Homili 7 Januari 2016

Hari Kamis, Sesudah Epifania
1Yoh. 4:19-5:4
Mzm. 72:2,14,15bc,17
Luk. 4:14-22a

Semua orang membenarkan Dia

imageKelahiran Yesus Kristus memberikan dampak yang besar bagi semua orang hingga saat ini. Dalam kisah-kisah tentang kelahiran-Nya, kita mendengar tentang pengalaman iman para gembala di padang sekitar Betlehem. Mereka adalah orang-orang sederhana yang mendengar berita sukacita dari Tuhan melalui para malaikat di tempat di mana mereka bekerja. Berita sukacita yang di maksud adalah: “Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus Tuhan di kota Daud.” (Luk 2:11). Mereka semua pergi ke Betlehem dan melihat segala sesuatu terjadi sebagaimana adanya (Luk 2:17). Mereka melihat Yesus, sang bayi bersama ibu-Nya Maria dan ayah-Nya Yusuf. Orang-orang sederhana ini mendengar berita sukacita, melihat peristiwa itu dan percaya kepada Tuhan karena semuanya adalah nyata. Mereka membenarkan kelahiran Yesus sang bayi di Betlehem.

Para Majus datang dari Timur untuk memberikan persembahan istimewa kepada Tuhan Yesus. Mereka dikenal dalam tradisi gereja dengan nama Gaspar, Melkior dan Baltazar. Ketiga nama yang sepadan dengan tiga persembahan yang menggambarkan jati diri Yesus. Ada Emas yang menandakan Yesus sebagai raja kekal, Mur menandakan Yesus adalah imam agung dan kemenyan melambangkan Yesus dan kematian-Nya untuk menyelamatkan manusia. Para majus dari Timur ini membenarkan kehadiran Yesus di dunia ini.

Figur adalah Herodes dengan segala rencana jahatnya. Ia mendengar dari para majus tentang Yesus sebagai Raja Baru yang lahir di Betlehem. Ia merasa terusik dan memiliki niat jahat untuk membunuh-Nya. Ini menandakan bahwa Ia membenarkan kehadiran Yesus di dunia ini. Pemerintahan Yesus berasal dari Bapa bukan dari kuasa dunia.

Episode lain yang juga turut membenarkan kelahiran dan kehadiran Yesus adalah pada hari kedelapan, bayi Yesus dipersembahkan di dalam Bait Allah. Maria dan Yusuf membawa Yesus ke dalam bait Allah untuk disunat sesuai dengan adat istiadat orang Yahudi. Perjumpaan keluarga Kudus bersama Simeon dan Hana ini sangat menakjubkan. Simeon membenarkan kehadiran Yesus dengan rasa syukurnya yang luar biasa: “Sekarang, Tuhan, biarkanlah hamba-Mu ini pergi dalam damai sejahtera, sesuai dengan firman-Mu, sebab mataku telah melihat keselamatan yang dari pada-Mu, yang telah Engkau sediakan di hadapan segala bangsa, yaitu terang yang menjadi penyataan bagi bangsa-bangsa lain dan menjadi kemuliaan bagi umat-Mu, Israel.” (Luk 2:29-32). Hana juga membenarkan Yesus dengan menyampaikan rasa syukurnya kepada Tuhan (Luk 2: 38).

Saya mengingatkan beberapa episode pada masa kecil Yesus ini membantu kita mengerti dengan baik kehadiran Yesus di depan umum. Lihatlah bahwa sejak kecil Ia begitu dikagumi oleh orang-orang kecil dari padang gembala, para majus, Herodes, dan kedua nabi yakni Simeon an Hana. Artinya Yesus itu unik dan istimewa bagi mereka. Pengalaman rohani ini berlangsung terus menerus di dalam gereja. Ia tetap dikagumi, diakui selama-lamanya. Apakah ada rasa kagum di dalam hidupmu ketika mendengar nama Yesus?

Pada hari ini, penginjil Lukas mengisahkan bahwa dalam kuasa Roh Yesus kembali ke Galilea. Banyak orang mendengar tentang kehadiran-Nya. Ia mengajar di rumah-rumah ibadat dan semua orang memuji Dia. Memuji berarti mengakui kuasa-Nya dan membenarkan kehadiran-Nya. Ia juga menyempatkan diri-Nya untuk datang ke Nazaret tempat Ia dibesarkan dan beribadah kepada Allah. Sebagai orang dewasa, Yesus diberikan kepercayaan untuk membaca dari kitab nabi Yesaya. Isinya adalah menyangkut visi dan misi-Nya di atas dunia: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19).

Lukas mengisahkan bahwa semua orang mendengar-Nya dan mata mereka tertuju kepada-Nya. Ia bahkan menegaskan: “Pada hari ini genaplah nas ini sewaktu kamu mendengarnya.” (Luk 4:21). Mereka mendengar, melihat dan membenarkan-Nya. Mereka membenarkan kehadiran Yesus di tengah-tengah mereka dengan visi dan misi-Nya yang mulia: mewartakan Injil kepada kaum miskin, memberitakan pembebasan kepada para tawanan, memberikan penglihatan kepada orang-orang buta, membebaskan kaum tertindas dan memberitakan tahun rahmat. Visi dan Misi Yesus tetaplah menjadi visi dan misi pelayanan Gereja masa kini di dunia.

Memahami visi dan misi Yesus ini, kita sebagai Gereja, membutuhkan Roh Kudus untuk selalu membaharui diri kita dari dalam dan luar. Kita butuh Roh Kudus untuk membantu kita dalam membawa kabar sukacita dan pembebasan kepada umat manusia. Banyak kali kita mengakui diri sebagai Gereja, namun lupa melakukan visi dan misi Yesus Kristus. Kita sebagai Gereja hanya menampilkan visi dan misi pribadi dan ini merupakan kegagalan kita dalam perutusan bersama sebagai Gereja.

Apa yang harus kita lakukan?

Yohanes dalam bacaan pertama, memberikan jaminan istimewa bahwa kasih adalah kunci keberhasilan kita. Artinya, kita bisa menjalankan visi dan misi Yesus kalau kita mampu mengasihi Tuhan dan sesama. Ini adalah perintah utama yang harus kita lakukan di dalam hidup ini. Yohanes mengatakan bahwa kita mengasihi karena Allah lebih dahulu mengasihi kita. Banyak kali kita lupa bahwa Allah lebih dahulu mengasihi kita sehingga kita lebih banyak menuntut kepada-Nya. Yohanes berkata, “Jikalau seorang berkata: ‘Aku mengasihi Allah,’ dan ia membenci saudaranya, maka ia adalah pendusta, karena barangsiapa tidak mengasihi saudaranya yang dilihatnya, tidak mungkin mengasihi Allah, yang tidak dilihatnya.” (1Yoh 4:20). Banyak kali kita semua adalah pendusta! Kita hanya mengatakan mengasihi dari mulut tetapi tidak melakukannya dalam hati dan perbuatan kita. Jadi kita mengasihi Allah dan juga mengasihi sesama kita.

Di samping mengasihi, Yohanes juga mengajak kita untuk percaya kepada Yesus. Ia berkata: “Setiap orang yang percaya, bahwa Yesus adalah Kristus, lahir dari Allah; dan setiap orang yang mengasihi Dia yang melahirkan, mengasihi juga Dia yang lahir dari pada-Nya.” (1Yoh 5:1). Kasih menjadi kuat karena ada dukungan iman dan kepercayaan kepada Tuhan.

Pada akhirnya, kita semua diajak untuk setia sebagai anak-anak Allah dengan melakukan perintah-perintah-Nya. Mengasihi Allah berarti mendengar dengan baik sabda-Nya, melakukannya dengan setia dan dengan demikian bisa mengasihi dengan sempurna. Semua ini akan memperkuat harapan kita akan keselamatan yang datang dari Tuhan sendiri. Yohanes juga menyinggung iman sebagai kemenangan yang bisa mengalahkan dunia.

Iman, harapan dan kasih adalah kebajikan-kebajikan teologal yang membantu kita untuk bertumbuh dan bersatu dengan Tuhan. Marilah kita berdoa supaya dengan kebajikan-kebajikan ini kita juga bisa membenarkan Tuhan Yesus sebagai satu-satunya Tuhan dann Juruselamat kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply