Homili 21 November 2016

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXXIV
St. Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah
Why 14:1-3.4b-5
Mzm 24:1-6
Luk 21:1-4

Persembahan yang terbaik adalah dirimu

imageSaya pernah diundang untuk mengikuti perayaan syukuran kaul kekal seorang biarawati. Romo yang memimpin perayaan Ekarsti itu secara umum mengatakan bahwa pengikraran kaul-kaul hidup membiara selama-lamanya (kekal) menunjukkan suatu jawaban pasti atas panggilan Tuhan dan persembahan diri secara utuh kepada Tuhan. Persembahan yang terbaik menurut Romo adalah persembahan diri, supaya menjadi pribadi yang taat, miskin dan murni, hanya untuk Tuhan saja. Persembahan yang terbaik adalah persembahan diri untuk Tuhan dan nantinya menjadi nyata dalam pelayanan bagi sesama. Penjelasan umum Romo ini memang sederhana tentang nilai teologis dan nilai-nilai spiritual dari nasihat-nasihat injil. Namun kata kuncinya adalah pada persembahan diri secara utuh kepada Tuhan dan sesama. Saya sebagai seorang imam dan biarawan sedang menghayati hidup seperti ini. Saya mempersembahkan diri secara utuh kepada Tuhan untuk kemuliaan nama-Nya dengan menghayati nasihat-nasihat sesuai semangat Salesian Don Bosco. Penghayatan nasihat-nasihat injil menadi nyata dalam pelayanan-pelayanan kepada kaum muda yang miskin.

Pada hari ini Gereja Katolik mengenang St. Perawan Maria dipersembahkan kepada Allah. Menurut tradisi, ketika berusia tiga tahun, santa perawan Maria dibawa oleh St. Yoakim dan St. Ana untuk dipersembahkan kepada Allah di Yerusalem. Peristiwa iman ini menjadi bagian dari kehidupan Bunda Maria. Sepanjang hidupnya ia mempersembahkan dirinya sampai tuntas bagi Tuhan. St. Agustinus berkata: “Santa Perawan Maria sudah pasti melakukan kehendak Bapa, dan baginya jauh lebih berarti menjadi seorang pengikut Kristus daripada menjadi Bunda-Nya, dan lebih diberkati sebagai pengikut-Nya daripada sebagai bunda-Nya. Baginya adalah suatu kebahagiaan untuk mengandung dalam rahimnya seorang putra yang akan ditaatinya sebagai Tuhan”.

Dalam bacaan Injil, kita mendengar tentang persembahan seorang janda miskin. Ketika itu Tuhan Yesus berada di dalam Bait Allah. Ia memperhatikan semua orang yang memasukkan persembahan mereka di dalam peti persembahan. Ada juga seorang janda miskin yang datang untuk memberi persembahan. Di sini ada perbedaan yang mendasar: orang-orang kaya memberi dari kelebihannya sedangkan janda miskin memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya. Orang-orang kaya tidak mendapat pujian dari Yesus karena memberi dengan perhitungan tertentu. Janda miskin memberi seluruh hidupnya sebagai persembahan.

Janda miskin dalam Injil hari ini memberikan kepada kita pembelajaran yang sangat bermakna. Banyak kali kita memberi sesuatu kepada sesama tetapi penuh perhitungan. Ada semacam ketakutan jangan sampai setelah memberi kita menjadi miskin. Ada yang memberi dengan sukacita tetapi tidak mengontrol mulutnya. Ia leluasa berbicara kepada sesama yang lain tentang besarnya sumbangan yang sudah diberikan kepada sesama. Tuhan Yesus berkata: “Jika engkau memberi sedekah, janganlah diketahui tangan kirimu, apa yang diperbuat tangan kananmu” (Mat 6:3).

Nilai rohani yang membantu kita supaya bertumbuh adalah persembahan itu tidaklah diukur berdasarkan kuantitasnya tetapi kualitasnya. Orang-orang kaya memberi dalam jumlah yang besar tetapi kalau tidak tulus maka kualitasnya rendah. Janda miskin itu memberi dalam jumlah sedikit tetapi dengan sepenuh hati maka kualitasnya lebih tinggi. Kita belajar untuk memberi dengan sepenuh hati kepada Tuhan dan sesama.

Tuhan Yesus adalah Anak Domba yang berdiri di Bukit Sion. Ia berdiri bersama seratus empat puluh empat ribu orang. Pada dahi mereka tertulis nama Anak Domba dan nama Bapa-Nya. Mereka semua mengikuti Anak Domba kemana saja ia pergi. Mereka adalah orang-orang kudus yang ditebus oleh Anak Domba. Darah Anak Domba telah menguduskan mereka. Gambaran Anak Domba dalam bacaan pertama merupakan gambaran persembahan diri Yesus Kristus kepada Bapa. Persembahan diri Yesus bertujuan untuk penebusan yang berlimpah bagi setiap manusia.

Sabda Tuhan hari ini membantu kita untuk berani mempersembahkan diri kepada Tuhan. Persembahan diri yang tulus membuka jalan menuju kekudusan. Mari kita mempersembahkan diri kepada Tuhan dan kepada sesama kita. Kita belajar dari Tuhan Yesus, Anak Domba yang mempersembahkan diri-Nya sampai tuntas. Kita belajar dari Bunda Maria yang mempersembahkan diri sebagai Bunda Allah dan Bunda kita semua. Kita belajar dari janda miskin yang memberi seluruh nafkahnya untuk kebahagiaan sesamanya yang miskin. Manakah persembahanmu?

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply