Homili Hari Minggu Adven II/C – 2015

Hari Minggu Adven II
Bar. 5:1-9
Mzm. 126:1-2ab,2cd-3,4-5.6
Flp. 1:4-6,8-11
Luk. 3:1-6

Allah sumber keselamatan kita

imageSelama masa adven berlangsung, ada empat lilin adven yang dinyalakan di dalam Gereja masing-masing. Lilin-lilin adven itu diberi nama yang unik. Lilin pertama, berwarna ungu disebut lilin para nabi yang melambangkan pengharapan. Lilin pengharapan ini menyala selama pekan pertama adven untuk mengundang kita supaya sadar diri dan memiliki harapan kepada Tuhan yang bernubuat tentang kedatangan Mesias melalui para nabi. Apakah anda masih memiliki harapan atau sudah kehilangan harapanmu di hadirat Tuhan? Pada hari Minggu adven kedua, lilin ungu kedua, disebut Bethlehem dinyalakan. Lilin Bethlehem melambangkan iman. Sabda Tuhan mengarahkan kita sepanjang pekan kedua ini untuk menguatkan iman kita. Lilin ketiga berwarna merah muda disebut lilin para gembala, melambangkan sukacita. Pekan ketiga nanti merupakan pekan Gaudete, sukacita. Lilin terakir berwarna ungu disebut lilin malaikat, melambangkan damai. Ini merupakan pekan terakhir sebelum merayakan Natal di mana Tuhan akan menganugerahkan damai ke dalam hati setiap orang.

Lilin iman mulai hari ini bernyala. Kita semua mengakui diri sebagai orang beriman. Apakah benar bahwa kita sudah beriman atau belum beriman? Kita perlu menyadari bahwa iman adalah karunia pemberian Tuhan (Mat 16:17). Kalau kita sungguh-sungguh beriman maka iman itu harus menjadi nyata di dalam segala perbuatan kita. St. Yakobus mengatakan bahwa iman bekerjasama dengan perbuatan-perbuatan dan oleh perbuatan-perbuatan itu iman menjadi sempurna (Yak 2:22). Penulis surat kepada umat Ibrani mengatakan: “Tanpa iman, tidak seorangpun dapat berkenan kepada Allah.” (Ibr 11:1). Maka, iman kepada Yesus memimpin kepada kehidupan kekal (Yoh 3:16). Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa iman adalah karunia, rahmat Allah (KGK, 153, 179 dan 234). Iman adalah permulaan kehidupan kekal (KGK, 153-163). Maka iman adalah pasti dan perlu untuk keselamatan (KGK, 157, 161). Apakah anda sudah beriman?

Yohanes Pembaptis adalah figur yang menginspirasikan kita semua pada pekan iman ini. Dengan iman dan kepercayaan-nya kepada Yahwe, Yohanes Pembaptis menyiapkan orang banyak di sekitar sungai Yordan untuk menyambut kedatangan Tuhan. Ia berseru: “Bertobatlah dan berilah dirimu dibaptis dan Allah akan mengampuni dosamu, seperti ada tertulis dalam kitab nubuat-nubuat Yesaya: Ada suara yang berseru-seru di padang gurun: Persiapkanlah jalan untuk Tuhan, luruskanlah jalan bagi-Nya. Setiap lembah akan ditimbun dan setiap gunung dan bukit akan menjadi rata, yang berliku-liku akan diluruskan, yang berlekuk-lekuk akan diratakan, dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.” (Luk 3:3-6). Jalan baik dan teratur itu melambangkan hati kita juga harus teratur untuk layak menerima kedatangan Tuhan Yesus Kristus.

Yohanes Pembaptis dipanggil oleh untuk menyiapkan jalan bagi Tuhan Yesus. Penginjil Lukas menghadirkan fakta bahwa peristiwa kelahiran Yohanes Pembaptis bukan mengada-ada, tetapi bahwa ia hadir dan cocok dengan data historis yang ada dalam sejarah Israel. Dikisahkan bahwa dalam tahun kelima belas dari pemerintahan Kaisar Tiberius, ketika Pontius Pilatus menjadi wali negeri Yudea, dan Herodes raja wilayah Galilea, Filipus, saudaranya, raja wilayah Iturea dan Trakhonitis, dan Lisanias raja wilayah Abilene, pada waktu Hanas dan Kayafas menjadi Imam Besar. (Luk 3:1-2). Fakta sejarah ini turut memperkuat rencana Tuhan untuk menyelamatkan manusia.

Tuhan menghendaki supaya Yohanes Pembaptis menjadi pribadi yang siap untuk menyiapkan sesamanya supaya layak menyambut kedatangan Tuhan Yesus. Mereka dibaptis di sungai Yordan sebagai tanda pertobatan dan dengan demikian dosa mereka juga dihapuskan oleh Tuhan. Mereka bisa layak menerima kedatangan Tuhan Yesus yang sedang berada di tengah-tengah mereka. Seandainya Yohanes masih ada di dunia saat ini maka ia akan berteriak sebagai nabi yang mengubah seluruh hidup kita. Ia berani melawan arus dan tulus melayani Tuhan.

Nabi Baruk dalam bacaan pertama menghibur umat Israel yang pernah mengalami penderitaan di Babilonia. Setelah tiba di Yerusalem, nabi mengajak mereka untuk menanggalkan pakaian kesedihan dan kesengsaraan, lalu mengenakan perhiasan kemuliaan Allah untuk selama-lamanya. Yerusalem diingatkan untuk menyelubungkan kampuh kebenaran Allah dan memasang di atas kepala mereka tajuk kemuliaan dari Yang Kekal. Namanya akan berubah menjadi ‘Damai Sejahtera-Hasil-Kebenaran’ dan ‘Kemuliaan-Hasil-Takwa’. Mereka diajak untuk bersukaria di dalam Tuhan.

Apa yang harus dilakukan oleh Yerusalem? Yerusalem harus bertobat. Wujud pertobatan dinyatakan perumpamaan segala gunung yang tinggi dan bukit abadi diratakan. Semua jurang ditimbun sehingga menjadi tanah yang rata. Dengan demikian anak-anak Israel yang pernah terpuruk akan kembali ke Yerusalem dalam naungan Kemuliaan Allah. Mereka dituntun dengan sukacita oleh Allah dan cahaya kemuliaan-Nya dan dengan belas kasihan serta kebenaran-Nya. Nabi Baruk menggambarkan seorang Allah yang berbelas kasih dan senantiasa memperhatikan umat kesayangan-Nya. Umat Israel memiliki iman kepada-Nya dan mereka pun mendapat keselamatan yang datang dari Tuhan sendiri. Gereja saat ini juga memiliki iman kepada Tuhan. Iman itulah yang menyelamatkannya. Iman itulah yang bisa mengubah hidup yang lama menjadi baru.

St. Paulus menulis suratnya kepada komuntas baru di Filipi dengan sebuah ajakan supaya mereka beriman. Ia berjanji untuk senantiasa mendoakan mereka dengan sukacita. Paulus percaya bahwa Allah sendirilah yang memulai karya yang baik di dalam diri mereka sampai hari kedatangan Kristus. Inilah doa St. Paulus kepada jemaat di Filipi: “Semoga kasihmu makin melimpah dalam pengetahuan yang benar dan dalam segala macam pengertian, sehingga kamu dapat memilih apa yang baik, supaya kamu suci dan tak bercacat menjelang hari Kristus, penuh dengan buah kebenaran yang dikerjakan oleh Yesus Kristus untuk memuliakan dan memuji Allah.” (Flp 1:9-11).

Lilin iman sudah sedang menyala bukan hanya di dalam Gereja tetapi juga di hatimu. Mintalah kepada Tuhan Yesus supaya dalam masa adven ini, Ia menambah iman dan kepercayaanmu kepada-Nya. Iman yang menolong kita semua untuk memperoleh keselamatan. Iman yang mendorong kita untuk mencapai kekudusan dalam arti hidup kita menyerupai Tuhan Yesus Kristus. Iman yang senantiasa menyadarkan kita bahwa Tuhan Allah adalah sumber keselamatan kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply