Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXIX
Ef 2:1-10
Mzm 100:2-5
Luk 12:13-21
Semua karena kerahiman Allah
Pada hari ini seluruh Gereja Katolik memperingati St. Ignasius dari Antiokhia, uskup dan martir. Beliau adalah salah seorang murid St. Yohanes penginjil yang dikenal sebagai pribadi yang pandai, saleh dan bijaksana. Karena kebajikan-kebajikan ini maka beliau diangkat menjadi uskup di Antiokhia. Tugas kegembalaan dilakukannya dengan baik namun pada saat yang sama, banyak pengikut Kristus yang mengalami penganiayaan. Ignasius sebagai gembala umat ditangkap bersama beberapa umatnya untuk dihadapkan kepada Kaisar Romawi karena mereka mengimani Yesus Kristus. Kaisar dengan kasar bertanya kepada Ignasius tentang jati dirinya. Ignasius tegas menjawab: “Akulah Ignasius pemimpin orang-orang yang mengikuti Yesus Kristus yang sudah disalibkan, wafat dan bangkit dari kematian. Ia adalah Tuhan kami dan tetap tinggal dan menyertai kami.” Karena kesaksiannya ini maka, ia ditangkap, dibelenggu dan disiksa. Selanjutnya dikirim ke Roma untuk dicampakan ke dalam kandang singa yang saat itu sedang kelaparan.
Dalam perjalanan ke Roma, ia masih menulis surat kepada St. Polikarpus dan umatnya sambil menghibur dan menguatkan mereka dalam penderitaan. Ia memohon doa umatnya supaya ia sendiri boleh layak menjadi martir Kristus. Ia mau menjadi Kristen bukan hanya nama tetapi lebih-lebih dalam perbuatan nyata. Ia berkata: “Aku ini gandum Tuhan, digiling lembut oleh gigi-gigi singa untuk dijadikan roti Kristus yang paling murni” Perkataan ini turut mengiringi kematiannya pada tahun 107. Ignasius memberi dirinya secara utuh kepada Tuhan dan ia sendiri merasakan kerahiman Allah selama-lamanya. Pengalaman Ignasius dibahasakan dengan baik oleh St. Paulus seperti ini: “Aku disalibkan bersama Kristus. Namun aku hidup, tetapi bukan lagi aku sendiri, melainkan Kristuslah yang hidup di dalam diriku. Aku hidup dalam kepercayaan akan Putra Allah, yang mengasihi aku dan menyerahkan diri-Nya bagiku” (Gal 2:19-20).
Perkataan Paulus dan pengalaman kemartiran Ignasius dari Antiokhia ini membuka wawasan kita untuk terbuka kepada kerahiman Allah. Dalam suratnya kepada jemaat di Efesus, Paulus mengatakan bahwa dahulu, masing-masing anggota jemaat sudah mati karena pelanggaran dan dosa-dosa mereka. Hidup dalam dosa adalah jalan duniawi, artinya mereka lebih mentaati roh yang bekerja di antara orang-orang durhaka. Roh orang-orang durhaka membuat orang lebih dikuasai oleh nafsu-nafsu kedagingan dan pikiran-pikiran yang jahat. Orang-orang seperti ini memang layak dihukum oleh Tuhan. Namun Tuhan menunjukkan kasih setia dan kerahiman-Nya kepada mereka yang berdosa.
Paulus mengatakan bahwa karena kasih-Nya yang besar yang dilimpahkan kepada manusia maka Allah sendiri menghidupkan kita bersama Yesus Kristus Putra-Nya. Kita semua memang sudah mati karena dosa namun Ia menghidupkan kita dari kematian kekal karena kasih-Nya di dalam Yesus Kristus. Kita semua mengalami keselamatan semata-mata karena kasih karunia dan kerahiman Tuhan. Kita juga diselamatkan oleh Tuhan karena iman dan kepercayaan kita kepada-Nya. Keselamatan itu adalah anugerah dari Tuhan bagi kita. Pada akhirnya Paulus berkata: “Sebab sesungguhnya kita ini buatan tangan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan perbuatan-perbuatan baik, yang sudah dipersiapkan Allah sebelumnya” (Ef 2:10).
Paus Fransiskus dalam Bulla Misericordiae Vultus memanggil Gereja untuk terlibat aktif dalam mewartakan kerahiman Allah kepada semua orang. Menurutnya, Gereja diutus untuk mewartakan kerahiman Allah, hati Injil yang berdetak, yang dengan caranya sendiri harus menembus hati dan pikiran setiap orang. Gereja adalah mempelai Kristus yang harus mencontoh sikap Anak Allah yang keluar dan menjumpai setiap orang tanpa kecuali. (MV, 12). Orang-orang berdosa dikasihi Allah dan diselamatkan-Nya. Semuanya dilakukan Allah karena kasih karunia.
Allah mengasihi manusia dengan kasih yang sempurna dalam diri Yesus Kristus Putra-Nya. Kasih karunia dan kerahiman Allah ini mendorong manusia untuk sadar diri bahwa Allah adalah harta yang pertama dan terutama. Sebab itu manusia haruslah waspada terhadap segala kerakusan akan harta duniawi. Manusia haruslah menjadi kaya di dalam Tuhan dengan harta-harta surgawi. Para martir dan orang-orang kudus menginspirasikan kita untuk tetap berusaha memberi diri kepada Tuhan, dan dengan demikian ikut merasakan kasih dan kerahiman-Nya selama-lamanya. Kita semua diselamatkan oleh kerahiman Allah.
PJSDB