Hari Minggu Adven I/C
Yer. 33:14-16
Mzm. 25:4bc-5ab,8-9,10,14
1Tes. 3:12 – 4:2
Luk. 21:25-28,34-36
Bangkitlah dan angkatlah mukamu!
Pada suatu hari saya melakukan perjalanan dengan pesawat terbang ke sebuah kota di luar Pulau Jawa. Saya sempat mendengar pembicaraan serius yang terjadi antara dua orang sahabat di dalam ruang tunggu. Salah seorang sahabat mengelus punggung sahabatnya dan beberapa kali berkata: “Tenanglah, masih ada harapan”. Kelihatan sahabatnya yang berbeban berat itu benar-benar merasakan peneguhan yang luar biasa. Saya hanya mendengar percakapan mereka, tetapi turut membayangkan peneguhan istimewa dalam diri kedua sahabat ini. Sahabat yang sedang terpuruk, merasa kehilangan harapan, namun ia mendapat kembali kekuatan dan peneguhan. Ia menemukan kembali jalan yang benar menuju kepada Tuhan Allah sebagai sumber kebahagiaan.
Pada hari Minggu ini kita memulai Hari Minggu pertama Adventus. Adventus berarti kedatangan. Tuhan Yesus pernah datang dalam sejarah ketika Ia lahir di Betlehem lebih dari dua ribu tahun yang lalu. Kita saat ini merasakan kehadiran Yesus dalam gereja karena Ia menyertainya hingga akhir zaman. Kita sebagai Gereja menantikan kedatangan-Nya kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Kedatangan Kristus memang membawa sebuah harapan baru bagi umat manusia. Kita mengaku percaya kepada Tuhan Allah yang hidup. Pertolongan-Nya selalu datang tepat pada waktunya, maka hendaknya kita jangan lalai dalam menyiapkan hati untuk menyongsong-Nya dengan sukacita.
Berkaitan dengan kedatangan sang Anak Manusia, Tuhan Yesus dalam Injil, mengatakan bahwa akan ada tanda-tanda yang menakutkan bahkan mematikan manusia. Misalnya tanda-tanda pada matahari dan bulan dan bintang-bintang dan di bumi bangsa-bangsa akan takut dan bingung menghadapi deru dan gelora laut. Manusia digambarkan bisa mati dengan penuh ketakutan karena cemas, sementara kuasa-kuasa langit bergoncang. Dalam situasi yang menakutkan ini, Anak Manusia akan menampakkan dirinya dengan kedatangannya dalam awan, dengan segala kekuasaan dan kemuliaan-Nya. Yesus dengan tegas mengatakan, “Bangkitlah, dan angkatlah mukamu, sebab penyelamatanmu sudah dekat.” (Luk 21:28).
Bagaimana orang beriman menyikapi tanda-tanda zaman? Tuhan Yesus mengajar para murid-Nya untuk menjaga diri, mengontrol diri, mawas diri terhadap tanda-tanda zaman dari hal-hal yang bersifat manusiawi belaka. Misalnya pesta pora, kemabukan dan kepentingan-kepentingan duniawi. Kita harus memiliki sikap batin berjaga-jaga dan berdoa supaya bisa mendapat kekuatan untuk luput atau selamat dari aneka bahaya yang mengancam. Dengan berjaga-jaga dan berdoa, para murid-Nya bisa tahan berdiri di hadapan anak manusia.
Saudari dan saudara terkasih, bacaan Injil pada hari ini amat menarik perhatian kita semua. Ada beberapa hal yang bisa menginspirasikan hidup kita semua pada hari Minggu pertama Adventus ini:
Pertama, ada banyak tanda yang mendeskripsikan hal-hal menyangkut akhir zaman. Tanda-tanda itu hendak mengatakan kepada kita bahwa kuasa kebaikan Allah jauh lebih kuat dibandingkan dengan kuasa apa pun. Maka kita patut mencari dan berlindung pada kuasa Allah yang menyelamatkan. Apakah kita semua menjadikan Tuhan Allah sebagai satu-satunya pelindungmu? Ataukah kita masih mengandalkan kekuatan-kekuatan lain selain Tuhan?
Kedua, melihat Anak Manusia. Anak Manusia adalah Yesus Kristus sendiri. Dia datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Rencana keselamatan Allah menjadi sempurna. Apakah kita masih percaya kepada Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Penebusmu? Apakah kita bisa tahan berdiri di hadirat-Nya?
Ketiga, kita semua diingatkan untuk bangun dan mengangkat muka. Tanda-tanda zaman memang menakutkan hingga mematikan manusia, namun di sisi lain, Tuhan memberikan harapan-harapan baru bahwa keselamatan adalah milik orang yang selalu berharap dan percaya kepada-Nya. Apakah kita masih memiliki harapan kepada Tuhan atau sudah kehilangan seluruh harapan?
Keempat, jalan untuk membantu kita lebih siap menantikan kedatangan Tuhan adalah selalu menjaga diri, berjaga-jaga dan berdoa. Berjaga-jaga merupakan sikap batin yang sangat kristiani karena kita memiliki harapan untuk menantikan kedatangan Tuhan. Berdoa adalah mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Tuhan, menunjukkan rasa syukur dan terima kasih kita kepada-Nya. Banyak kali kita hanya bisa memohon, meminta tetapi lupa bersyukur kepada-Nya. Apakah kita adalah manusia pendoa?
Saudari dan saudara, bangunlah dan angkatlah mukamu! Angkatlah kepalamu dan lihatlah ke depan. Hidupmu akan bermakna kalau anda memiliki visi yang jelas, tekad dan kemauan untuk keluar dari kesulitan-kesulitan hidupmu. Tuhan kita jauh lebih besar dibandingkan dengan kesulitan-kesulitan hidupmu. Itulah sikap berjaga-jaga sebagai pengikut Kristus sejati. Namun ingat, ketika anda tidak memiliki visi, anda kehilangan arah dan yang ada padamu hanyalah ketakutan dan kecemasan yang bisa mematikanmu. Artinya, anda boleh hidup tetapi sebenarnya mati karena tidak memiliki harapan.
P. John Laba, SDB