Homili 28 Juli 2016

Hari Kamis, Pekan Biasa XVII
Yer 18:1-6
Mzm 146:2abc.2d-4.5-6
Mat 13:47-53

Tangan Kerahiman Menyempurnakan Kita

imageAda seorang pemuda yang merasa bangga dengan ayahnya. Di perayaan mengenang empat puluh hari meninggalnya sang ayah, ia bersaksi bahwa ayahnya adalah seorang inspirator sejati baginya. Ia berkisah pernah gagal dalam pelajaran dan ayahnya dengan tangannya yang perkasa mengelus-elus belakangnya sambil berkata: “Masih ada kesempatan. Kamu pasti bisa!” Ketika ia mengalami kegagalan dalam pekerjaan, ayahnya dengan tangan menepuk-nepuk bahunya dan berkata: “Ayah juga pernah gagal, tetapi selalu berusaha untuk mengatasi kegagalan itu dengan lapang dada”. Ia mengatakan bahwa sentuhan tangan ayah, seorang pekerja keras telah memberikan kekuatan besar baginya untuk bangkit dari kegagalan, dan tetap memiliki perasaan optimis dalam hidupnya. Tangan sang ayah dirasakannya sebagai tangan kerahiman yang menyempurnakan hidupnya hingga saat ini.

Pada hari ini kita mendengar pengalaman akan Allah di dalam diri nabi Yeremia. Dia mengalami banyak kesulitan dalam menjalani tugas kenabiannya di Israel. Ancaman untuk menghilangkan nyawanya datang silih berganti dari orang-orang dekatnya. Ia sempat mengatakan pengalamannya itu kepada Tuhan dan Tuhan berjanji untuk senantiasa menyertainya. Kita mendengar Tuhan bersabda kepada-Nya untuk pergi ke rumah tukang priuk. Di sana Tuhan berkehendak untuk memperdengarkan sabda-Nya kepada Yeremia. Yeremia pergi dan memperhatikan dengan saksama bagaimana tukang priuk mengerjakan priuk dan aneka bejana tanah liat lain. Apabila bejana tanah liat yang dibuat tukang priuk di tangannya rusak maka tukang priuk itu akan mengerjakan bejana lain berdasarkan keinginannya.

Tuhan membuka pikiran Yeremia dengan perkataan penuh dengan kasih dan kerahiman-Nya. Ia berkata: “Masakan Aku tidak bertindak terhadap kalian seperti tukang priuk itu, hai kaum Israel! Sungguh, seperti tanah liat di tanan tukang priuk, demikian kalian di tangan-Ku, hai kaum Israel!” (Yer 18:6). Tuhan menunjukkan kasih dan kerahiman-Nya kepada manusia. Ia tidak menghitung-hitung dosa-dosa yang dilakukan manusia. Ia mengampuni dan mengasihi karena Dia adalah kasih.

Manusia berasal dari debu dan akan kembali menjadi debu (Kej 3:19). Manusia itu serupa dengan tanah liat yang diambil tukang priuk untuk dibentuk menjadi bejana yang indah. Semuanya sangat tergantung pada desain, pikiran dan kehendak sang pembuat bejana. Demikianlah hidup kita setiap hari, selalu ada di dalam tangan Tuhan yang penuh kerahiman dan Pencipta kita. Ia selalu menggunakan tangan kerahiman-Nya untuk membuat kita menjadi lebih baik lagi dari hari ke hari. Tangan-Nya menjamah dan menyembuhkan kita semua. Ia tidak membiarkan kita tetap merana tetapi menjadi pribadi yang bahagia selamanya.

Tuhan menguatkan manusia yang lemah. St. Paulus mengalaminya sehingga berani bersaksi: “Tetapi harta ini kami punyai dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan yang melimpah-limpah itu berasal dari Allah, bukan dari diri kami” (2Kor 4:7). Kita lemah dan tak berdaya karena dosa, tetapi Tuhan menguatkan kita dan memberikan penebusan yang berlimpah.

Apa yang Tuhan mau katakan kepada kita? Melalui nabi Yeremia, Tuhan menunjukkan kerahiman-Nya kepada kita. Di pihak kita sebagai manusia, kita perlu menunjukkan semangat pertobatan, bahkan sebuah pertobatan yang radikal supaya berkenan dalam hati dan pikiran Tuhan. Kita perlu rendah hati dan berani berkata kepada Tuhan bahwa kita hanyalah tanah liat yang siap dibentuk oleh Tuhan sang Pencipta. Semangat pertobatan akan membantu kita untuk bertumbuh menjadi pribadi yang layak di hadirat-Nya.

Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil memberi sebuah perumpamaan tentang pukat. Nuansa pertobatan dan kerahiman Allah menjadi nyata melalui tangan kerahiman. Orang yang membuang pukat ke laut, ketika menariknya kembali ke pantai dan dengan tangan akan memisahkan ikan yang baik dan ikan yang tidak baik. Ikan baik dikumpulkan ke dalam pasu, ikan yang tidak baik dibuang kembali ke laut karena tidak berguna. Tuhan Yesus membuka pikiran mereka tentang tugas-Nya pada akhir zaman. Ia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Sebab itu Ia berkata: “Demikian juga pada akhir zaman, para malaikat akan datang untuk memisahkan orang-orang yang baik dan jahat. Orang jahat akan dicampakkan ke dalam dapur api. Di sanalah ada ratapan dan kertakan gigi.” (Mat 13:49).

Tuhan yang kita imani itu panjang sabar dan besar kasih setia-Nya. Ia senantiasa mencari dan menyelamatkan kita sebagai anak-anak-Nya. Ia juga memberi kesempatan kepada kita untuk berubah di dalam hidup ini. Artinya, berkali-kali Ia menggerakan hati kita yang tertutup kepada keselamatan, hati kita yang penuh dengan kebencian dan iri hati, penuh dengan dosa dan salah supaya bertobat. Tuhan memberi kesempatan kepada kita untuk bertobat sebelum pengadilan terakhir maka jangan menutup diri terhadap ajakan pertobatan dari Tuhan. Tuhan akan mengadili kita sesuai dengan perbuatan-perbuatan kita, terutama perbuatan kasih.

Sabda Tuhan hari ini mengundang kita untuk membaharui diri dengan bertobat dan kembali kepada Tuhan. Di tahun kerahiman Allah, kita butuh Tuhan dan tangan kerahiman-Nya untuk memberkati dan menguduskan kita. Janganlah menunda-nunda pertobatanmu, tetapi berubahlah saat ini juga.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply