Homili 6 Februari 2016

Hari Sabtu, Pekan Biasa IV
1Raj. 3:4-13
Mzm. 119:9,10,11,12,13,14
Mrk. 6:30-34

Beristirahat bersama Tuhan

imageTuhan Yesus membutuhkan manusia sebagai rekan kerja untuk menghadirkan Kerajaan Allah. Untuk itu, Ia mengutus keduabelas murid-Nya supaya pergi berdua-dua supaya melakukan segala pekerjaan-Nya. Mereka semua diberi kuasa yang sama untuk mengusai roh-roh jahat. Semangat yang mereka miliki adalah kesederhanaan hidup supaya lebih setia melakukan pekerjaan-pekerjaan Tuhan dengan baik. (Mrk 6:7-9). Keduabelas rasul itu mendengar dan memahami maksud Yesus sang Guru mereka. Mereka pun pergi dan melakukan pekerjaan-pekerjaan Yesus dengan sempurna. Para murid yang disapa sebagai rasul atau utusan Tuhan Yesus tentu merasa heran karena mereka memiliki kemampuan Yesus di dalam diri mereka. Mukijzat pun menjadi nyata di dalam hidup mereka di kampun-kampung dan keluarga yang mereka kunjungi. Pada saat itu banyak orang bertobat, setan-setan diusir dan orang-orang sakit bisa disembuhkan karena kuasa Yesus dalam diri mereka. Sesungguhnya mereka belum sepenuhnya menyadari bahwa mereka adalah utusan Tuhan Yesus.

Apa yang terjadi selanjutnya? Penginjil Markus mengisahkan bahwa para rasul yang diutus pergi berdua-dua, bekerja sebagai team, kembali berkumpul dengan Yesus. Mereka dengan sukacita menceritakan pengalaman menjadi utusan Tuhan di kampung-kampung dan keluarga-keluarga yang mereka kunjungi. Mereka melaporkan segala sesuatu yang mereka kerjakan dan ajarkan. Yesus tentu mendengar laporan dari keenam kelompok misionaris ini. Semuanya sehati dan sesuara melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sama yakni pekerjaan-pekerjaan milik Yesus dan mereka berhasil dengan baik. Yesus mendengar mereka dan bersukacita karena segala sesuatu dilimpahkan Bapa kepada orang-orang kecil yakni para rasul-Nya.

Yesus memiliki hati yang berbelas kasih. Ia menunjukkan wajah kerahiman kepada para rasul yang masih kelelahan karena mereka melakukan pekerjaan-Nya. Untuk itu Yesus ingin memberikan kesempatan bagi mereka untuk bisa sharing bersama kerasulan mereka di tempat yang sunyi di padang gurun di sekitar danau Galilea. Ia mengajak mereka dengan berkata: “Marilah ke tempat yang sunyi, supaya kita sendirian, dan beristirahatlah seketika!” Sebab memang begitu banyaknya orang yang datang dan yang pergi, sehingga makanpun mereka tidak sempat.” (Mrk 6:31). Para rasul mengikuti kemauan sang guru dengan berangkat, mengasingkan diri dengan perahu ke tempat yang sunyi.

Apa yang mau Tuhan Yesus tunjukkan kepada para murid dan kita semua dalam kisah ini? Ia mau menunjukkan tentang pentingnya quality time dalam hidup bersama. Mereka membangun komunitas baru untuk melayani semua orang dengan menghadirkan Kerajaan Allah dan menyelamatkan semua orang. Namun Yesus juga mau mengingatkan para murid bahwa dalam teamwork itu, perlu quality time. Quality time atau waktu berkualitas untuk sharing pengalaman dan saling meneguhkan satu sama lain. Para murid harus selalu menyadari bahwa dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan Yesus, mereka tidak sendirian. Mereka selalu ada bersama Yesus. Yesus selalu memiliki waktu berkualitas bersama mereka. Yesus juga memiliki waktu berkualitas bersama Bapa-Nya di Surga dalam doa pada waktu-waktu tertentu.

Yesus juga mau mengajarkan kita semua untuk memandang sesama bukan sebagai sekrup untuk memudahkan pekerjaan-pekerjaan kita. Dengan perkataan lain, Yesus mau menyadarkan kita bahwa relasi antar pribadi itu tidak diukur dengan uang. Manusia dengan martabat, dengan nilai luhurnya sebagai manusia patut dihargai. Banyak kali kita mengukur relasi kita dengan uang dan melupakan martabat manusia. Dengan kata lain, kita telah keliru menilai sesama manusia hanya dengan uang saja dan lupa bahwa dia adalah manusia seperti kita sendiri.

Meskipun Yesus memiliki keinginan yang kuat untuk bersama-sama dengan para murid-Nya berada di tempat yang sunyi, namun Ia juga memperhatikan kepentingan umum, yang lebih luas. Ia datang ke dunia untuk menyelamatkan semua orang. Apa yang ditunjukkan lebih lanjut oleh Yesus? Ia mengesampingkan waktu berkualitas dengan para murid-Nya dalam kelompok kecil dan menunjukkan wajah berbelaskasih kepada banyak orang. Ia memiliki skala prioritas yang lebih luas karena melihat sejumlah besar orang yang mencari-Nya. Ia memiliki hati yang berbelas kasih karena melihat orang-orang itu seperti domba tanpa gembala. Ia mengajar mereka bahwa mereka adalah anak-anak Bapa Yang Maharahim.

Di sini Tuhan Yesus mengajarkan satu hal yang lain yakni kita harus memiliki skala prioritas. Skala prioritas-Nya kali ini adalah mematikan kesenangan pribadi yakni kebersamaan dengan para murid-Nya yang hanya berjumlah duabelas orang dan melayani banyak orang yang membutuhkan keselamatan. Banyak kali kita berlawanan dengan Yesus. Kita lebih memperjuangkan kepentingan pribadi, hal yang menyenangkan diri kita dan melupakan kepentingan umum. Ketika egoisme berteriak-teriak maka yang ada hanyalah kehancuran dalam hidup bersama.

Mari kita belajar dari Raja Salomo. Dikisahkan bahwa pada suatu kesempatan ia pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban bakaran dalam jumlah yang besar kepada Tuhan. Pada malam harinya Tuhan menampakan diri dalam mimpinya. Tuhan berkata kepada Salomo: “Mintalah apa yang hendak Kuberikan kepadamu.” (1Raj 3:5). Salomo mengingat kasih Tuhan kepada Daud ayahnya. Maka dengan rendah hati ia berkata kepada Tuhan: “Berikanlah kepada hamba-Mu ini hati yang faham menimbang perkara untuk menghakimi umat-Mu dengan dapat membedakan antara yang baik dan yang jahat.” (1Raj 3:9).

Dengan sikap bathin Salomo yang tulus ini maka Tuhan berjanji kepadanya: “Aku memberikan kepadamu hati yang penuh hikmat dan pengertian, sehingga sebelum engkau tidak ada seorangpun seperti engkau, dan sesudah engkau takkan bangkit seorangpun seperti engkau. Dan juga apa yang tidak kauminta Aku berikan kepadamu, baik kekayaan maupun kemuliaan, sehingga sepanjang umurmu takkan ada seorangpun seperti engkau di antara raja-raja.” (1Raj 3:12-13). Berkat Tuhan akan diterima terutama hikmat dan kebijaksanaan.

Para murid merasakan kasih Tuhan Yesus yang selalu menyertai, selalu hadir secara aktif di dalam hidup mereka. Raja Salomo merasakan kehadiran Tuhan yang disembahnya di Gibeon, yakni Tuhan yang mahabaik, yang mengasihinya apa adanya, dan menjanjikan berkat-berkat yang akan diterima Salomo sebagai raja. Kita pun dipanggil Tuhan untuk selalu bersama-Nya, dengan demikian berkat-berkat-Nya akan turun atas kita. Kita perlu berdoa. Doa adalah jalan yang indah untuk tinggal bersama Tuhan.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply