Keteladanan itu perlu dan harus
Ada pasutri, datang ke pastoran untuk membicarakan kesulitan-kesulitan tertentu dalam mendidik putra tunggal mereka. Mereka merasa bahwa putranya sedang mengalami perubahan perilaku dibandingkan situasi sebelumnya. Sebelumnya anaknya menjadi sahabat, kini ia sudah menyendiri, lebih senang memandang gadget dari pada memandang orang tuanya.
Saya bertanya: “Apakah kalian memiliki quality time bersamanya? Mereka menjawab: “Kami memiliki banyak kesibukan sehingga belum memiliki quality time bersamanya.” Saya bertanya, ”Apakah kalian memiliki kesempatan makan bersama setiap hari.” Mereka menjawab, “Kami selalu memiliki kesempatan terutama pada pagi dan malam hari di rumah.” Saya bertanya, “Apakah suasana makan bersama baik dan penuh keakraban?” Pasutri ini jujur mengatakan bahwa pada saat makan bersama, mereka belum memiliki komitmen yang serius. Misalnya ada kesempatan untuk makan sambil menonton Televisi dan makan sambil ber-HP ria. Sharing pasutri mewakili suasana banyak keluarga saat ini.
Paus Fransiskus, pada tanggal 11 November 2015 silam mengatakan bahwa relasi di dalam sebuah keluarga bisa diukur dengan melihat relasi kebersamaan mereka di meja makan. Pasangan suami istri yang saat makan bersama masih sibuk dengan handphone atau dengan acara kesayangan di televisi maka keluarga itu semu. Anak-anak yang di meja makan sibuk dengan gadgetnya maka keluarga itu hanya sebuah asrama.
Maka keteladanan itu perlu dan harus. Banyak kali orang tua berbicara tetapi tidak melakukannya. Kita semua perlu “sign out” dari semua perangkat yang menghalangi kemampuan untuk membangun relasi bersama. Tuhan Yesus berkata: “Turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.” (Mat 23:3).
PJSDB