Homili 21 April 2016

Hari Kamis, Pekan Paskah IV
Kis 13: 13-25
Mzm 89: 2-3.21-22.25.27
Yoh 13:16-20

Pesan untuk membangun dan menghibur umat

imageSaya pernah mengikuti misa syukur 40 tahun seorang misionaris dari Eropa yang berkarya di tanah misi. Konon beliau datang ke tanah misi ketika masih berusia muda. Ia mengabdikan diri seutuhnya bagi gereja di daerah tersebut. Hampir semua umat di daerah itu akrab menyapanya “bapa” dan “opa” karena mereka saling mengenal satu sama lain. Salah satu hal yang menarik perhatianku saat itu adalah sambutan sederhana dari salah seorang wakil umat. Ia mengatakan: “Saya bersama semua umat di sini boleh bersyukur kepada Tuhan atas pengabdian bapak Pastor selama empat puluh tahun. Bapa adalah seorang misionaris sejati yang bukan lagi sebagai orang Eropa melainkan orang dari kampung ini. Kami merasa bahwa iman kami sebagai umat dibangun dengan baik selama empat puluh tahun terakhir karena kehadiranmu yang nyata, dan lebih lagi tutur katamu yang baik. Apa yang bapa katakan itu juga yang bapa hayati. Engkau memang luar biasa bapa.” Saya memperhatikan semua orang yang hadir mendengar sambutan itu dengan baik sambil mengangguk-angguk tanda setuju dengan sambutan itu.

Upacara syukuran ini merupakan tanda kasih umat gereja lokal terhadap kehadiran sang Misionaris itu. Ia sudah memberi yang terbaik yakni hidupnya sendiri kepada umat setempat. Ia hadir dan berbicara sebagai seorang bapa dan gembala bagi banyak orang. Setiap perkataan yang keluar dari mulutnya memiliki kekuatan untuk membangun dan menghibur umat di daerah tersebut. Semua umat juga terharu. Mereka bersyukur kepada Tuhan karena Ia telah mengirim seorang misionaris yang baik. Ia membangun dan menghibur umat yang Tuhan percayakan kepadanya. Ia berusaha menunjukkan wajah Allah yang berbelas kasih, yang senantiasa menghibur dan menopang umat beriman. Sang misionaris harus membawa Kristus sebagai prioritas pertama dan utama kepada sesamanya. Dengan demikian hanya nama Tuhan Yesus Kristus yang dimuliakan di atas segalanya.

Pada hari ini kita mendengar kisah pengalaman missioner santo Paulus dan Barnabas di Pisidia. Dikisahkan oleh Lukas bahwa Paulus bersama teman-temannya berangkat dari Pafos dan berlayar ke Perga di Pamfilia. Yohanes Markus meninggalkan Barnabas dan Paulus lalu kembali ke Yerusalem. Sedangkan Barnabas dan Paulus melanjutkan perjalanan missioner ke Antiokia di wilayah Pisidia. Barnabas dan Paulus adalah orang Yahudi tulen. Mereka masuk ke dalam sinagoga pada hari Sabat untuk beribadat. Kepala Sinagoga itu meminta kedua misionaris dan rekan-rekannya untuk mewartakan Firman yang dapat membangun dan mengibur jemaat.

Paulus mewakili rekan-rekan misionaris yang ada, berdiri dan mengucapkan kotbah yang bagus kepada mereka. Ia memohon perhatian mereka sebagai orang Israel dan mereka yang takut akan Allah untuk mendengar dengan baik pewartaannya. Ia lalu mengingatkan mereka tentang pengalaman nenek moyang mereka yang mengalami perbudakan di tanah Mesir. Tuhan Allah memiliki kekuatan untuk mengeluarkan mereka dari tanah Mesir dan memelihara mereka dalam peziarahannya selama empat puluh tahun di padang gurun. Mereka akhirnya tiba di tanah Kanaan yang dijanjikan Tuhan, setelah mereka mengalahkan tujuh bangsa asing di tanah terjanji. Selanjutnya, Tuhan memberikan kepada mereka para pemimpin seperti para hakim dan raja. Raja yang terkenal adalah Daud bapa leluhur Yesus dari Nazaret. Yesus adalah keturunan Daud yang telah wafat dan dibangkitkan dari kematian oleh Allah. Yohanes Pembaptis juga disebutkan namanya oleh Paulus sebagai bagian dari sejarah keselamatan umat manusia. Ia bukanlah Yesus Mesias, melainkan pembuka jalan bagi keselamatan.

Kata-kata santo Paulus ini memiliki daya tersendiri. Semua orang Yahudi tahu akan sejarah bangsa mereka, terutama apa yang dialami oleh nenek moyang mereka. Pengalaman yang paling agung adalah bagaimana Tuhan menyatakan kasih dan kerahiman-Nya kepada mereka. Apapun kehidupan mereka secara pribadi dan kelompok Tuhan tetap setia mendampingi mereka. Ini sungguh merupakan penghiburan dan penyemangat hidup bagi mereka. Sebenarnya St. Paulus sedang berusaha menghadirkan figur Yesus Kristus sebagai satu-satunya Penyelamat umat manusia.

Siapakah Yesus yang diwartakan oleh St. Paulus di dalam Sinagoga Antiokhia ini? Yesus adalah utusan bapa yang mengasihi manusia dengan kasih yang sempurna (Yoh 13:1). Kasih yang sempurna itu ditunjukkan-Nya dengan membangun semangat melayani tanpa pamrih kepada para murid-Nya. Dia membasuh kaki para murid-Nya dan berkata: “Kamu memanggil Aku Guru dan Tuhan, dan memang benar, sebab itulah Aku. Maka jika Aku, Tuhan dan Gurumu membasuh kakimu, kamu juga harus saling membasuh kaki.” (Yoh 13:13-14). Tuhan Yesus mengharapkan supaya para murid harus hidup serupa dengan Yesus sendiri.

Para Rasul adalah utusan Tuhan. Mereka bekerja serupa dengan Yesus sendiri yang datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Sebab itu dalam Injil Tuhan Yesus mengatakan bahwa sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, atau pun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya. Utusan atau pelayan melakukan tugas sesuai porsinya masing-masing. Para murid Yesus diharapkan melakukannya supaya dapat menjadi bahagia. Pada saat yang sama Tuhan Yesus juga menyinggung Yudas Iskariot, salah seorang murid yang akan mengkhianati-Nya. Pada saat yang tepat, semua orang akan percaya kepada Yesus.

Berkaitan dengan perutusan para rasul, Tuhan Yesus mengharapkan keterbukaan dari semua pihak untuk setia melakukannya. Artinya barangsiapa menerima orang yang diutus Yesus, ia menerima Yesus sendiri, dan barangsiapa menerima Yesus, ia menerima Bapa yang mengutus Yesus sendiri. Ia sendiri berkata: “Aku dan Bapa adalah satu” (Yoh 10:30).

Mari kita bersama-sama memeriksa batin. Apakah kita sudah mengeluarkan kata-kata yang menghibur dan menguatkan sesama manusia? Apakah kita berani berbicara dengan Yesus kepada sesame yang belum mengenal-Nya? Kita adalah utusan Tuhan masa kini untuk menjadi misionaris yang mewartakan Yesus dengan hidup kita yang nyata. Mintalah pertolongan Tuhan untuk menjadikan kita rasul-rasul yang tangguh bagi sesama.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply