Food For Thought: Melihat dan mengagumi Yesus

Melihat Yesus seorang diri

Permenungan kita pada akhir hari ini saya beri judul “Melihat Yesus seorang diri”. Saya terinspirasi oleh kisah Injil hari ini, bahwa Tuhan Yesus memanggil tiga murid inti yakni Petrus, Yakobus dan Yohanes ke sebuah gunung yang tinggi. Dalam Kitab Suci, kalau menyebut gunung yang tinggi, pikiran orang adalah shekinah atau tempat bersemayamnya Yahwe. Sebab itu kalau orang berdoa mereka memilih pergi ke gunung, mata mereka tertuju ke arah gunung yang tinggi. Misalnya, Musa menerima sepuluh perintah Tuhan Allah di atas gunung. Yesus disalibkan di atas gunung. Nah, di sini jelas bahwa gunung menjadi tempat yang selalu dihubungkan dengan kehadiran Allah (Yahwe).

Yesus dan ketiga murid-Nya tiba di atas gunung. Secara tiba-tiba Yesus berubah rupa di depan mata mereka. Wajah-Nya bercahaya seperti matahari, pakaian-Nya putih berkilau. Muncul juga dua tokoh dalam Kitab Suci Perjanjian Lama yakni Musa mewakili Torah dan Elia mewakili para nabi. Di dalam Kitab Taurat dan kitab para nabi, kita menemukan sosok Yesus sang Mesias yang akan mengalami banyak penderitaan. Ia akan dibunuh dan pada hari ketiga bangkit dari kematian.

Hal yang menarik perhatian adalah ketika hati para murid begitu senang karena menikmati kemuliaan Tuhan. Petrus bahkan meminta Yesus untuk mendirikan tiga tenda bagi Yesus, Musa dan Elia. Suasana berubah ketika ada awan yang turun menyelimuti mereka dan muncul suara berbunyi: “Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nya Aku berkenan, dengarkanlah Dia” (Mat 17:5). Dalam suasana penuh ketakutan hingga ketiga murid tersungkur, Yesus datang dan meneguhkan mereka supaya jangan takut. Mereka keluar dari rasa ketakutan mereka dan melihat Yesus seorang diri.

Kita selalu berusaha untuk menghindar dari pengalaman salib. Kadang kita berpikir bahwa pengalaman salib merupakan kutukan Tuhan. Sebenarnya kita membutuhkan pengalaman-pengalaman salib untuk mendewasakan diri dan iman kita. Para murid inti memang sempat merasakan comfort zone tetapi Yesus mengingatkan mereka bahwa penderitaan adalah bagian dari hidup kita. Yesus menderita, melewati Jumat Agung supaya kita orang berdosa mengalami keselamatan.Penderitaan-penderitaan kita akan menghasilkan buah kebahagiaan kalau kita melihat Yesus seorang diri. Kita mengagumi dan mengikuti Yesus dari dekat.

Apa yang harus kita lakukan? Hiduplah seperti hidup Yesus sendiri. Berpikirlah seperti Yesus berpikir. Bertindak seperti Yesus bertindak. Jadilah alter Christus yang benar. Yesus Kristus adalah Anak yang dikasihi Bapa, seluruh kasih Bapa tercurah bagi-Nya. Sebab itu Bapa meminta kita untuk mendengar Yesus. Kita memandang Yesus berarti mengasihi-Nya dengan segenap hati dan kekuatan kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply