Homili 7 September 2016 (Injil Untuk Daily Fresh Juice)

Hari Rabu, Pekan Biasa ke-XXIII
1Kor. 7:25-31
Mzm. 45:11-12,14-15,16-17
Luk. 6:20-26

 

Apakah anda bahagia saat ini?

imagePada hari Minggu, tanggal 4 September 2016 yang lalu, Paus Fransiskus mengumumkan ke seluruh dunia bahwa Bunda Theresia dari Kalkuta adalah salah seorang Kudus atau Santa di dalam Gereja Katolik. Banyak di antara kita yang mengagumi kehidupan dan pelayanan beliau semasa hidupnya dan kini masih diteruskan oleh para susternya dari Tarekat Misionaris Cinta Kasih. Kita semua mengenal beliau sebagai seorang Kudus modern, yang mendedikasikan dirinya secara total untuk membahagiakan kaum miskin di Kalkuta, India.

Menjelang Bunda Theresia diumumkan sebagai Santa, Sr. Mary Prema Pierick, selaku Superior Jenderal para suster Misionaris Cinta Kasih, mengatakan bahwa Bunda Teresa dari Kalkuta sudah lama menjadi ikon persekutuan, toleransi, saling menerima satu sama lain dan mencinta setiap pribadi. Negara India dengan kemajemukannya mengakui hidup dan karya beliau hingga saat ini. Bapa Suci Paus Fransiskus dalam homili pengukuhan Bunda Theresa sebagai orang kudus mengatakan bahwa St. Theresia dari Kalkuta adalah seorang pekerja Kerahiman Allah yang tidak kenal lelah. Satu-satunya harapan beliau adalah supaya kaum miskin berbahagia di hadapan Tuhan dan sesama. Perkataan Suster Mary dan Paus Fransiskus sebenarnya mempertegas perkataan St. Theresia dari Kalkuta yakni: “Jangan biarkan orang yang datang pada anda kembali tanpa merasa lebih baik dan lebih bahagia. Jadilah ungkapan hidup dari kebaikan Tuhan. Kebaikan dalam wajah anda, kebaikan dalam mata anda, kebaikan dalam senyum anda”.

Pada hari ini kita mendengar Sabda Bahagia versi Injil Lukas. Sabda bahagia versi Injil Lukas ini merupakan pemenuhan nubuat kenabian dari Kitab nabi Yesaya (Yes 61:1-2) dan dikomentari secara cemerlang oleh Yesus di Nazareth (Luk 4:16-21). Yesus mengatakan bahwa Ia diutus untuk mewartakan Injil kepada kaum miskin, membebaskan kaum tawanan, memberikan penglihatan bagi orang buta dan membebaskan orang-orang tertindas. Maka jelas bahwa Sabda bahagia versi Injil Lukas ini memang ditujukan kepada orang-orang yang benar-benar miskin, sedang kelaparan dan menangis karena kondisi sosialnya nyata dan dilihat sendiri oleh Tuhan Yesus. Tentu saja miskin bukan dalam arti tidak memiliki harta apapun tetapi menunjukkan kesadaran akan kelemahan mereka di hadirat Tuhan dan kesiapan mereka untuk menerima anugerah-anugerah berlimpah dari Tuhan sendiri.

Bagian pertama dari Injil secara istimewa menyapa orang-orang yang sangat membutuhkan Tuhan di dalam hidupnya. Ketika itu Yesus memandang murid-murid-Nya sebagai wakil dari komunitas Mesianis dan berkata “berbahagialah hai kalian”: mereka yang miskin memiliki Kerajaan Allah, kelaparan karena dipuaskan, menangis karena akan tertawa. Nah orang-orang yang miskin, sedang kelaparan dan menangis bukan menggambarkan tiga tipe manusia saat itu melainkan menggambarkan sejumlah besar dari murid-murid yang sedang mengikuti Yesus (Luk 6:17). Yesus menyapa orang-orang sederhana, miskin, sedang kelaparan dan yang menangis karena mereka semua terbuka pada sebuah harapan yang diwartakan oleh Yesus yakni Injil-Nya. Mereka semua disapa berbahagia karena mereka menjadi pusat perhatian dari Tuhan sendiri. Ia menunjukkan kerahiman-Nya kepada mereka. Ia tidak menjanjikan kebahagiaan di dunia ini tetapi kebahagiaan kekal yang penuh dengan harta Mesianis.

Yesus juga menyapa mereka yang dibenci, dikucilkan, dicela dan ditolak karena nama-Nya. Dalam situasi seperti ini mereka tetap bersukacita karena upah mereka besar di surga. Ini juga merupakan sebuah fakta yang dialami komunitas Kristen pada tahun 80-an di mana mereka mengalami diskriminasi dan dimusuhi oleh orang-orang Yahudi. Banyak di antara mereka wafat sebagai martir.

Pada bagian kedua dari Injil, Yesus mengecam orang-orang kaya, yang kenyang, tertawa dan yang dipuji. Kecaman-kecaman ini adalah lawan dari keempat Sabda Bahagia yakni mereka yang miskin, kelaparan, menangis dan yang dibenci. Keempat kecaman ini hendak membangkitkan pikiran hati kita untuk merasakan sapaan bahagia dari Tuhan sendiri.

Dari bacaan Injil, kita mendapat gambaran bahwa Tuhan Yesus hendak menunjukkan Wajah Kerahiman Allah kepada semua orang. Bagi orang-orang miskin, yang sedang kelaparan, menangis, dan menderita karena dibenci supaya optimis karena akan merasakan kebahagiaan surgawi kelak. Bagi mereka yang dikecam Yesus untuk berbalik kepada-Nya dan merasakan kerahiman Allah.

Bagi kita semua yang merenungkan Injil tentang Sabda Bahagia ini, Tuhan hendak membuka diri kita untuk merasakan, mengalami kebahagiaan ilahi dan mawas diri terhadap keserakahan hidup yang merupakan kebahagiaan sesaat. Kita diajak untuk berempati dengan sesama yang sangat membutuhkan uluran tangan kita. Biarlah mereka juga ikut merasa bahagia dalam hidupnya. Ini juga menjadi tugas kita untuk mewartakan Kerahiman Allah kepada sesama.

Mari kita bertanya dalam diri kita dan sesama: Apakah anda bahagia? Apakah secara pribadi kita (anda dan saya) merasa bahagia di hadapan Tuhan? Kalau kita merasa bahagia dalam Tuhan maka kita juga akan mewartakan kebahagiaan Tuhan kepada sesama manusia. Kerahiman-Nya benar-benar nyata dalam hidup kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply