Tuhan saja bisa lupa, anda?
Para peziarah dari luar kota Yerusalem setiap tahun mendekatkan diri kepada Tuhan dengan berziarah ke kota damai (Yerusalem). Dalam perjalanan ziarah tahunan itu mereka sudah memiliki ide yang jelas yakni untuk menjadi kudus, serupa dengan Tuhan sendiri yang Kudus adanya. Para peziarah itu berkata kepada Tuhan: “Dari jurang yang dalam aku berseru kepada-Mu, Tuhan! Tuhan, dengarkanlah suaraku! Biarlah telinga-Mu menaruh perhatian kepada suara permohonanku. Jika Engkau mengingat-ingat kesalahan, ya Tuhan, siapakah yang dapat Tahan? Tetapi pada-Mu ada pengampunan maka orang takwa kepada-Mu”. (Mzm 130: 1-4). Mazmur ini didoakan untuk memohon pengampunan berlimpah dari Tuhan. Mazmur ini juga menyadarkan kita bahwa Tuhan berani melupakan dosa-dosa kita.
Tuhan melalui nabi Yehezkiel juga mengatakan hal yang sama. Ia berkata: “Tetapi jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi terhadap dia; ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.” (Yeh 18:21-22).Tuhan berani melupakan dosa-dosa manusia. Ia bahkan menyesali rancangan-Nya berupa murka kepada orang-orang berdosa (2Sam 24:16). Tuhan menunjukkan kerahiman-Nya yang luar biasa seperti ini. Mengapa kita begitu sulit untuk melupakan dosa dan salah yang orang lakukan kepada kita? Mengapa kita masih kesulitan untuk mengampuni sesama? Mengampuni berarti melupakan. Apakah kita berani lupa? Apakah kita berani melawan lupa.
Kita perlu belajar untuk menjadi rendah hati. Kerendahan hati membantu kita untuk mengenal diri dengan segala kelebihan dan kekurangan yang ada. Kerendahan hati membantu kita untuk menjadi sungguh Kristiani, sungguh-sungguh menjadi pengikut Kristus yang sejati. Maka sikap kristiani ini kita tunjukkan dengan: “tidak bersikap munafik.” Hal-hal yang berkaitan dengan relasi terhadap sesama perlu kita hindari seperti: jangan membunuh, marah dan mengatakan saudara lain kafir. Kata-kata itu keras dan tidak mampu mengubah hidup kita dan sesama. Hanya Tuhan yang mampu mengubah hati kita untuk menjadi hati manusia, yang mampu mengasihi.
Tuhan Yesus membantu kita untuk melawan lupa dengan membangun semangat rekonsiliasi. Kita berdamai dengan Tuhan dan sesama. Selanjutnya kita juga membaharui hidup supaya tetap suci dan murni di hadapan Tuhan dengan berdamai dengan sesama. Iman menyelamatkan kita, Iman menguduskan kita di hadirat-Nya.
Apakah anda berani melupakan kesalahan orang di dalam dirimu? Tuhan saja berani melupakan dosa dan salah kita, mengapa kita selalu merasa kesulitan untuk mengampuni sesama. Karena kita tetap mengingat kesalahan dan lupa memaafkannya. Masa prapaskah merupakan masa kita berekonsiliasi dengan sesama dan Tuhan.
P. John Laba, SDB