Homili 4 Agustus 2017

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-XVII

St. Yohanes Maria Vianney

Im. 23:1,4-11,15-16,27,34b-37

Mzm. 81:3-4,5-6ab,10-11ab

Mat. 13:54-58

Jangan hanya sekedar takjub!

Pada hari ini kita mengenang St. Yohanes Maria Vianney. Saya sendiri coba mencari tulisan-tulisan saya tentang orang kudus ini, dan menemukan sebuah kutipan yang bagus tentang para imam di dalam Gereja Katolik. Ia berkata: “Tanpa Imam, penderitaan dan kematian Tuhan kita akan sia-sia. Para Imam yang melanjutkan karya penebusan di dunia. Apa gunanya menjadi satu rumah yang dihiasi dengan emas, jika tidak ada seorang pun yang membukakan pintu rumah itu. Imam adalah pelayan Tuhan yang baik, pengelola harta-Nya. Meninggalkan satu paroki selama duapuluh tahun tanpa seorang Imam, umat paroki pada akhirnya menyembah berhala. Imam adalah jantung Hati Yesus. Imam wajib senantiasa siap sedia menjawab kebutuhan jiwa-jiwa. Imam bukanlah imam bagi dirinya sendiri, ia adalah Imam bagi anda.”

Saya merasa sangat dikuatkan oleh perkataan St. Yohanes Maria Vianney ini. Saya mendapat kekuatan baru untuk sadar diri bahwa saya sedang melanjutkan karya penebusan di dunia.  Saya adalah pelayan Tuhan yang baik dan pengelola harta-Nya. Saya adalah jantung hati Yesus. Saya adalah imam bagi umat Tuhan. Ini beberapa kata yang menguatkanku dan membantu aku untuk merenung kembali tentang pelayananku sebagai imam. Memang masih banyak kekurangan yang kumiliki ketika merenungkan perkataan St. Yohanes Maria Vianney ini, namun saya masih percaya bahwa dengan bantuan Tuhan dan doa-doanya saya dapat berubah menjadi lebih baik lagi.

Penginjil Matius hari ini melaporkan bahwa Tuhan Yesus sedang mudik ke tempat asalnya. Ia mengajar orang banyak di dalam rumah ibadat. Orang-orang yang mendengar pengajarannya itu merasa takjub dan mempertanyakan jati diri Yesus. Inilah pertanyaan yang menunjukkan perasaan takjub namun penuh keraguan: “Dari mana diperoleh-Nya hikmat itu? Bukankah Dia ini anak tukang kayu? Bukankah ibu-Nya bernama Maria dan saudara-saudara-Nya: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas? Dari mana diperoleh-Nya semuanya itu?” (Mat 13: 54-56b). Orang Nazaret mengenal Yesus sejak masa kecil hingga usia-Nya mencapai tiga puluh tahun. Selama hidup-Nya yang tersembunyi itu Ia bergaul dengan teman-teman sebaya-Nya dan bagi mereka Ia belum menunjukkan hikmat-Nya. Kini Ia tampil beda dengan wibawa mengajar-Nya yang jauh melebihi para Rabbi dan orang-orang yang lain di Nazaret.

Orang-orang yang takjub sambil meragukan Yesus itu memasuki zona Pribadi Yesus. Mereka mengenal Yusuf Bapa Pengasuh-Nya adalah seorang tukang kayu maka mereka melabel-Nya “Anak tukang kayu”, Mereka tidak lupa menyebut nama Maria ibu-Nya. Para saudara Yesus juga mereka sebutkan: Yakobus, Yusuf, Simon dan Yudas”. Kadang-kadang ada di antara kita juga yang bertanya tentang saudara-saudara Yesus. Ada yang berpikir, mungkin Bunda Maria setelah melahirkan Yesus, ia juga tinggal bersama Yusuf sehingga mendapatkan anak-anak yang lain selain Yesus. Sesungguhnya Injil dan tradisi Gereja Katolik tidak memiliki kisah seperti ini. Satu hal yang mungkin adalah bahwa pada masa itu saudara-saudari sepupu juga dianggap sebagai saudara yang serupa dengan saudara kandung. Jadi mereka bukanlah saudara kandung Yesus melainkan saudara-saudara sepupu Yesus.

Karena pengenalan mereka tentang Yesus hanya sebatas manusiawi saja maka mereka kecewa dan menolak Yesus. Hal ini sangat tepat dengan perkataan Yesus: “…Sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan mengerti” (Mat 13:13). Yesus menanggapi sikap mereka ini dengan berkata: “Seorang nabi dihormati di mana-mana kecuali di tempat asalnya sendiri dan dirumahnya” (Mat 13:57). Yesus tidak membuat mukjizat di Nazaret karena mereka tidak percaya kepada-Nya.

Perikop Injil hari ini berbicara tentang hidup kita yang sebenarnya. Banyak di antara kita adalah aktivis-aktivis Gereja yang selalu terlibat dalam kegiatan menggereja, dalam kehidupan liturgi, dalam kehidupan devosional dan lain sebagainya. Dengan demikian orang lalu berpikir bahwa keselamatan menjadi status quo bagi mereka. Ini benar-benar anggapan dan pikiran yang keliru. Banyak kali orang yang menamakan diri aktivis Gereja justru menolak Yesus dalam hidup mereka. Mereka merasa sudah cukup mengaktifkan dirinya dalam kehidupan menggereja, lalu ajaran-ajaran Yesus tidak mampu dihayati dalam hidup setiap hari. Orang mengaku diri hanya sebagai orang katolik tertapi hidup pribadinya tidak kristiani.

Sekarang marilah kita memeriksa batin kita masing-masing. Apakah kita berada di pihak Yesus? Kita berada di pihak Yesus berarti kita hidup sesuai dengan hidup Yesus sendiri. Itulah Kristen (Kristus kecil) di dalam dunia ini. Kita mentaati ketetapan dan perintah-perintah-Nya. Kita berada di luar Yesus berarti kita tidak mendengar Sabda dan melakukan-Nya dalam hidup setiap hari. Kita juga mungkin mendengar tetapi terlalu menutup diri sehingga Sabda Tuhan tidak memiliki daya transformative dalam diri kita.Kita mungkin saja mengakui diri kita sebagai pengikut Yesus tetapi suka menilai kehidupan pribadi orang lain berdasarkan latar belakang keluarga dan daerah asalnya. Pokoknya hal-hal seperti ini “kita bangetz”. Masih ada kesempatan untuk berubah.

Saya mengakhiri homili ini dengan sekali lagi mengutip perkataan St. Yohanes Maria Vianney: “Hati orang yang jahat dikerumuni dosa bagaikan rumah semut dikerumuni semut. Bagaikan sekerat daging busuk yang penuh ulat-ulat. Apabila kita menyerahkan diri pada hawa nafsu kita, maka kita menganyam mahkota duri sekeliling hati kita. Kita bagaikan seekor tikus mondok berusia sepekan; belum lama kita melihat terang, kita telah membenamkan diri ke dalam tanah. Setan memikat kita hingga saat terakhir, bagaikan seorang malang yang dipikat sedemikian rupa sementara para tentara datang untuk menawannya. Dan apabila mereka datang, ia menangis dan meronta dengan sia-sia, sebab mereka tidak akan melepaskannya.”

Hari kita diingatkan juga supaya jangan hanya sekedar merasa takjub kepada Yesus. Orang-orang sekampung halaman-Nya takjub tetapi tidak percaya. Kita seharusnya takjub dan semakin percaya dan mengasihi-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply