Homili 4 Februari 2016

Hari Kamis, Pekan Biasa IV
1Raj. 2:1-4,10-12
MT. 1Taw. 29:10,11ab,11d-12a,12bcd
Mrk. 6:7-13

Belajarlah menjadi setia

image“Saya dan pasangan saya selalu belajar untuk menjadi orang tua yang bertanggungjawab bagi anak-anak kami,” demikian pengakuan sepasang suami istri dalam rekoleksi keluarga. Ini adalah janji yang mereka perjuangkan setiap hari untuk melengkapi janji perkawinan mereka di hadapan Tuhan. Saya mendengar kesaksian sederhana ini dan membayangkan wajah begitu banyak orang tua yang senasib dengan mereka. Mereka berusaha untuk memperjuangkan hidup berkeluarga dengan belajar bertanggung jawab atas segala tugas yang mereka ikrarkan bagi keluarga dan anak-anak mereka. Mereka berjuang untuk selalu setia dalam perkawinan dan dalam pendidikan anak-anak mereka. Saya membayangkan bagaimana para orang tertentu tidak bertanggung jawab terhadap keluarganya.

Pada hari ini kita coba belajar dari Raja Daud, bagaimana pernah menjadi orang tua yang bertanggung jawab dalam keluarganya. Daud memiliki masa lalu yang gelap, namun ia belajar untuk merasakan kasih Tuhan, dengan memohon pengampunan dan pertobatan. Ia menjadi orang kudus karena kasih Tuhan menyertainya. Ia jatuh dalam dosa, tetapi berusaha selalu untuk memohon pengampunan dari Tuhan. Tuhan menganugerahkan pengampunan kepadanya.

Bacaan Kitab Suci pada hari ini menunjukkan bagaimana Daud menjadi orang tua yang bertanggung jawab kepada Salomo anaknya. Dikisahkan bahwa ketika hampir tiba saat kematiannya, Daud mendekati anakanya Salomo, dan berpesan kepadanya beberapa pesan penting berikut ini:

Pertama, Daud meminta kepada Salomo untuk menguatkan hatinya dan berlaku sebagai seorang pria sejati karena sebentar lagi Salomo akan sendirian karena ditinggal Daud ayahnya (1Raj 2:2). Daud saat itu berharap agar Salomo dan Kerajaan Israel tidak mengalami kegoncangan setelah kematiannya. Tentu saja, Daud yang memerintah Kerajaan Israel selama empat puluh tahun itu tetap berharap supaya Kerajaan Israel berjaya selamanya.

Kedua, Daud mengingatkan Salomo untuk melakukan kewajibannya dengan setia kepada Tuhan Allah. Ia harus berusaha untuk hidup menurut jalan yang Tuhan tunjukkan kepadanya. Misalnya mengikuti perintah-perintah, peraturan, ketentuan sebagaimana ditetapkan dalam hukum Musa. Konsekuensinya adalah berkat atau keberuntungan ada dipihaknya. (1Raj 2:3).

Ketiga, kesetiaan yang terus menerus dari Daud dan keturunannya harus tetap berlangsung selamanya. Kesetiaan ini bersifat total karena meliputi hati dan jiwa. Kerajaannya akan tetap kuat selamanya. (1Raj 2:4).

Daud meninggal dunia dengan warisan pemikiran dan nasihat yang indah bagi Salomo. Selanjutnya Salomo menduduki takhta Daud, ayahnya dan Kerajaannya juga sangat kokoh. Daud menunjukkan jati dirinya sebagai orang tua yang bertanggungjawab kepada anaknya. Nasihat-nasihat Daud ini memiliki nilai rohani yang tinggi dan masih aktual bagi kita saat ini. Ia mengarahkan putranya Salomo untuk tetap mengandalkan Tuhan di dalam hidupnya. Salomo harus belajar menjadi pribadi yang setia karena Tuhan sendiri sudah lebih dahulu setia kepadanya.

Dalam bacaan Injil hari ini, Tuhan Yesus meminta para murid-Nya untuk belajar menjadi orang yang setia. Penginjil Markus mengisahkan bahwa pada waktu itu Tuhan Yesus memanggil keduabelas murid-Nya dan mengutus mereka pergi berdua-dua. Ia juga memberikan kepada mereka kekuasaan untuk menaklukan roh-roh jahat. Supaya kesetiaan mereka benar-benar nyata maka mereka harus bersikap sederhana dengan tidak membawa apa-apa dalam perjalanan. Mereka harus hidup sederhana supaya hanya bisa menaruh harapannya kepada Tuhan. Buah dari kesetiaan kepada Tuhan adalah hidup mereka sebagai murid yang sederhana itu mengubah hidup orang lain yang mereka layani.

Pertobatan bisa terjadi dalam pewartaan karena para murid setia melakukan kehendak Tuhan. Mereka juga bisa mengusir banyak setan, mengoles banyak orang sakit dengan minyak dan menyembuhkan mereka. Buah dari kesetiaan kepada Tuhan dan kehendak-Nya adalah keselamatan bagi semua orang yang mereka layani.

Pada hari ini kita belajar untuk menjadi pribadi yang setia. Kita semua memiliki masa lalu seperti Daud, namun Tuhan masih bisa menguduskan kita, karena kita mau memohon ampun dan mencoba lagi untuk setia kepada-Nya. Kita belajar dari para murid yang pergi berdua-dua, memiliki semangat kebersamaan, bekerja sebagai satu team untuk setia melakukan kehendak Tuhan Yesus. Mereka berhasil melakukan pekerjaan Tuhan Yesus dalam pelayanan mereka karena kesetiaan yang besar. Luar biasa Tuhan kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply