Homili 15 Desember 2016

Hari Kamis, Pekan Adven III
Yes 54: 1-10
Mzm 30:2.4-6.11-12a
Luk 7:24-30

Siap menjadi Utusan Tuhan

Pada suatu kesempatan saya diundang untuk mengikuti misa konselebrasi pembaharuan kaul kebiaraan di sebuah komunitas biara. Di antara sepuluh jubilaris, ada di antara mereka yang membaharui kaul untuk satu tahun, dua tahun dan tiga tahun untuk hidup sebagai pribadi yang taat, miskin dan murni. Mereka memilih tema perayaan pembaharuan kaul kebiaraan: “Siap menjadi utusan”. Mereka semua masih dikelompokan sebagai Yuniores. Mereka kelihatan optimis dan penuh semangat untuk menjadi utusan Tuhan dalam karya-karya pelayanan mereka di dalam gereja. Semangat optimisme ini memang perlu mereka miliki dalam perutusan mereka. Hal ini juga yang menjadi pesan utama Romo yang memimpin perayaan Ekaristi.

Sambil membaca judul homili pada hari ini: “Siap menjadi utusan Tuhan” mungkin pikiran kita langsung berfokus pada para rasul Yesus dan perutusan yang Tuhan Yesus berikan kepada mereka. Tuhan Yesus berkata: “Pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka segala sesuatu yang Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku akan menyertai kamu sampai akhir zaman” (Mat 28:19-20). Yesus mengutus para murid-Nya untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan-Nya, terutama keselamatan semua orang sebagaimana dikehendaki oleh Bapa sendiri.

Pada hari ini pikiran kita diarahkan untuk memahami perutusan Yohanes Pembaptis yang terjadi jauh sebelum Yesus mengutus para rasul sebagai utusan-Nya. Yohanes Pembaptis lahir di dalam keluarga abdi Tuhan. Ayahnya Zakharias adalah utusan Tuhan yang selalu siap melayani Tuhan di tempat-Nya yang kudus. Ibunya Elizabeth disebut sebagai wanita mandul, namun ia tetap percaya kepada kehendak Allah. Pada akhirnya ia mengandung dan melahirkan Yohanes. Yohanes kemungkinan mendapat pembinaan rohani yang bagus di bawah bimbingan kaum Esseni di sekitar Qumran, dekat laut mati. Salah satu kekhasan kaum Esseni adalah hidup dalam kesederhanaan dan selibat.

Yohanes merasa yakin sebagai utusan Tuhan untuk menyiapkan kedatangan Yesus sang Mesias. Ia menyerukan pertobatan sambil menunjukkan semangat pertobatan dengan kerendahan hati dan kesederhanaan hidupnya. Banyak orang antusias dan menunjukkan semangat tobat dengan menerima pembaptisan di sungai Yordan. Perkataan Yohanes keras dan sifatnya membangkitkan semangat tobat yang radikal.

Yohanes memiliki kedekatan dengan Yesus. Kedekatan ini bukan semata-mata karena hubungan kekeluargaan tetapi juga kedekatan karena kuasa Tuhan Allah Roh Kudus. Kita mengingat kembali perjumpaan antara Maria dan Eliabeth di Ain Karem. Ketika Maria menyalami Elizabeth, Yohanes di dalam rahim Elizabeth melonjak kegirangan (Luk 1:44). Sebuah perjumpaan yang penuh sukacita. Tuhan Yesus sendiri rela datang ke sungai Yordan untuk dibaptis oleh Yohanes (Luk 3:21-22). Ini menjadi saat yang tepat bagi Bapa untuk memperkenalkan Yesus sebagai Putera yang dikasihi-Nya dalam Roh Kudus. Yohanes menunjuk Yesus kepada para murid-Nya sebagai Anak Domba Allah yang menghapus dosa dunia (Yoh 1:29-36). Yesus mengapresiasi dan memuji Yohanes Pembaptis dan karya-karyanya sebagai utusan Tuhan untuk menyiapkan jalan bagi Mesias.

Namun demikian, ada satu hal yang masih membingungkan Yohanes dalam hubungannya dengan Yesus. Ia pun mengutus para muridnya untuk bertanya kepada Yesus, apakah Dia sungguh Mesias atau masih ada orang lain yang ditunggu kedatangannya. Yesus tidak menjawab pertanyaan Yohanes tetapi mengungkapkannya dalam tanda-tanda. Misalnya, orang sakit disembuhkan dan yang mati dibangkitkan. Ini adalah gambaran saat mesianis maka Yohanes mengerti bahwa Yesus adalah Mesias yang dinantikan. Yesus menyebut Yohanes sebagai yang melebihi seorang nabi. Ia adalah nabi yang sederhana dalam berpakaian dan makan minum. Dialah utusan yang mendahului Mesias, Elia baru bagi umat Israel. Yesus bahkan mengatakan bahwa di antara mereka yang dilahirkan oleh perempuan, tidak ada seorang pun yang lebih besar dari pada Yohanes. Di saat yang sama Yesus mengatakan bahwa Dia yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari Yohanes.

Perkataan Yesus tentang Yohanes Pembaptis diakui oleh banyak orang berdosa, yakni para pemungut cukai. Mereka mengakui kebenaran Allah karena pengajaran Yohanes Pembaptis. Hanya kaum Farisi yang dan para ahli Taurat yang menolak maksud Allah karena mereka juga tidak dibaptis oleh Yohanes Pembaptis.

Di samping Yohanes Pembaptis, pikiran kita juga diarahkan kepada figur nabi Yesaya. Dalam bacaan pertama ia menunjukkan dirinya sebagai utusan Tuhan untuk memberikan rasa optimisme kepada umat Israel yang sedang mengalami berbagai kesulitan. Pekik sorak sorai ditujukan kepada umat pilihan Allah yang sedang menderita. Mereka akan mengembang ke kanan dan ke kiri dan tidak akan merasa malu.Tuhan akan tetap menunjukkan kasih sayang kepada umat-Nya. Di sini kita melihat peran nabi Yesaya adalah mewartakan sukacita dan optimisme kepada umat Allah yang menderita untuk lebih menyadari lagi kasih dan kerahiman Tuhan. Utusan Tuhan bukan bertugas untuk mengancam tetapi untuk meneguhkan hati sesama yang menderita.

Pada hari ini kita belajar dari dua figur inspiratif yang menghadirkan kasih dan kebaikan Tuhan. Nabi Yesaya dan Yohanes Pembaptis mengantar kita untuk lebih dekat lagi dengan Yesus, sang Anak Domba Allah. Kita juga menjadi utusan Tuhan untuk mengantar sesama kepada Allah. Janganlah menghalangi sesama untuk mendekatkan diri kepada Allah.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply