Homili 10 November 2016

Hari Kamis, Pekan Biasa ke-XXXII
St. Leo Agung (Paus dan Pujangga Gereja).
Flm 7-20
Mzm 146: 7-10
Luk 17:20-25

Menerima sesama apa adanya!

imagePada hari ini, seluruh Gereja Katolik memperingati St. Leo Agung. Beliau dilahirkan di Toscana, Italia tengah pada tahun 391/400, dari sebuah keluarga bangsawan. Ia terpilih menjadi Paus ke-45 menggantikan Paus Sixtus III yang meninggal dunia pada tanggal 11 Agustus 440. Pada tanggal 29 September 440, Leo Agung dinobatkan sebagai Paus ketika masih sebagai seorang diakon di kota Roma. Sesuai dengan namanya, Paus Leo Agung menunjukkan komitmennya untuk melayani Gereja.

Apa yang beliau lakukan untuk Tuhan Yesus dan Gereja-Nya? Ia melakukan misi perdamaian terhadap Aetius dan Albinus, dua orang jenderal yang sedang berseteru di Gaul (Prancis) atas permintaan Kaisar Valentinianus III. Ia bertindak tegas terhadap para bidaah yang berkembang saat itu. Mereka mengajarkan bahwa Tuhan Yesus hanya memiliki kodrat ilahi saja dan tidak memiliki kodrat manusia. Dengan tegas Paus Leo Agung mengatakan bahwa Tuhan Yesus memiliki kodrat ilahi dan manusia. Kita mengenal pengakuan iman dalam Konsili Kalsedon bahwa Yesus sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Ia menunjukkan sikap kegembalaannya yang luar biasa terhadap gereja Katolik, khususnya di kota Roma. Beliau meninggal pada tanggal 10 November 461. Ia menjadi paus pertama yang meninggal dunia di dalam Gereja bukan sebagai martir. Kunci keberhasilan Paus Leo sebagai kepala Gereja adalah berdialog dan menerima semua orang apa adanya. Dengan demikian, ketika berhadapan dengan para bidaah sekali pun, ia mampu mengatasinya.

St. Paulus dalam suratnya kepada Filemon, mengingatkannya untuk menerima sesamanya apa adanya. Perkataan Paulus ini berhubungan erat dengan seorang budak Filemon bernama Onesimus. Ia menjadi buronan karena mencuri barang-barang milik tuannya Filemon di kota Kolose. Ia lalu ditangkap dan dipenjarakan. Dia berjumpa dengan Paulus di dalam penjara. Paulus membimbingnya sehingga ia bertobat. Sebab itu Paulus menulis surat kepada Filemon untuk menerima Onesimus kembali apa adanya.

Apa yang Paulus tuliskan kepada Filemon? Paulus menyapa Filemon dengan kalimat “saudaraku terkasih”. Ia merasa sangat bergembira dan kuat karena kasih Filemon kepadanya. Sikap Filemon ini menghibur hati orang-orang kudus. Paulus sangat menghormati dan menghargai pribadi Filemon. Selalu seorang pemimpin jemaat yang terpenjara, sebenarnya Paulus secara langsung meminta Filemon untuk menerima Onesimus. Namun ia menghargai Filemon sebagai majikan dari Onesimus. Onesimus sendiri disapa Paulus sebagai anak yang hilang dan ditemukan di dalam penjara. Paulus meyakinkan Filemon bahwa sebelumnya Onesimus tidak berguna bagi Filemon, namun sekarang ia sangat berguna bagi Filemon dan Paulus. Nama Onesimus berarti berguna. Paulus mengakui bahwa Onesimus adalah buah hatinya dan menyuruhnya kembali kepada Filemon.

Paulus mengharapkan agar Onesimus nantinya diterima oleh Filemon, bukan lagi sebagai seorang hamba melainkan sebagai seorang saudara terkasih di hadapan Tuhan dan sesama. Paulus berharap agar Filemon menerima Onesimus apa adanya sebagaimana ia juga menerima Paulus sebagai temannya. Filemon diharapkan untuk memaafkan Onesimus atas masa lalunya. Dengan penuh persaudaraan, Paulus berkata: “Tanggungkanlah itu kepadamu!”

Paulus adalah seorang pemimpin jemaat yang hebat. Ia menunjukkan kebijaksanaannya dengan membimbing Onesimus dan menganggapnya sebagai anak rohaninya. Onesimus pun bertobat dan percaya kepada Kristus. Filemon sebagai majikan Onesimus, diharapkan untuk menerima Onesimus bukan sebagai seorang hamba melainkan sebagai saudara. Kita ini menunjukkan bagaimana usaha kita untuk menjadi Alter Cristus di dunia ini. Kita adalah Kristus lain yang memberi diri untuk kebahagiaan sesama. Sikap kita adalah menerima semua orang apa adanya bukan menerima semua orang ada adanya. Bagaimana perilaku anda terhadap orang yang melukai hatimu? Apakah anda tetap mau memusuhinya atau menjadi sahabat dan saudara? banyak kali kita hanya berlaku sebagai musuh bukan sebagai saudara. Tuhan Yesus berkata: “Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu”. (Mat 5:44).

Sikap menerima sesama apa adanya merupakan sikap belas kasih kepada sesama. Ini adalah sikap Tuhan Yesus Kristus sendiri. Dia menunjukkan wajah kerahiman Bapa dengan menghadirkan Kerajaan Allah di tengah dunia. Saya sekali karena orang-orang Yahudi tidak menerima kehadiran-Nya. Orang-orang Farisi bahkah datang kepada Yesus dan bertanya tentang kapan Kerajaan Allah akan datang. Yesus mengatakan bahwa Kerajaan Allah tidak datang dalam tanda-tanda lahiriah (Luk 17:20) sebab Kerajaan Allah sudah ada di tengah-tengah mereka (Luk 17:21). Ada yang mengatakan bahwa Kerajaan Allah ada di tempat tertentu. Demikian juga Anak Manusia ada di tempat tertentu juga. Yesus menghimbau mereka untuk tidak mudah percaya pada perkaraan orang. Yesus mengakhiri perkataan-Nya dengan berkata: “Anak Manusia harus menanggung banyak penderitaan dahulu dan ditolak oleh angkatan ini” (Luk 17:25).

Sabda Tuhan pada hari ini membawa kita kepada sebuah bentuk hidup baru. Pertama, kita semua adalah Onesimus artinya berguna atau bermanfaat untuk kebaikan bukan kejahatan. Mungkin saja hidup lama kita diliputi oleh ketidakjujuran namun kita karus berusaha untuk hidup jujur. Kedua, kita berusaha untuk menerima semua orang apa adanya bukan ada apanya. Orang yang ada di sekitar kita, musuh sekali pun adalah manusia yang patut kita hargai dan hormati. Ketiga, semangat pengorbanan diri membuka pintu keselamatan bagi kita. Paulus menderita karena Injil dan dipenjarakan. Anak manusia juga menderita dan mengalami penolakan. Semoga St. Leo Agung mendoakan kita untuk setia dan hidup kudus seperti dirinya sendiri.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply