Homili 10 Maret 2017

Hari Jumat, Pekan Prapaskah I
Yeh 18:21-28
Mzm 130: 1-2.3-4ab. 4c-6.7-8
Mat 5:20-26

Pertobatan yang tulus

Ada seorang pemuda yang sedang menyiapkan dirinya untuk mengakui dosa-dosanya. Wajahnya menunjukkan kesedihan dan penyesalan yang mendalam atas dosa-dosa yang sudah dilakukannya bertahun-tahun. Ia merasa sangat bahagia, bahkan melompat kegirangan setelah mengakui dosa-dosanya di hadapan Bapa Pengakuan. Salah seorang teman dekat menanyakan kepadanya mengapa ia berperilaku demikian setelah mengakui dosa-dosanya. Ia menjawab: “Saya merasa legah karena ternyata Tuhan masih mengasihiku. Tuhan masih mau mengampuni dosa-dosaku.” Ia juga merasa yakin bahwa Tuhan mengampuninya karena menurutnya, Bapak Pengakuan mengutip perkataan Yesus ini untuk direnungkannya: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yoh 6:44). Ia percaya sudah ditarik oleh Bapa kepada Tuhan Yesus Kristus.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada hari Jumat, Pekan Prapaskah pertama ini menyadarkan kita untuk menjalani masa Prapaskah ini dengan semangat pertobatan yang mendalam. Mengapa kita perlu membangun semangat pertobatan yang mendalam? Satu jawaban yang pasti adalah karena Allah yang kita imani adalah kasih. Sebab itu Ia menunjukkan kasih setia kepada umat-Nya, meskipun mereka selalu jatuh dalam dosa-dosa yang sama. Tuhan Allah bernubuat melalui nabi Yehezkiel seperti ini: “Jikalau orang fasik bertobat dari segala dosa yang dilakukannya dan berpegang pada segala ketetapan-Ku, serta melakukan keadilan dan kebenaran, ia pasti hidup, ia tidak akan mati. Segala durhaka yang dibuatnya tidak akan diingat-ingat lagi. Ia akan hidup karena kebenaran yang dilakukannya.” (Yeh 18:21-22).

Nubuat Tuhan ini benar-benar indah. Setiap orang berdosa yang melakukan pertobatan secara radikal maka ia akan tetap hidup di hadirat Tuhan. Tuhan bahkan tidak akan mengingat-ingat dosanya. Raja Daud pernah berkelukesah di hadapan Tuhan dengan berkata, “Jika Engkau mengingat-ingat kesalahanku ya Tuhan, siapakah yang dapat tahan? Hanya pada Tuhan ada pengampunan sehingga orang bertakwa kepada-Nya” (Mzm 130: 3-4ab). Kita semua selalu mendoakan doa damai yang sangat bermakna dalam Ekaristi: “Tuhan Yesus Kristus, jangan memperhitungkan dosa-dosa kami, perhatikanlah iman gereja-Mu”. Iman menyelamatkan kita dari kuasa dosa dan maut.

Apakah anda bersedia untuk mengakui dosa-dosamu pada masa tobat ini? St. Bernardus dari Clairvax pernah berkata: “Pertobatan yang tulus adalah menghindari kesempatan untuk berbuat dosa”. Maka sejalan dengan ini, St. Yohanes Maria Vianey berkata: “Kita selalu menunda pertobatan kita lagi dan lagi sampai ajal tiba. Tapi siapa bilang bahwa kita masih akan memiliki waktu dan kekuatan untuk itu”.

Apa yang harus kita lakukan untuk melakukan pertobatan dengan benar? Tuhan Yesus menawarkan satu jalan dalam Injil hari ini, ketika Ia berkata: “Pergilah, berdamailah dahulu degan saudaramu” (Mat 5:24). Pertobatan adalah sebuah rekonsiliasi dengan Tuhan dan saudari-saudara kita. Yesus Kristus adalah damai kita”. Mari kita berekonsiliasi dengan Tuhan, dengan sesama manusia dan dengan diri kita sendiri. Bertobatlah dan baharuilah hidupmu.

Doa: “Tuhan yang maharahim, aku menyesal atas dosa-dosaku dan berjanji dengan pertolongan rahmat dan kerahiman-Mu untuk memperbaiki hidupku dan tidak akan berbuat dosa lagi. Ya Tuhan, kasihanilah aku orang berdosa ini.” Amen.

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply