Homili 27 Maret 2017

Hari Senin, Pekan Prapaskah ke-IV
Yes. 65:17-21
Mzm. 30:2,4,5-6,11-12a,13b
Yoh. 4:43-54

Keajaiban sebuah doa

Seorang sahabat merasa bahagia dan bersyukur kepada Tuhan sebab doa-doanya dikabulkan. Ia berdoa supaya intensi spesial seorang sahabatnya dikabulkan Tuhan. Ia mengakui bahwa pertolongan Tuhan datang tepat pada waktunya. Tuhan mengabulkan intensi sahabatnya. Ia mengakui bahwa ketika sahabatnya bahagia, ia pun ikut berbahagia bersamanya. Pengalaman sederhana ini pasti dialami oleh banyak di antara kita. Kita mendoakan sesama dan Tuhan benar-benar mendengar doa-doa permohonan kita. Itulah keajaiban sebuah doa yang kita panjatkan kepada Tuhan dengan tulus hati. Doa itu pasti didengar oleh Tuhan dan pertolongannya datang tepat pada waktunya.

Pada hari ini kita mendengar kisah Injil tentang mukjizat kedua yang dilakukan oleh Tuhan Yesus menurut Injil Yohanes. Dikisahkan bahwa Tuhan Yesus meninggalkan daerah Samaria setelah berbicang-bincang dengan wanita Samaria di sekitar Sumur Yakub. Dia sempat tinggal di Samaria lalu meninggalkan daerah itu ke Galilea. Dua daerah yang disebutkan di sini secara geografis jauh dari Nazaret tempat Yesus dibesarkan. Samaria adalah sebuah daerah yang dihuni oleh orang-orang yang menganggap dirinya musuh orang-orang Yudea. Mereka menerima Yesus, seorang pria dari Yudea bersama para murid-Nya tinggal di Samaria. Musuh tidak selamanya bermusuhan. Yesus juga diterima di Galilea sebab mereka melihat segala sesuatu yang sudah dikerjakan-Nya. Inilah yang kiranya menjadi alasan mengapa Yesus mengatakan bahwa seorang nabi tidak dihormati di negeri sendiri. Orang di luar Nazaret lebih mengapresiasi Yesus dari pada orang Nazaret yang kecewa dan menolak dia.

Sekarang pikirkanlah kehidupan kita setiap hari. Banyak kali kita juga gagal menjadi sesama yang baik karena sulit untuk memberi apresiasi kepada orang yang berbuat baik kepada kita. Tidak ada kata terima kasih atau memberi jempol dan pujian tertentu kepada orang yang berbuat baik. Mungkin orang tua atau para pendidik lupa untuk mengajarkan kebiasaan untuk mengucapkan terima kasih dan memberi apresiasi tertentu.

Selanjutnya dikisahkan juga bahwa Tuhan Yesus kembali ke Kana di Galilea, tempat Ia membuat mukjizat yang pertama dengan mengubah air menjadi anggur. Ada seorang pegawai istana yang anaknya sedang sakit demam. Ia datang kepada Yesus untuk memohon supaya Yesus menyembuhkan anaknya yang sedang sakit dan hampir mati. Yesus mengatakan kepadanya bahwa jika ia tidak melihat tanda maka ia tidak percaya. Orang itu menunjukkan iman dan kepercayaannya kepada Yesus dan mengajak Yesus untuk datang ke rumahnya sebelum anaknya mati. Anaknya menjadi sembuh karena kuasa Yesus. Pegawai istana dan seluruh keluarganya percaya kepada Yesus.

Kisah Injil ini mengatakan dua hal yang sangat penting bagi kita pada masa prapaskah ini. Pertama, Tuhan Yesus membawa keselamatan kepada semua orang. Orang Samaria dan pegawai istana mewakili orang-orang asing yang percaya kepada Yesus sehingga mereka juga diselamatkan. Maka menjadi orang-orang Yahudi bukanlah status quo untuk memperoleh keselamatan. Orang harus benar-benar meunjukkan iman dan kepercayaannya kepada Yesus. Kedua, doa memiliki kekuatan yang ajaib. Kita mendoakan sesama kita dan Tuhan mendengar dan mengabulkannya. Sama dengan pegawai istana, dia yang berdoa, dia yang percaya kepada Yesus Kristus sehingga anaknya yang sakit demam menjadi sembuh.

Doa yang tulus dari hati akan menghasilkan buah-buah rohani dalam hidup kita. Tuhan akan mendengar dan berjanji untuk memulihkan hidup kita. Dalam bacaan pertama, nabi Yesaya menghadirkan wajah kasih Allah Bapa kita. Ia berkata: “Aku akan menciptakan langit yang baru dan bumi yang baru! Hal-hal yang dahulu tidak akan diingat lagi, dan tidak akan timbul lagi di dalam hati.” Tuhan memberi janji untuk membaharui segala sesuatu. Hidup lama yang penuh dengan dosa dan salah tidak akan diingat-ingat lagi oleh Tuhan yang maharahim. Allah memulihkan segala sesuatu dengan kasih-Nya. Sebab itu kita perlu bersyukur melalui doa-doa kita.

Tuhan menunjukkan sukacita-Nya yang besar kepada segala ciptaan-Nya. Dia menciptakan Yerusalem penuh sorak-sorai, warganya penuh kegirangan. Demikian Tuhan juga mengungkapkan sorak sorai-Nya karena Yerusalem dan bergirang karena umat kesayangan-Nya. Tangisan karena kesedihan dan bunyi erang jauh dari umat Tuhan. Tuhan membagi sukacita-Nya supaya kita juga dapat membagi sukacita kepada sesama yang lain.

Saya mengakhiri homili ini dengan mengulangi Refren Mazmur Tanggapan hari ini: “Aku akan memuji Engkau, ya Tuhan, sebab Engkau telah menarik aku ke atas.” (Mzm 30:2a). Dalam masa Prapaskah ini kita memuji Tuhan dalam doa-doa kita. Kita akan merasakan sendiri keajaiban doa kita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply