Homili 16 Mei 2017

Hari Selasa, Pekan Paskah ke-V
Kis 14:19-28
Mzm 145:10-11.12-13b.21
Yoh 14:27-31a

Bertahanlah dalam derita

Saya pernah pergi bersama beberapa anggota sebuah kelompok kategorial untuk mengunjungi beberapa orang sakit yang sedang berbaring di rumah sakit. Setelah mendoakan bersama-sama doa untuk orang sakit, saya juga mendengar pengakuan dosa dan memberi mereka komuni kudus. Salah seorang anggota kelompok kategorial ini mengatakan kepada setiap orang sakit: “Berusaha untuk tetap kuat dan bertahanlah, sebab Tuhan Yesus pasti menyembuhkanmu”. Ia mengatakan dengan penuh keyakinan kepada orang sakit dan ia menjawabnya amin. Ada banyak orang sakit yang kami kunjungi itu merasakan kekuatan baru dari perkataan-perkataan anggota kelompok kategorial ini. Perkataan ini memang merupakan sebuah doa sederhana yang didoakan dengan penuh kepercayaan. Doa orang benar memang mampu mengubah segala sesuatu dalam hidupnya dan hidup sesama manusia.

Kita mendengar kisah rasul Paulus dan Barnabas di kota Listra setelah mereka menyembuhkan salah seorang lumpuh. Selanjutnya ada orang-orang Yahudi yang datang dari Antiokhia dan Ikonium. Mereka membujuk orang-orang di Listra untuk memihak mereka. Mereka lalu melempari Paulus dengan batu dan menyeretnya ke luar kota. Mereka berpikir bahwa dengan melemparinya dengan batu maka Paulus mati. Namun ketika ia membuka mata dan melihat para murid lain sedang berdiri mengelilinginya maka ia berdiri dan kembali ke dalam kota. Pada hari berikutnya ia bersama dengan Barnabas ke Derbe. Kita dapat membayangkan semangat sebagai rasul seperti Paulus dan Barnabas memang luar biasa. Mereka dilempari dengan batu, dicaci maki dan nyaris dibunuh. Namun hal yang menguatkan kita dari bentuk kesaksian hidup mereka adalah keberanian dan kesetiaan kepada Tuhan. Mencintai Tuhan tidak bisa hanya setengah-setengah. Paulus dan Barnabas selalu bertahan dalam derita.

Selanjutnya Paulus dan Barnabas mewartakan Injil di kota Derbe. Mereka menguatkan hati banyak orang sehingga mereka dapat percaya kepada Kristus dan bertekun dalam iman. Dari Derbe, mereka kembali ke Listra, Ikonium dan Antiokhia. Paulus bersaksi bahwa untuk dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah maka kita harus mengalami banyak sengsara. Perkataan Paulus ini berdasar pada pengalaman Yesus sendiri yang menderita sengsara untuk menyelamatkan manusia. Di samping itu pengalaman pribadinya pun turut memperkaya dirinya sebagai rasul sejati untuk mewartakan Injil. Paulus dan Barnabas juga menetapkan penatua-penatua bagi jemaat setempat. Mereka berdoa dan berpuasa dan menyerahkan para penatua kepada Tuhan. Paulus dan Barnabas melanjutkan perjalanan misinya ke daerah lain. Kali ini mereka menuju ke Pisidia dan tiba di Pamfilia. Mereka mewartakan injil di Perga dan Atalia. Dari Atalia mereka berlayar ke Antiokhia, tempat awal mereka membaktikan diri kepada Tuhan.

Perjalanan missioner ini penuh dengan liku-likunya. Banyak pengalaman penderitaan, penolakan dan lain sebagainya. Namun pengalaman semacam ini meningkatkan semangat keberanian mereka untuk mampu mewartakan Injil dengan sukacita. Hasilnya adalah mereka mendapat banyak buah. Dalam hal ini banyak orang percaya kepada Tuhan Yesus Kristus. Tuhan Allah sungguh bekerja melalui perantaraan mereka. Bangsa-bangsa lain terbuka kepada keselamatan yang dianugerahkan Tuhan Yesus Kristus. Pengalaman Paulus dan Barnabas ini merupakan pengalaman Gereja sepanjang masa. Gereja juga mengalami penderitaan, penolakan dan penganiayaan namun tetapi maju karena Tuhan selalu menyertai Gereja.

Dalam bacaan Injil kita mendengar Tuhan Yesus dalam amanat perpisahan-Nya menitip damai-Nya. Ia berkata: “Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu.” (Yoh 14:27). Tuhan Yesus memberikan damai-Nya kepada kita masing-masing. Damai itu milik Tuhan, Dia menitipnya dalam hati kita masing-masing. Damai dari Tuhan tidak sama dengan damai yang dunia berikan. Tuhan Yesus juga menghibur para murid supaya jangan gelisah dan gentar hati. Penyertaan Tuhan selalu ada dan kekal selamanya. Damai-Nya menyelimuti hidup kita.

Tuhan Yesus juga sekali lagi menjelaskan logika kasih kepada para murid-Nya. Kita mengasihi Yesus berarti kita bersukacita karena Ia pergi kepada Bapa sebab Bapa lebih besar daripada-Nya. Yesus sekali lagi menegaskan komitmen-Nya untuk mengasihi Bapa dan melakukan segala perintah yang diberikan Bapa kepada-Nya. Untuk melakukan kehendak Bapa maka Yesus menunjukkan satu teladan kepada kita yakni merelakan diri-Nya untuk menderita, wafat dan bangkit demi keselamatan kita.

Apa yang Tuhan kehendaki bagi kita pada hari ini? Tuhan meminta kita untuk bertahan dalam setiap penderitaan kita. Untuk dapat menikmati kebahagiaan surga maka kita harus siap untuk menderita.Paulus dan Barnabas menginspirasikan kita untuk belajar menderita dan bertahan dalam iman kepada Tuhan. Tuhan Yesus menghendaki agar kita menerima damai-Nya. Damai itu titipan Tuhan maka kita membawa-Nya kepada sesama. Berbahagialah mereka yang membawa damai karena mereka akan disebut anak-anak Allah! Bertahanlah dalam derita, kuatkanlah hatimu karena Tuhan pasti menyelamatkan kita semua.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply