Homili 22 September 2016

Hari Kamis, Pekan Bisa ke-XXV
Pkh 1:2-11
Mzm 90: 3-6. 12-14.17
Luk 9: 7-9

Mengapa anda menjadi Kristen?

imageSeorang sahabat membagi pengalamannya setelah mengikuti sebuah seminar tentang hidup Kristiani. Ia mengatakan bahwa selama ini ia sangat bangga sebagai pengikut Kristus. Ia mengoleksi dan menggunakan berbagai attribut kristiani. Ia siap untuk membela imannya karena Kristus kapan dan di mana saja ia berada. Namun, setelah mengikuti seminar tentang hidup Kristiani, ia baru sadar bahwa niat baik untuk menjadi kristiani saja belum cukup. Ia harus berani berkorban untuk Kristus yang lebih dahulu berkurban bagi dirinya. Artinya, setiap hari orang harus berani memberi kesaksian bahwa dia adalah orang Kristen. Kata Kristen berarti Kristus kecil (little Christ), artinya Kristus harus menjadi segalanya, utama bukanlah sekunder. Orang Kristen dalam bahasa Inggris disebut CHRISTIAN. Kata ini apabila dipenggal akan menjadi CHRIST-IAN (Christ-I Am Nothing). Dengan demikian ia berjanji untuk memulai lagi, menata lagi hidupnya sebagai pengikut Kristus yang terbaik.

Banyak kali kita berhenti pada perasaan bangga sebagai pengikut Kristus saja. Kita berbangga karena dibaptis pada saat masih bayi, artinya sudah lama menjadi pengikut Kristus. Kita berbangga karena banyak anggota keluarga dan kerabat adalah pengikut Kristus yang setia menurut kategori manusiawi kita. Semua perasaan bangga itu baik adanya. Namun kita harus berusaha supaya kebanggaan kita itu benar-benar mendorong kita untuk menjadi umat Kristen yang baik. Tuhan Yesus Kristus harus menjadi pertama dan utama di dalam hidup kita. Sebab Ia sendiri pernah berkata “sine Me nihil potestis facere” artinya, terlepas dari Aku, kamu tidak dapat berbuat apa-apa (Yoh 15:5). Kita harus berani berkata bahwa Yesus adalah pusat hidup kita sedangkan kita tidak dapat berbuat apa-apa (Christian: Christ, I am nothing).

Pada hari ini kita mendengar kisah Injil yang sangat menarik perhatian kita. Kisah tentang Herodes Antipas yang hatinya sedang gundah gulana karena mendengar karya-karya besar yang dilakukan Tuhan Yesus di hadapan orang banyak. Sayang sekali karena Herodes Antipas belum mengenal Yesus secara pribadi dan berkeinginan untuk menjumpai-Nya. Penginjil Lukas memberi satu catatan penting: “Herodes berusaha supaya dapat bertemu dengan Yesus” (Luk 9:9). Pada saat itu masih ada orang lain yang belum mengenal Yesus sehingga mereka menginformasikan hal yang keliru kepada Herodes Antipas. Mereka mengatakan bahwa Yohanes Pembaptis bangkit dari antara orang mati, Elia telah muncul kembali atau seorang nabi lain yang pernah ada zaman dahulu dan barusan bangkit lagi. Informasi ini sempat beredar dan sangat menghantui pikiran Herodes.

Apa yang terjadi dengan Herodes? Ia berada dalam posisi yang terjepit karena ia memang segan terhadap posisi Yohanes Pembaptis karena banayak orang menganggapnya sebagai orang kudus. Namun, Herodes juga sadar bahwa Yohanes sudah dibunuhnya dengan cara memenggal kepalanya. Para murid Yohanes sudah mengambil jenazah tanpa kepala dan menguburkannya. Meskipun Ia sadar telah melakukan tindakannya itu kepada Yohanes Pembaptis namun hati kecilnya tetap berada dalam pencarian: “Siapakah yang nama orang yang sedang tenar melebih semua orang di Palestina pada masa itu?” Ia hanya mendengar segala perbuatan Yesus tetapi tidak mengenal-Nya secara pribadi dan berniat untuk menjumpai-Nya.

Hal yang menarik perhatian kita adalah sikap ingin tahu dari raja Herodes. Ia tidak mengenal dan percaya kepada Yesus tetapi ketika mendengar tentang Yesus yang tidak dikenalnya itu, hatinya cemas, gundah gulana dan ingin bertemu secara langsung dengan-Nya. Di balik kelemahan manusiawi Herodes, karya-karya Allah dalam diri Yesus telah menggerakan hatinya untuk mengenal Yesus. Mungkin saja dia berkeinginan jahat terhadap Yesus karena nama-Nya sedang tenar melebihi Herodes sendiri. Tetapi aspek positif yang perlu kita perhatikan adalah Yesus adalah Tuhan yang mampu menggerakan hati semua orang yang baik dan jahat untuk berjumpa dengan-Nya. St. Paulus mengatakan: “…dan segala lidah mengaku: “Yesus Kristus adalah Tuhan” bagi kemuliaan Allah Bapa. (Flp 2:11).

Tantangan bagi kita pada masa ini adalah banyak orang hanya berhenti pada rasa bangga sebagai pengikut Kristus tetapi tidak berusaha untuk menyerupai-Nya. Banyak orang mendengar Yesus, dan merasa bangga karena sudah dibaptis, tetapi kurang berkomitmen untuk menyerupai Yesus dalam segala hal. Yesus belum menjadi model hidup bagi orang-orang tertentu. Padahal sebagaimana dikatakan oleh Paulus bahwa segala lidah akan mengakui bahwa Yesus Kristus adalah Tuhan. Apakah anda dan saya sudah mengakui Yesus Kristus sebagai satu-satunya Tuhan dan Pengantara kita?

Mengapa orang masih merasa sulit untuk menyerupai Tuhan Yesus Kristus? Ini adalah sebuah pertanyaan yang menarik perhatian kita semua. Sebenarnya dengan menerima sakramen pembaptisan kita berusaha untuk menjadi orang Kristen sejati. Kita menjadi serupa dengan Yesus, mengikuti jejak-Nya. Satu hal yang mungkin masih menjadi kesulitan bagi kita semua adalah bagaimana kita bersikap terhadap harta kekayaan yang sedang kita miliki. Yesus berkata: “Di mana hartamu berada, di sana hatimu juga berada” (Mat 6:21). Orang lupa bahwa segala sesuatu yang ada di atas dunia ini hanya bersifat sementara saja. Tidak ada yang abadi di dunia ini. Hanya Tuhan saja yang abadi.

Kitab Pengkotbah, memberikan arahan bagi kita untuk hidup dengan baik sebagai anak-anak Tuhan. Ia membuka wawasan kita supaya memiliki kebijaksanaan yang tepat di hadapan Tuhan. Kata kunci yang dipakainya adalah kesia-siaan belaka dan bahwa segala sesuatu adalah sia-sia! Pengkotbah menghadirkan fenomena alamiah seperti kehidupan dan kematian manusia berlalu tetapi bumi dan matahari tetap ada. Matahari tetapi berotasi seperti biasa. Angin tetap berputar seperti biasa, semua sungai yang mengalir ke laut tetapi laut tidak pernah penuh. Segala sesuatu terjadi, berubah dan tidak berulang kembali. Semua fenomena ini mengantar kita kepada pribadi Tuhan sendiri. Dia adalah satu-satunya penyelenggara hidup kita. Kita berani berkata bersama Daud dalam Mazmur ini: “Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun temurun.” (Mzm 90:1).

Sabda Tuhan pada hari ini membantu kita untuk memohon kepada Tuhan alasan mengapa kita menjadi Kristen. Mengapa kita mau menjadi Kristus kecil di atara banyak orang yang belum mengenal atau sedang mencari jalan untuk mengenal Yesus Kristus. Mari kita menunjukkan wajah Kristus dalam perkataan dan perbuatan kita masing-masing.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply