Homili 23 Januari 2017

Hari Senin, Pekan Biasa ke-III
Ibr 9:15.24-28
Mzm 98:1.2-3ab.3cd-4.5-6
Mrk 3:22-30

Terima Kasih Tuhan Yesus

Ada seorang pemuda yang barusan mengaku dosa. Ia keluar dari ruang pengakuan dosa sambil melonjak kegirangan. Semua teman-temannya merasa heran karena sikapnya yang demikian. Ia juga mengulangi kata-kata ini kepada teman-temannya: “Saya merasa legah…legah..legah sekali”. Teman-temannya bertanya kepadanya mengapa ia mengulangi kata legah. Ia menjawab mereka bahwa ia baru selesai mengakui dosa-dosanya di hadapan seorang Romo. Ia percaya bahwa Tuhan Yesus pasti mengampuni dosa-dosanya. Sebab itu ia berkata lagi: “Terima kasih Tuhan Yesus, Engkau telah mengampuni dosa-dosaku”. Teman-temannya terpesona dengan sikapnya. Ada yang mengatakan bahwa Tuhan itu baik karena bisa mengubah hidup pribadinya. Ada yang bertanya: “Apakah ini yang namanya sukacita pertobatan?” Banyak di antara kita yang memiliki pengalaman sukacita karena pengampunan dari Tuhan seperti ini. Namun satu hal yang lebih penting dalam pengalaman ini adalah kasih dan kerahiman Tuhan senantiasa mengalir dalam hidup setiap pribadi. Banyak orang merasakan jamahan kasih Tuhan dan dapat berubah dalam hidupnya.

Kita mendengar kelanjutan permenungan surat kepada umat Ibrani tentang misi Yesus Kristus, sang Imam Agung di dunia ini. Dikatakan bahwa Tuhan Yesus Kristus adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru. Kita semua mengingat kembali perjanjian lama, di mana Tuhan menulis perjanjian-Nya di atas loh batu. Perjanjian itu sendiri sudah dilanggar berulang kali oleh umat Israel. Sebab itu Tuhan berjanji untuk membaharui perjanjian dengan umat-Nya. Yesuslah yang menjadi Pengantara perjanjian baru antara Allah dengan manusia. Apa yang dilakukan Yesus? Ia merelakan diri-Nya untuk mati demi menebus dosa, berupa pelanggaran-pelanggaran yang telah dilakukan selama perjanjian-Nya yang pertama atau perjanjian lama.

Tindakan Penebusan-Nya yang berlimpah ditandai dengan Paskah-Nya. Ia menderita, wafat dan bangkit dari kematian-Nya. Ia naik ke surga dan duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa. Artinya Ia naik ke surga, sebuah tempat kudus yang bukan merupakan buatan tangan manusia. Di tempat yanh kudus inilah Tuhan Yesus menghadap hadirat Allah untuk kepentingan kita. Tuhan Yesus memang berbeda dengan para imam yang lain. Ia mempersembahkan diri satu kali untuk selama-lamanya dengan Paskah-Nya. Para imam dalam perjanjian lama mempersembahkan darah hewan kurban, sedangkan Tuhan Yesus mempersembahkan tubuh dan darah-Nya untuk keselamatan kita. Ia menyatakan diri-Nya ketika datang kembali untuk mengadili orang yang hidup dan mati.

Mengingat kembali jasa Yesus Kristus ini maka apa yang harus kita lakukan? Mazmur Tanggapan hari ini memberikan kepada kita kiat untuk menyatakan syukur kita kepada Tuhan. Pemazmur berdoa: “Nyanyikanlah lagu baru bagi Tuhan, sebab Ia telah melakukan karya-karya yang ajaib; keselamatan telah dikerjakan oleh tangan kanan-Nya, oleh lengan-Nya yang kudus” (Mzm 98:1). Nyanyian baru kita kidungkan bagi Tuhan karena kasih dan kerahiman-Nya bagi kita semua. Apakah anda pernah bersyukur kepada Tuhan karena kasih dan kerahiman-Nya? Atau anda justru lupa dan menolak kasih dan kerahiman-Nya?

Banyak orang mengalami kasih dan kerahiman Tuhan, dalam hal ini pengampunan yang berlimpah tetapi sulit untuk mengungkapkan rasa syukurnya kepada Tuhan. Para ahli Taurat yang berasal dari Yerusalem justru mengatakan bahwa Yesus melakukan tanda-tanda heran berupa tindakan penyembuhan karena kuasa Beelzebul. Ada yang mengatakan bahwa Yesus dapat melakukan mukjizat karena bantuan si penghulu setan. Anggapan para ahli Tauarat ini dipatahkan oleh Yesus dengan sebuah argumen bahwa tidaklah mungkin iblis dapat mengusir iblis. Kalau toh ia melakukannya maka ia tidak dapat bertahan. Riwayatnya akan tamat! Tuhan Yesus dapat melakukan banyak mukjizat karena kuasa-Nya sebagai Anak Allah.

Selanjutnya Tuhan Yesus masih melihat titik keraguan yang paing dalam yakni di antara para pengikut-Nya masih menutup dirinya terhadap keselamatan. Dosa masih bertambah banyak dengan menghujat Allah Bapa, Putera dan Roh Kudus. Bagi Yesus, masih ada jalan pengampunan yang terbuka bagi siapa yang menghujat Bapa dan Putera. Namun barangsiapa menghujat Roh Kudus, ia tidak akan diampuni selama-lamanya sebab dosa yang dilakukannya adalah dosa yang kekal.

Lalu, apakah dosa menghujat Roh Kudus itu? Prinsip dosa mengatakan bahwa orang berdosa itu sadar atau tidak sadar mengubah kiblat hidupnya dari Tuhan ke dunia. Ia tidak menghendaki adanya persatuan dengan Tuhan. Katekismus Gereja Katolik dengan tepat mengatakan: “Tetapi apabila seorang menghujat Roh Kudus”, ia tidak mendapat ampun selama-lamanya, tetapi bersalah karena berbuat dosa kekal” (Mrk 3:29). Kerahiman Allah tidak mengenal batas; tetapi siapa yang dengan sengaja tidak bersedia menerima kerahiman Allah melalui penyesalan, ia menolak pengampunan dosa-dosanya dan keselamatan yang ditawarkan oleh Roh Kudus. Ketegaran hati semacam itu dapat menyebabkan sikap yang tidak bersedia bertobat sampai pada saat kematian dan dapat menyebabkan kemusnahan abadi.” (KGK, 1864). Roh Kuduslah yang membangkitkan Yesus dari kematian maka kalau saja seorang menutup diri-Nya kepada Roh Kudus, maka dengan sendirinya ia akan menutup dirinya terhadap keselamatan.

Berkaitan dengan Roh Kudus dan keselamatan, St. Paulus berkata: “Dan jika Roh Dia, yang telah membangkitkan Yesus dari antara orang mati, diam di dalam kamu, maka Ia, yang telah membangkitkan Kristus Yesus dari antara orang mati, akan menghidupkan juga tubuhmu yang fana itu oleh Roh-Nya, yang diam di dalam kamu.” (Rm 8:11). Roh Kuduslah yang membangkitkan Yesus Kristus maka kalau saja kita menutup diri kepada Dia yang membangkitkan Yesus Penebus kita berarti kita juga menutup diri terhadap keselamatan abadi.

Mata kita tertuju kepada Yesus. Hanya pada-Nya ada keselamatan dan penebusan berlimpah.Kita patut berkata: Terpujilah Yesus, Kristus selama-lamanya. Terima kasih Tuhan Yesus karena Engkau juga menebus aku.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply