Jangan ada dusta di antara kita!
Mengakhiri hari ini saya mengingat kembali pembicaraan bersama beberapa orang tentang kebohongan-kebohongan publik. Pembicaraan kami berfokus pada kebiasaan membuat janji palsu kepada masyarakat atau para pemilih aktif. Janji asal janji hanya meninggalkan dusta besar di antara pemimpin dan masyarakat. Hanya saja orang tidak menyadari bahwa berdusta itu dosa. Mungkin mereka lupa sepuluh perintah Allah. Sebab itu pada periode pertama berdusta dan periode selanjutnya hanyalah rentetan dusta. Ah..jangan ada dusta di antara kau dan masyarakat yang memilihmu.
Menjelang pemilihan kepala daerah, di banyak tempat sudah mulai ada kampanye terselubung dan kampanye terang-terangan. Partai-partai politik pun seakan rabun sehingga tidak selektif lagi dengan kader-kadernya. Ada kader yang menyerupai kutu loncat dan oportunis. Hanya mengherankan saja karena para pendusta belum ada rasa malu sehingga masih mau maju ke periode baru lagi. Mereka yang bertelinga dengarlah! Mereka yang masih punya hati nurani, pakailah.
Saya mengingat perkataan sang Maestro Paulo Coelho. Ia berkata:
“Dusta mesti dibayar mahal, sebab membuat orang kehilangan rasa percaya”.
Ya, saya setuju dengan sang Maestro. Setiap dusta yang dilakukan secara terang-terangan maupun tersembunyi akan membuat orang kehilangan kepercayaan. Sekarang pikirkanlah pengalamanmu setiap hari. Berapa kali anda sudah berdusta sehingga orang kehilangan kepercayaan kepadamu? Pikirkanlah juga, ketika dengan sadar anda berdusta kepada Tuhan. Hanya saja Tuhan tidak kehilangan rasa percayanya kepadamu, tetapi Ia membantumu sadar diri bahwa berdusta itu bukan kehendak-Nya melainkan kehendakmu.
Jangan ada dusta lagi di antara kita.
PJSDB