Homili 27 Mei 2016

Hari Jumat, Pekan Biasa VIII
1Ptr 4:7-13
Mzm 96: 10.11-12.13
Mrk 11:11-26

Doa membuka pintu kerahiman Allah

imageSaya pernah melihat sebuah pembatas buku di sebuah toko buku. Pada salah satu sisinya terdapat gambar Tuhan Yesus sedang berdiri, seakan sedang berbicara dengan sekelompok orang yang sedang berdoa. Lalu kelihatan ada tulisan di dekat mulut Tuhan Yesus, bunyinya: “Emang Kamu berdoa?” Semua orang digambar ini hanya membuka mulutnya, sulit untuk menjawab pertanyaan Yesus “Emang kamu sedang berdoa?” Sambil memegang dan melihat pembatas buku itu, saya sendiri membayangkan betapa sulitnya saya secara pribadi untuk menjawab pertanyaan Yesus tentang doa. Saya hanya dapat memohon pengampunan berlimpah dari Tuhan Yesus karena saya sering tidak berdoa dengan baik. Saya pernah merenung tentang pengalaman hidup doa pribadi dan saya menemukan bahwa kadang saya berpikir terlalu tinggi dan muluk-muluk tentang berdoa. Misalnya memikirkan tentang pilihan bahasa yang bagus dan logis sehingga dapat menarik perhatian Tuhan. Ternyata saya berada di alam lupa!

Mengapa saya berada di alam lupa? Karena saya lupa bahwa sebenarnya Tuhan sendiri mengetahui apa yang saya butuhkan dalam hidup dan saya hanya perlu jujur mengungkapkan apa adanya kepada Tuhan. Saya mengingat Raja Daud pernah berdoa kepada Tuhan seperti ini: “Tuhan Engkau menyelidiki dan mengenal Aku; Engkau mengetahui kalau aku duduk atau berdiri, Engkau mengerti pikiranku dari jauh. Sebelum lidahku mengeluarkan perkataan, sesungguhnya, semuanya telah Kauketahui, ya Tuhan.” (Mzm 139: 2.4). St. Theresia Lisieux, pernah berkata: “Bagiku, doa adalah ayunan hati; suatu pandangan sederhana ke surga, seruan syukur dan cinta kasih, baik di tengah pencobaan maupun kegembiraan”. Georges Bernanos, seorang penulis dari Prancis juga pernah berkata: “Hasrat untuk berdoa sudah merupakan sebuah doa”. Di sini ada kerinduan yang mendalam untuk bersatu dengan Tuhan, dengan usaha untuk membangun komunikasi bersama-Nya.

Apakah definisi doa bagi kita? Katekismus Gereja Katolik mengajarkan bahwa doa berarti mengarahkan hati dan pikiran kepada Allah. Ketika seorang berdoa, ia masuk dalam hubungan yang hidup dengan Allah (KGK, 2558-2565). Doa merupakan pintu gerbang untuk berkomunkasi dengan Allah. Seseorang yang berdoa tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri dan oleh kekuatannya sendiri. Dia tahu ada Allah tempat dia dapat bercakap-cakap. Maka kalau kita berdoa dengan baik, berarti kita mempercayakan diri kita kepada Allah yang tidak kelihatan. Kita berdoa karena kita merindukan Allah. Allah menciptakan kita untuk Diri-Nya. St. Agustinus pernah berkata: “Hati kami gelisah sebelum beristirahat di dalam Engkau.”

Dari Bacaan Liturgi hari ini, St. Petrus mengajak kita supaya sebelum berdoa, kita perlu menyiapkan batin dengan baik, memiliki suasana batin yang tenang karena hari Tuhan semakin dekat. Suasana hati yang tenang mengandaikan kesiapan diri untuk menguasai diri, menjadi tenang supaya dapat berdoa dengan baik. Tanpa persiapan batin yang memadai, doa kita akan terasa monoton dan hambar. Dalam suasana seperti ini maka pertanyaan Tuhan Yesus: “Emang Kamu Berdoa?” menjadi pertanyaan mendalam yang mesti kita jawab secara pribadi. Doa tanpa persiapan batin yang baik akan sulit untuk untuk membuka pintu kerahiman Allah. Di dalam doa itu kita akan mengatakan dengan tulus seluruh kehidupan kita apa adanya di hadirat Tuhan.

Doa yang baik mendapat dukungan dari kualitas hidup sebagai pengikut Kristus yang baik pula. Petrus menyampaikan beberapa kiat yang dapat mendukung kehidupan doa kita, dan supaya kita layak menyambut hari Tuhan, yakni saling mengasihi sebagai saudara karena kasih dapat menutupi dosa-dosa kita. Saling mengasihi menjadi nyata ketika kita dapat memberi tumpangan kepada orang lain tanpa ada rasa bersungut-sungut di dalam hati. Saling melayani sesuai dengan anugerah yang sudah Tuhan berikan gratis kepada kita. Di dalam pelayanan-pelayanan itulah Allah hadir dan dimuliakan bersama Yesus Kristus Putra-Nya. Kita juga tidak dapat menghindari penderitaan dan kemalangan atau salib di dalam hidup ini. Kerelaan untuk menderita seperti Kristus akan menjadi bagian dari hidup kita masing-masing sampai hariTuhan tiba. Hanya Dialah yang membuka pintu kerahiman dan menyelamatkan kita semua.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil mengatakan bahwa doa itu dapat membuka pintu kerahiman Allah. Doa itu menguatkan kia untuk saling mengampuni dan dengan demikian kita juga dapat mengalami pengampunan dari Tuhan. Berkaitan dengan ini Yesus berkata: “Jikalau kalian berdiri untuk berdoa, ampunilah dahulu sekiranya ada barang sesuatu dalam hatimu terhadap seseorang, supaya Bapamu yang disurga mengampuni kesalahan-kesalahanmu. Jika kamu tidak mengampuni maka Bapamu yang di surga juga tidak akan mengampuni kesalahan-kesalahanmu.” (Mrk 11:24-25).

Pada hari ini marilah kita memeriksa bathin kita, dan bertanya apakah doa-doa yang kita panjatkan kepada Tuhan sudah ikut membuka pintu kerahiman Tuhan bagi diri kita dan sesama? Apakah kita berdoa dengan iman kepada Tuhan atau kita berdoa dengan mengandalkan kekuatan diri sendiri tanpa mengandalkan Tuhan?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply