Homili Hari Raya Paskah- 2017

Hari Raya Paskah Minggu Pagi
Kis. 10:34a,37-43
Mzm. 118:1-2,16ab-17,22-23
Kol. 3:1-4 atau
1Kor. 5:6b-8
Yoh. 20:1-9

Saksi Kebangkitan Kristus

Pada pagi hari ini saya mendapat banyak ucapan selamat paskah dari keluarga dan umat yang mengenalku. Salah seorang di antara mereka menulis kutipan dari seorang teolog yakni Hans Urs von Balthasar, bunyinya: “Tanpa Paskah, Jumat Agung tidak memiliki makna. Tanpa Paskah, tidak ada harapan agar penderitaan dan keadaan terabaikan dapat ditoleransi. Tapi dengan Paskah, sebuah Jalan menjadi tampak bagi penderitaan manusia, masa depan yang absolut: lebih dari sekedar harapan, melainkan sebuah pengharapan ilahi”. Saya membaca dan mengamini kutipan ini. Memang, dengan paskah sebuah harapan ilahi menjadi kenyataan yakni keselamatan kekal. Semua orang merasa berharga di mata Tuhan sebab mendapat penebusan berlimpah dari Tuhan Yesus Kristus. Jadi kebangkitan Kristus membawa harapan baru bahwa sesunggunya kita berharga di mata Tuhan. Kita mendapat panggilan untuk ikut serta bersaksi tentang Kebangkitan Kristus.

Katekismus Gereja Katolik (KGK, 647) mengajarkan kita tentang Paskah Kristus seperti ini: “O malam yang sungguh bahagia”, demikian lagu gembira Exsultet pada Malam Paskah, “karena hanya kepadamu diizinkan, untuk mengetahui waktu, di mana Kristus bangkit dari dunia orang mati”. Memang tidak ada seorang pun yang menjadi saksi mata dalam peristiwa kebangkitan itu dan tidak ada seorang penulis Injil yang menggambarkannya. Seorang pun tidak dapat mengatakan, bagaimana hal itu terlaksana secara lahiriah. Tetapi lebih lagi, menurut hakikat batinnya, pemindahan ke kehidupan lain tidak dapat ditangkap oleh panca indera. Walaupun merupakan satu peristiwa yang dapat dibuktikan dengan makam kosong dan kenyataan pertemuan para Rasul dengan Kristus yang bangkit, namun kebangkitan itu berada dalam inti misteri iman sebagai sesuatu yang transenden dan melampaui sejarah. Karena itu Kristus yang bangkit tidak menampakkan diri kepada dunia Bdk. Yoh 14:22., tetapi kepada murid-murid-Nya, “yang mengikuti Dia dari Galilea ke Yerusalem. Mereka itulah yang sekarang menjadi saksi-Nya bagi umat ini” (Kis 13:31).

Lukas dalam Kisah Para Rasul mengisahkan pengalaman Petrus bersama para rasul untuk menjadi saksi kebangkitan Kristus. Tuhan Allah menyuruh Petrus untuk menjumpai perwira Kornelius. Di rumah Kornelius ini Petrus mengisahkan peristiwa hidup Yesus kepada mereka. Petrus mengenal Yesus sebagai pribadi yang mendapat pengurapan dengan Roh Kudus dari Allah sehingga disebut Kristus. Tuhan Yesus berkeliling dan berbuat baik selama hidupnya. Allah menyertai Yesus sehingga Ia mampu menyembuhkan banyak orang sakit. Ia juga mengalahkan iblis dan kuasanya. Petrus dengan tegas mangakui dirinya sebagai saksi kebangkitan Yesus Kristus. Petrus terus terang mengatakan bahwa Yesus menugaskan mereka untuk beranu bersaksi.Bersama teman-temannya bersaksi bahwa Yesus sudah ditentukan Allah menjadi hakim bagi orang-orang hidup dan mati. Semua orang yang percaya kepada Yesus Kristus yang bangkit mulia akan mendapat anugerah pengampunan dosa.

Pewartaan kebangkitan Yesus Kristus merupakan wujud nyata kasih Petrus kepada Yesus. Ia pernah menyangkal Yesus tiga kali, namun ia juga bermetanoia sehingga boleh kembali menerima Yesus sebagai Tuhan dan penebus. Kita yang mendengar kisah Injil ini boleh bersyukur kepada Tuhan sebab Ia selalu baik, kekal abadi kasih setianya. Ia juga menghendaki supaya kita berani bersaksi tentang kebangkitan-nya kepada setiap saudara dan saudari kita.

St. Paulus dalam bacaan kedua mengatakan bahwa kita semua sudah dibangkitkan bersama dengan Kristus. Sebab itu kita harus setia mencari harta yang diatas yakni harta surgawi, di mana Yesus Kristus berada. Kita adalah orang-orang berdosa yang mengharapkan kasih dan kemurahan Tuhan. Bagi Paulus, kita sudah mati dan hidup kita tersembunyi bersama Kristus di dalam Allah. Paulus dengan tegas mengatakan bahwa Kristus adalah hidup kita. Ketika Ia menyatakan diri, kita pun ikut bersama-Nya. Paskah membuat hati kita selalu bersyukur kepada Tuhan. Apa pun hidup kita, siapakah diri kita, ia senantiasa menyertai dan menebus kita. Ini juga menjadi sebuah alasan mengapa kita harus berani menjadi saksi Kristus.

Yohanes dalam bacaan Injil memberikan sebuah bukti autentik kebangkitan Kristus dengan adanya fakta makam kosong. Dikisahkan bahwa pada hari pertama minggu itu, suasana masih gelap, Maria Magdalena pergi ke kubur Yesus. Ia melihat bahwa kubur Yesus kosong sehingga ia berlari kembali untuk mendapatkan Simon Petrus dan murid yang dikasihi Yesus. Maria Magdalena mengatakan bahwa Tuhan Yesus sudah diambil orang dari kubur-Nya dan ia juga tidak tahu di mana jenazah-Nya diletakkan. Petrus dan Yohanes berlari ke kubur Yesus. Yohanes berlari lebih cepat dari pada Petrus. Yohanes menjenguk ke dalam kubur dan melihat kain kafan berada di atas tanah namun Ia tidak masuk. Petrus datang lebih lambat dan langsung masuk dan melihat kubur Yesus memang kosong. Murid yang dikasihi juga masuk melihat dan percaya. Yesus sudah mengatakan bahwa Ia akan bangkit, namun para murid saat itu belum menerima Roh Kudus untuk mengerti tentang semua perkataan Yesus ini.

Kita melihat kedua murid yakni Petrus dan Yohanes. Petrus adalah pemimpin, atau hirarki. Sedangkan Yohanes adalah pemimpin karismatik. Ketika mendengar pewartaan Maria Magdalena, Yohanes berlari lebih cepat. Bukan karena ia lebih muda dari Petrus, tetapi karena gerakan Roh yang membuatnya langsung percaya bahwa Yesus memang bangkit. Namun perlu pengesahan Petrus (hirarki). Sebab itu meski lambat namun ia diberi kesempatan untuk masuk duluan. Hirarki percaya maka kharisma turut dipertegas. Satu hal penting adalah Yesus sungguh bangkit dan para rasul adalah saksi mata. Kita juga dipanggil untuk menjadi saksi kebangkitan dengan hidup kita sebagai pengikut Kristus yang terbaik.l

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply