Homili 21 Juni 2016

Hari Selasa, Pekan Biasa XII
St. Aloysius Gonzaga
2Raj 19: 9b-11.14-21.31-35a.36
Mzm 48: 2-3a.3b-4.10-11
Mat 7: 6.12-14

Masuklah melalui pintu kerahiman

imageAda seorang ayah yang selalu menasihati anak-anaknya untuk saling menghormati dan mengasihi satu sama lain. Hanya dengan kebiasaan baik yakni saling menghormati dan mengasihi maka mereka akan menjadi pribadi yang baik dengan semua orang. Pesan-pesan tentang kebaikan dan kasih ini selalu diulangi setiap kali ada kesempatan untuk memberi nasihat. Anak-anak mendengarnya tetapi belum memahami pesan ini. Lama setelah ayah mereka meninggal barulah mereka mengerti maksud dari nasihat ini. Mereka mendengar bagaimana orang-orang memiliki kesan yang bagus terhadap ayah mereka. Orang banyak itu mengatakan bahwa ayah mereka adalah orang baik. Ia selalu bersahabat dengan semua orang tanpa memandang latar belakang orang itu. Kebaikannya selalu dikenang oleh mereka dan mereka berharap agar anaik-anak meneruskan kebaikan-kebaikannya.

Mendengar pengalaman hidup keluarga ini, saya mengingat perkataan Tuhan Yesus di atas bukit Sabda Bahagia. Pertama-tama Ia mengajak kita semua untuk berlaku dengan baik dalam hidup bersama, dengan tidak tidak menajiskan hal-hal yang kudus. Inilah perkataan Yesus: “Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada anjing dan janganlah kamu melemparkan mutiaramu kepada babi supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu berbalik mengoyak kamu.” (Mat 7:6). Barang-barang kudus hendaknya diperhatikan dengan baik dan janganlah dinajiskan oleh manusia. Apa yang Tuhan Yesus maksudkan dengan barang-barang kudus? Barang-barang atau hal yang berhubungan dengan Kerajaan Allah dan nasihat-nasihat Injil. Bagi para rabbi Yahudi, anjing adalah simbol kaum pendosa dan orang kafir. Penginjil Matius mau membantu kita untuk mengerti bahwa dalam mewartakan Kerajaan Allah dan nasihat-nasihat Injil, kita perlu melihat siapakah yang menerima pewartan ini. Apabila orang-orang itu tidak siap untuk menerima pewartaan maka janganlah dipaksakan karena mereka akan menolak dengan keras.

Selanjutnya, Tuhan Yesus mengatakan: “Segala sesuatu yang kamu kehendaki supaya orang perbuat kepadamu, perbuatlah demikian juga kepada mereka.” (Mat 7:12). Pesan Yesus ini masih aktual hingga saat ini. Orang mengatakan bahwa perkataan Yesus ini adalah aturan emas. Aturan emas ini berhubungan erat dengan kasih. Tuhan Yesus berkata: “Aku memberimu sebuah perintah baru supaya kalian saling mengasihi sebagaimana Aku juga mengasihi kamu” (Yoh 13:34). Banyak kali kita bersifat egois dan mau menang sendiri, sehingga menuntut orang lain untuk mengikuti kemauan kita. Banyak kali kita berlaku kasar dan berpikir bahwa dengan bersikap demikian maka orang lain dapat segan atau takut dengan kita. Kita harus berbuat baik kepada semua orang. Apakah anda sudah berbuat baik? Apakah anda sudah mengasihi?

Tugas kita sebagai Gereja adalah mewartakan kasih dan kerahiman Allah kepada semua orang. Untuk itu Tuhan Yesus membantu kita untuk membayangkan dua pintu, yang satunya pintu yang sempit dan lainnya pintu yang lebar. Di sini penginjil Matius mengingatkan kita pada dua jalan yang banyak disebutkan dalam Kitab Suci (Yer 21:8; Mzm 119:29-30; Ams 12:28). Kitab Ulangan juga menyebutkan dua jalan yang membawa kita kepada kebaikan dan hidup, dan jalan kepada kejahatan dan kematian (Ul 30:15-20). Tentu saja semua ini berdasar pada pengalaman yang nyata, di mana komunitas Matius saat itu sedang menghadapi kesulitan dalam hidup bersama, dan mereka juga mengalami banyak penganiayaan sebagai pengikut Yesus dari Nazaret. Untuk itu setiap orang dikuatkan untuk tetap berkomitmen dalam melakukan tugas penginjilan, apapun resiko yang mereka hadapi.

Pada upacara pembukaan tahun Yubileum kerahiman Allah, Bapa Suci Paus Fransiskus membuka salah satu pintu di Basilika St. Petrus, Vatican. Selanjutnya, beliau juga membuka pintu-pintu gereja utama yang lain di Roma seperti pintu Gereja St. Yohanes Lateran, St. Paolo fuori della murra dan Sta. Maria Magiore. Dari Roma, Paus juga meminta gereja-gereja lokal untuk membuka pintu kudus (porta santa),mulai dari gereja-gereja katedral dan gereja paroki. Paus mengingatkan kita semua untuk memasuki gereja-gereja melalui pintu kerahiman. Sama seperti daun pintu gereja itu dibuka lebar dan kita semua memasuki rumah Tuhan, demikian kita juga membayangkan Tuhan yang maharahim membuka tangan-Nya yang kudus untuk menerima kehadiran kita semua dalam hidup-Nya.

Tuhan Yesus mengajak kita semua untuk masuk melalui pintu yang sempit. Pintu yang sempit adalah pintu kerahiman Allah, karena melalui pintu itu kita merasakan kerahiman Allah dalam diri-Nya yang menderita, wafat dan bangkit dengan mulia. Masuk melalui pintu yang sempit berarti masuk dan mengalami penderitaan Kristus. Hanya sedikit orang yang dapat masuk melalui pintu yang sempit karena mereka tidak mau menderita bersama Kristus. Kitapun diberikan pilihan: apakah kita memilih pintu yang sempit atau pintu yang lebar?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply