Homili Misa Sore Menjelang Hari Raya Natal A-B-C – 2016

Misa Sore Menjelang Hari Raya Natal
Yes 62:1-5
Mzm 89:4-5.16-17.27.29
Kis 13:16-17.22-25
Mat 1:1-25

Yusuf menamai anak itu Yesus

Kita memulai perayaan Ekaristi sore hari ini dengan sebuah antifon yang bagus, bunyinya: “Hari ini kamu akan tahu bahwa Tuhan akan datang menyelamatkan kita, dan besok pagi akan kamu saksikan kemuliaan-Nya” (Kel 16:6-7). Selama empat Minggu Adventus kita mempersiapkan diri untuk merayakan Natal. Berbagai kegiatan kita lakukan secara jasmani dan rohani untuk layak merayakan kelahiran Kristus di hari Natal ini. Berdasarkan antifon di atas, kita semua percaya bahwa Tuhan akan datang untuk menyelamatkan kita. Tuhan Yesus sendiri adalah cahaya yang terang benderang yang menyinari dunia yang gelap gulita karena dosa. Dia merengut beban derita kita dan mematahkan tongkat si penindas. Dia juga merupakan Penasihat Ulung, Pangeran Perdamian dan Raja Perkasa. Dialah yang disapa Yehoshua, Allah menyelamatkan kita.

Nabi Yesaya adalah salah seorang sosok yang kita kenal sepanjang masa adventus. Ia berkali-kali menyapa umat Israel, lebih khusus lagi Gereja masa kini untuk membangun semangat optimisme di dalam hidup ini. Pada waktu itu banyak orang Israel yang merasa kecewa dan putus asa karena berbagai penderitaan dan kemalangan yang mereka alami di negeri asing yakni di Babel. Dalam suasana serba sulit itu, Yesaya menghibur mereka dengan kata-kata peneguhan bahwa Tuhan Allah akan menyelamatkan Sion dengan segera. Tuhan berkata: “Oleh karena Sion, aku tidak dapat berdiam diri, dan oleh karena Yerusalem, aku tidak akan tinggal tenang sampai kebenarannya bersinar seperti cahaya dan keselamatannya menyala seperti sulu” (Yes 62:1). Tuhan tidak pernah tenang, Ia selalu berinisiatif untuk menyelamatkan kita semua. Ini menunjukkan jati diri Allah sebagai kasih!

Tuhan selalu berinisiatif untuk menyelamatkan manusia yang berdosa. Ia melakukan semuanya itu karena kerahiman-Nya tanpa batas. Orang yang merasakan kerahiman Allah itu akan bergirang sebab dosa-dosanya diampuni Tuhan. Rasa putus asa akan berakhir dan Allah sendirilah yang akan berbagi kesulitan dengan setiap pribadi. Ini memang luar biasa. Allah adalah kasih dan bahwa kasih-Nya turun-temurun. Allah akan bergirang kalau kita bersemangat optimis dan gembira dalam hidup. Allah adalah kasih karena kerelaan hati-Nya untuk menyelamatkan kita semua. Kerelaan hati Tuhan ini patut kita ikuti.

St. Paulus dalam bacaan kedua mengungkapkan Kristus sebagai Anak Daud. Ia menceritakan kisah penyelamatan dari pihak Tuhan kepada umat Israel tanpa merasa takut. Bagi Paulus, Allah umat Israel sendiri telah memilih nenek moyang kita dan membuatnya menjadi besar. Setelah perbudakan, mereka dibebaskan oleh Tuhan supaya dapat kembali ke Sion. Raja Daud, tidak terlepas dari mata Tuhan. Tuhan mengangkatnya menjadi raja yang perkasa. Keturunan Daud akan menjadi suku yang besar di bumi ini. Tuhan Allah sendiri akan membangkitkan Juru Selamat bagi Israel yakni Yesus Kristus.

Yohanes Pembaptis adalah sosok yang sangat dekat dengan Yesus. Dialah yang menyiapkan jalan bagi Tuhan Yesus, Mesias kita. Dialah yang menyerukan pertobatan bagi banyak orang yang datang kepadanya. Dia rendah hati dan berkata: “Aku bukanlah Dia yang kamu sangka, tetapi Ia akan datang kemudian daripada aku. Membuka kasut dari kaki-Nya pun aku tidak layak. Yesus adalah Dia yang terkecil dalam Kerajaan Allah lebih besar dari padanya” (Mat 7:28).

Pertanyaan bagi kita adalah siapakah Yesus, sang Mesias? Penginjil Matius mengisahkan silsilah Yesus Kristus yang kita dengar dalam bacaan Injil. Dia memulai silsilah ini dengan menyebut Yesus sebagai Anak Daud, anak Abraham. Dari Silsilah Yesus ini, kita membaca nama-nama mereka, baik pria maupun wanita sebagai leluhur-Nya. Ada di antara mereka yang pernah jatuh dalam dosa berkali-kali, ada empat wanita asing dan pelacur. Nama-nama yang disebutkan di dalam Injil ini menunjukkan rencana Allah untuk menyelamatkan semua manusia. Untuk itu, Dia rela merendahkan diri, membungkuk, merayap (kenosis) supaya dapat menyelamatkan manusia. Kedatangan Yesus Kristus merupakan tanda kasih dan kesetiaan Allah yang tiada batasnya bagi manusia. Yesus adalah tanda kepenuhan kasih Allah bagi manusia.

Silsilah Yesus dalam Injil Matius ini menunjukkan bahwa Yesus lahir dalam sebuah keluarga manusia. Maria adalah ibu dan Yusuf adalah Bapa Pemelihara-Nya. Maria menerima khabar sukacita dari Malaikat Gabriel untuk menjadi ibu Yesus. Ia merasa kaget dan bingung, namun Tuhan menguatkannya. Ia percaya kepada perkataan Tuhan dan siap menjadi hamba. Yusuf digambarkan sebagai pria yang tulus hati, jujur. Ia taat kepada kehendak Allah sehingga menerima Maria dan Yesus dalam hidupnya.

Tuhan Yesus lahir dalam keluarga manusia supaya keluarga-keluarga menjadi lebih bermartabat. Tuhan Yesus mempersatukan suami dan istri supaya mereka bahagia dan menjadi kudus. Para istri dalam keluarga menjadi ibu yang kudus seperti Bunda Maria. Para ayah menjadi serupa dengan Yusuf yang tulus dan setia kepada Maria. Semoga Yesus menjadi cahaya yang menerangi kegelapan hati banyak pasangan suami dan istri untuk menjadi setia satu sama lain sampai maut memisahkan di dunia ini.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply