu ibadat dan bacaan-bacaan liturgi, nuansanya memberi harapan, optimisme bagi orang yang nyaris kehilangan harapan untuk menemukan satu-satunya harapan yaitu Allah yang berinkarnasi dalam diri Yesus Kristus. Dari bacaan-bacaan Kitab Suci, kita berjumpa dengan figur-figur tertentu dalam Kitab Suci yang menjadi model Penantian bagi kita. Mereka adalah nabi-nabi seperti Yeremia dan Yesaya. Nubuat-nubuat mereka memberikan harapan baru bagi kita untuk melihat keselamatan yang datang dari Allah kita. Bunda Maria, dia dikandung tanpa noda dosa. Ia dipilih Allah menjadi ibu Yesus. Ia menerima dan bersama Yesus selamanya. Maria menginsipirasikan kita untuk beriman dengan rendah hati dan berusaha untuk bertumbuh menjadi kudus. Yohanes Pembaptis, menyerukan pertobatan. Ia membaptis dengan air sebagai tanda pertobatan sehingga orang bisa layak menyambut kedatangan Tuhan. St. Yusuf adalah pria yang tulus, jujur dan saleh. Ia menerima Yesus sebagai anak-Nya. Tentu saja figur-figur ini hendaknya mempengaruhi dan mengubah hidup kita.

Di samping nuansa sabda Tuhan yang penuh optimisme ini, kita juga memiliki korona (lingkaran) Adven. Sebenarnya kebiasaan membuat Korona Adven ini berasal dari Skandinavia di Eropa Utara. Korona Adven itu biasanya berbentuk lingkaran dengan untaian dedaunan sesuai kondisi daerah masing-masing (evergreen), dan diatasnya dipasang empat lilin (tiga lilin berwarna ungu dan satu lilin berwarna merah). Kadang-kadang korona adven dilengkapi dengan asesoris lain seperti pita berwarna ungu dan merah. Korona adven ini melambangkan Tuhan Allah yang kekal dan Yesus Kristus Putra-Nya yang tidak berawal dan tidak berakhir. Jadi dengan memandang korona adven, kita memandang Allah yang kekal, dan menumbuhkan harapan di dalam hidup kita bahwa pada saat yang tepat, kita juga akan hidup bersama-Nya di keabadian.

Mengapa ada dedaunan berwarna hijau? Warna hijau (evergreen) memberikan harapan. Yesus Kristus datang dan memberi harapan akan keselamatan bagi semua orang. Dia sendiri berkorban dalam paskah-Nya karena kasih-Nya tiada batas bagi manusia. Ada juga lilin-lilin adven yang memiliki makna tersendiri. Ada tiga batang lilin berwarna ungu sebagai simbol pertobatan, matiraga, berkabung, empati. Lilin berwarna merah muda yang dinyalakan pada pekan Adven III melambangkan sukacita (gaudate), dan cinta kasih. Lilin juga menjadi simbol Kristus sebagai terang yang datang untuk menerangi kegelapan dunia. Jadi sepanjang masa adven, fokus perhatian kita sudah terarah kepada Kristus sebagai terang dunia.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada pekan Adven pertama ini lebih memfokuskan perhatian kita pada harapan. Banyak orang yang kehilangan harapan mendapat semangat baru untuk mendapat pengharapan. Dalam situasi hidup kita yang penuh ketidakadilan, premanisme dalam berbagai bidang kehidupan, kejahatan-kejahatan dalam bidang ekonomi, sosial, politik dan budaya, Tuhan melalui nabi Yeremia memberi harapan baru. Harapan baru yang diberikan Tuhan adalah “Tuhan sendiri akan menumbuhkan Tunas Keadilan bagi Daud.” Janji Tuhan ini diberikan-Nya kepada kaum Israel dan kaum Yehuda. Tunas keadilan yang dijanjikan Tuhan itu akan melaksanakan Kebenaran dan Keadilan di negeri orang-orang hidup. Dampak dari tunas keadilan dan kebenaran adalah Yehuda akan dibebaskan dan Yerusalem akan hidup dengan tentram. Tunas keadilan menjadi nyata dalam garis keturunan Daud yakni Yesus Kristus. Dialah Immanuel yang tidak pernah melepaskan umat kesayangan-Nya. Daud sendiri menyapa-Nya dengan berkata: “Kepada-Mu, ya Tuhan, kuangkat jiwaku” (Mzm 25:1b).

St. Paulus dalam bacaan kedua juga memberi harapan kepada semua umat untuk siap menantikan hari Tuhan tiba. Ia mengingatkan jemaat di Tesalonika untuk hidup kudus dan tak bercacat di hadirat Tuhan. Hidup kudus menjadi bagian persiapan untuk menanti hari Tuhan datang dalam kemuliaan-Nya. Apa saja yang menjadi harapan dari St. Paulus? Semoga jemaat di Tesalonika bertambah banyak jumlah dan kualitas hidup imannya akan Kristus Yesus. Semoga jemaat juga bertumbuh dalam kasih satu sama lain dan kasih kepada semua orang lain. Semoga jemaat hidup dalam kekudusan. Paulus menghendaki sebuah kesungguhan dari pihak jemaat di Tesalonika untuk berjalan bersama Tuhan, hidup dalam kekudusan selama-lamanya.

Tuhan Yesus dalam Injil mengarahkan kita untuk menjaga diri dan tahan banting terhadap situasi dunia yang penuh gejolak dan kekacauan. Ada tanda-tanda yaitu pada matahari, bulan dan bintang menjadi gelap, gemuruh lautan yang menakutkan bahkan bisa mematikan manusia. Nuansa harapan yang Tuhan Yesus sampaikan adalah: “bangunlah, angkatlah mukamu sebab penyelamatanmu sudah dekat”. Untuk menyempurnakan harapan ini maka Tuhan Yesus memberi dua jalan yakni selalu berjaga-jaga dan tekun dalam berdoa. Dengan demikian ketika hari Tuhan tiba, kita semua siap menyambutnya dengan sukacita. Kita bisa tahan berdiri di hadapan Anak Manusia.

Sabda Tuhan pada hari ini menguatkan kita supaya selalu merindukan kedatangan Tuhan. Merindukan kedatangan Tuhan untuk mengadili orang yang hidup dan mati adalah sebuah harapan. Milikilah harapan yang kokoh, iman yang teguh dan kasih yang abadi bagi Tuhan. Semoga persianan rohani kita ini mengantar kita kepada kekudusan.

PJSDB

Homili Hari Minggu Adven I/C -2015 (Injil)

29/11/2015 by P. John Laba SDB Leave a Comment

Hari Minggu Adven I/C
Yer. 33:14-16
Mzm. 25:4bc-5ab,8-9,10,14
1Tes. 3:12 – 4:2
Luk. 21:25-28,34-36

Bangkitlah dan angkatlah mukamu!

imagePada suatu hari saya melakukan perjalanan dengan pesawat terbang ke sebuah kota di luar Pulau Jawa. Saya sempat mendengar pembicaraan serius yang terjadi antara dua orang sahabat di dalam ruang tunggu. Salah seorang sahabat mengelus punggung sahabatnya dan beberapa kali berkata: “Tenanglah, masih ada harapan”. Kelihatan sahabatnya yang berbeban berat itu benar-benar merasakan peneguhan yang luar biasa. Saya hanya mendengar percakapan mereka, tetapi turut membayangkan peneguhan istimewa dalam diri kedua sahabat ini. Sahabat yang sedang terpuruk, merasa kehilangan harapan, namun ia mendapat kembali kekuatan dan peneguhan. Ia menemukan kembali jalan yang benar menuju kepada Tuhan Allah sebagai sumber kebahagiaan.

Pada hari Minggu ini kita memulai Hari Minggu pertama Adventus. Adventus berarti kedatangan. Tuhan Yesus pernah datang dalam sejarah ketika Ia lahir di Betlehem lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Kita saat ini merasakan kehadiran Yesus dalam gereja karena Ia menyertainya hingga akhir zaman. Kita sebagai Gereja menantikan kedatangan-Nya kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Kedatangan Kristus memang membawa sebuah harapan baru bagi umat manusia. Kita mengaku percaya kepada Tuhan Allah yang hidup. Pertolongan-Nya selalu datang tepat pada waktunya, maka hendaknya kita jangan lalai dalam menyiapkan hati untuk menyongsong-Nya dengan sukacita.

Berkaitan dengan kedatangan sang Anak Manusia, Tuhan Yesus dalam Injil, mengatakan bahwa akan ada tanda-tanda yang menakutkan bahkan mematikan manusia. Misalnya tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Manusia digambarkan bisa mati dengan penuh ketakutan karena cemas, sementara kuasa-kuasa langit bergoncang. Dalam situasi yang menakutkan ini, Anak Manusia akan menampakkan dirinya dengan kedatangannya dalam awan, dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Yesus dengan tegas mengatakan, “Bangkitlah, dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” (Luk 21:28).

Bagaimana orang beriman menyikapi tanda-tanda zaman? Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya untuk menjaga diri, mengontrol diri, mawas diri terhadap tanda-tanda zaman dari hal-hal yang bersifat manusiawi belaka. Misalnya pesta pora, kemabukan dan kepentingan-kepentingan duniawi. Kita harus memiliki sikap batin berjaga-jaga dan berdoa supaya bisa mendapat kekuatan untuk luput atau selamat dari aneka bahaya yang mengancam. Dengan berjaga-jaga dan berdoa, para murid-Nya bisa tahan berdiri di hadapan anak manusia.

Saudari dan saudara terkasih, bacaan Injil pada hari ini amat menarik perhatian kita semua. Ada beberapa hal yang bisa menginspirasikan hidup kita semua pada hari Minggu pertama Adventus ini:

Pertama, ada banyak tanda yang mendeskripsikan hal-hal menyangkut akhir zaman. Tanda-tanda itu hendak mengatakan kepada kita bahwa kuasa kebaikan Allah jauh lebih kuat dibandingkan dengan kuasa apa pun. Maka kita patut mencari dan berlindung pada kuasa Allah yang menyelamatkan. Apakah kita semua menjadikan Tuhan Allah sebagai satu-satunya pelindungmu? Ataukah kita masih mengandalkan kekuatan-kekuatan lain selain Tuhan?

Kedua, melihat Anak Manusia. Anak Manusia adalah Yesus Kristus sendiri. Dia datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Rencana keselamatan Allah menjadi sempurna. Apakah kita masih percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Penebusmu? Apakah kita bisa tahan berdiri di hadirat-Nya?

Ketiga, kita semua diingatkan untuk bangun dan mengangkat muka. Tanda-tanda zaman memang menakutkan hingga mematikan manusia, namun di sisi lain, Tuhan memberikan harapan-harapan baru bahwa keselamatan adalah milik orang yang selalu berharap dan percaya kepada-Nya. Apakah kita masih memiliki harapan kepada Tuhan atau sudah kehilangan seluruh harapan?

Keempat, jalan untuk membantu kita lebih siap menantikan kedatangan Tuhan adalah selalu menjaga diri, berjaga-jaga dan berdoa. Berjaga-jaga merupakan sikap batin yang sangat kristiani karena kita memiliki harapan untuk menantikan kedatangan Tuhan. Berdoa adalah mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan, menunjukkan rasa syukur dan terima kasih kita kepada-Nya. Banyak kali kita hanya bisa memohon, meminta tetapi lupa bersyukur kepada-Nya. Apakah kita adalah manusia pendoa?

Saudari dan saudara, bangunlah dan angkatlah mukamu! Angkatlah kepalamu dan lihatlah ke depan. Hidupmu akan bermakna kalau anda memiliki visi yang jelas, tekad dan kemauan untuk keluar dari kesulitan-kesulitan hidupmu. Tuhan kita jauh lebih besar dibandingkan dengan kesulitan-kesulitan hidupmu. Itulah sikap berjaga-jaga sebagai pengikut Kristus sejati. Namun ingat, ketika anda tidak memiliki visi, anda kehilangan arah dan yang ada padamu hanyalah ketakutan dan kecemasan yang bisa mematikanmu. Artinya, anda boleh hidup tetapi sebenarnya mati karena tidak memiliki harapan.

P. John Laba, SDB

Next Page »

Tentang Saya

Saya seorang hamba Tuhan yang melayaniNya siang dan malam, anggota Serikat Salesian Don Bosco yang bergabung sejak tahun 1989. Kini saya dipanggil Pater John dan melayani di Jakarta

Artikel Terbaru

  • Homili 18 Februari 2019 18/02/2019
  • Food For Thought: Persahabatan yang akrab 17/02/2019
  • Homili Hari Minggu Biasa ke-VI/C – 2019 17/02/2019
  • Food For Thought: Cinta kasih yang besar 14/02/2019
  • Homili 14 Februari 2019 14/02/2019

Situs Lainnya

  • Salesian Don Bosco
  • Vatican
  • Renungan Audio – Daily Fresh Juice
  • Renungan Pria Katolik

Arsip

  • February 2019 (14)
  • January 2019 (34)
  • December 2018 (32)
  • November 2018 (40)
  • October 2018 (26)
  • September 2018 (22)
  • August 2018 (41)
  • July 2018 (28)
  • June 2018 (17)
  • May 2018 (13)
  • April 2018 (17)
  • March 2018 (14)
  • February 2018 (8)
  • January 2018 (17)
  • December 2017 (23)
  • November 2017 (31)
  • October 2017 (29)
  • September 2017 (38)
  • August 2017 (28)
  • July 2017 (18)
  • June 2017 (24)
  • May 2017 (33)
  • April 2017 (18)
  • March 2017 (40)
  • February 2017 (23)
  • January 2017 (22)
  • December 2016 (23)
  • November 2016 (31)
  • October 2016 (24)
  • September 2016 (36)
  • August 2016 (36)
  • July 2016 (32)
  • June 2016 (27)
  • May 2016 (42)
  • April 2016 (25)
  • March 2016 (41)
  • February 2016 (45)
  • January 2016 (31)
  • December 2015 (26)
  • November 2015 (24)
  • October 2015 (60)
  • September 2015 (44)
  • August 2015 (49)
  • July 2015 (56)
  • June 2015 (56)
  • May 2015 (57)
  • April 2015 (46)
  • March 2015 (52)
  • February 2015 (51)
  • January 2015 (58)
  • December 2014 (46)
  • November 2014 (43)
  • October 2014 (49)
  • September 2014 (46)
  • August 2014 (42)
  • July 2014 (39)
  • June 2014 (39)
  • May 2014 (38)
  • April 2014 (44)
  • March 2014 (41)
  • February 2014 (46)
  • January 2014 (55)
  • December 2013 (43)
  • November 2013 (42)
  • October 2013 (46)
  • September 2013 (31)
  • August 2013 (33)
  • July 2013 (32)
  • June 2013 (36)
  • May 2013 (33)
  • April 2013 (34)
  • March 2013 (40)
  • February 2013 (33)
  • January 2013 (33)
  • December 2012 (36)
  • November 2012 (33)
  • October 2012 (50)
  • September 2012 (40)
  • August 2012 (41)
  • July 2012 (35)
  • June 2012 (30)
  • May 2012 (33)
  • April 2012 (36)
  • March 2012 (47)
  • February 2012 (42)
  • January 2012 (38)
  • December 2011 (35)
  • November 2011 (31)
  • October 2011 (2)

Bulan

  • February 2019
  • January 2019
  • December 2018
  • November 2018
  • October 2018
  • September 2018
  • August 2018
  • July 2018
  • June 2018
  • May 2018
  • April 2018
  • March 2018
  • February 2018
  • January 2018
  • December 2017
  • November 2017
  • October 2017
  • September 2017
  • August 2017
  • July 2017
  • June 2017
  • May 2017
  • April 2017
  • March 2017
  • February 2017
  • January 2017
  • December 2016
  • November 2016
  • October 2016
  • September 2016
  • August 2016
  • July 2016
  • June 2016
  • May 2016
  • April 2016
  • March 2016
  • February 2016
  • January 2016
  • December 2015
  • November 2015
  • October 2015
  • September 2015
  • August 2015
  • July 2015
  • June 2015
  • May 2015
  • April 2015
  • March 2015
  • February 2015
  • January 2015
  • December 2014
  • November 2014
  • October 2014
  • September 2014
  • August 2014
  • July 2014
  • June 2014
  • May 2014
  • April 2014
  • March 2014
  • February 2014
  • January 2014
  • December 2013
  • November 2013
  • October 2013
  • September 2013
  • August 2013
  • July 2013
  • June 2013
  • May 2013
  • April 2013
  • March 2013
  • February 2013
  • January 2013
  • December 2012
  • November 2012
  • October 2012
  • September 2012
  • August 2012
  • July 2012
  • June 2012
  • May 2012
  • April 2012
  • March 2012
  • February 2012
  • January 2012
  • December 2011
  • November 2011
  • October 2011

Copyright © 2019 · Beautiful Pro Theme on Genesis Framework · WordPress · Log in