Takhta Kerahiman
Hari ini kita mengenang St. Bonaventura. Ia berasal dari Italia tengah, lahir pada tahun 1221, menjadi katolik dengan nama baptis Giovanni atau Yohanes. Ia merasakan pangilan Tuhan dan merelakan dirinya bergabung dengan Ordo Saudara-Saudara Dina (OFM) tahun 1243. Pada saat berusia 35 tahun Bonaventura dipilih sebagai Superior Jenderal, dan menjabat sebanyak 9 kali. Karena semangat kepemimpinan yang luar biasa, Paus Gregorius ke-X mengangkatnya sebagai Uskup dan Kardinal. Ia meninggal dunia dalam perjalanan untuk mengikuti Konsili Lion tahun 1274. Ia digelar sebagai orang kudus pada tanggal 14 April 1482. Dalam hubungannya dengan tahun Kerahiman Ilahi ini, saya mengingat sebuah perkataannya, berbunyi: “Orang beriman haruslah mengarahkan pandangannya kepada Yesus, takhta belas kasih”.
Perkataan St. Bonaventura ini menandakan bagaimana kita sebagai orang beriman mengangkat kepala dan mengarahkan pandangan hanya kepada Yesus. Dia menunjukkan Wajah Kerahiman Allah kepada manusia. Itu sebabnya St. Bonaventura meminta kita untuk memandang wajah kerahiman Allah. Dia duduk di takhta belas kasih dan kerahiman Bapa.
Tuhan menunjukkan kerahiman-Nya kepada orang yang sangat membutuhkan-Nya. Pertolongan Tuhan begitu berarti bagi manusia. Hizkia adalah raja dari Kerajaan Yehuda. Ia sedang mengalami sakit. Sebab itu nabi Yesaya diutus Tuhan Allah untuk mengingatkan hari kematiannya. Namun Hizkia memohon pertolongan Tuhan sambil menangis. Maka Tuhan menunjukkan kerahiman-Nya kepada Hizkia. Ia disembuhkan karena kerahiman Tuhan. Hidupnya masih diperpanjang lima belas tahun lagi dan Tuhan membebaskan dia dan kota Yerusalem dari tangan raja Asyur. Hizkia memandang Allah dalam takhta kerahiman-Nya dengan imannya.
Hari ini mata kita diarahkan kepada Yesus, Tuhan atas hari Sabat. Dialah wajah kerahiman Allah yang kelihatan di dunia. Mari memandang-Nya dalam takhta kemuliaan-Nya.
PJSDB