Food For Thought: Hidup orang merdeka

Hiduplah sebagai orang merdeka!

Kita mengakhiri hari ini dengan sebuah kata: “lelah” setelah seharian mengikuti acara tujuh belasan. Ada saudara-saudara yang mengikuti aneka lomba seperti lomba lari karung, manjat pinang, tarik tambang, makan nasi liwet dan lain sebagainya. Semua orang boleh merasa lelah tetapi tetap merasa bahagia karena boleh merayakan hari raya kemerdekaan Republik Indonesia yang ke-72. Bangsa Indonesia sudah memasuki usia senja dalam usia manusia, tetapi masih tetap “dalam taraf perjuangan” untuk mengisi kemerdekaan. St. Petrus pernah menulis begini: “Hiduplah sebagai orang merdeka dan buka seperti mereka yang menyalahgunakan kemerdekaan itu untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan mereka, tetapi hiduplah sebagai hamba Allah” (1Ptr 2:16). Apakah kita sungguh-sungguh hidup sebagai orang merdeka? Apakah kita termasuk orang yang sedang menyalahgunakan kemerdekaan untuk menyelubungi kejahatan-kejahatan?

Saya mengingat Bung Karno. Sang Founding Father Republik ini pernah berkata: “Jadikan deritaku ini sebagai kesaksian bahwa kekuasaan seorang Presiden sekalipun ada batasnya. Karena kekuasaan yang langgeng hanya kekuasaan rakyat. Dan diatas segalanya adalah Kekuasaan Tuhan Yang Maha Esa.” Perkataan yang sangat bernilai bagi kita di Hari Raya ini. Bung Karno sebelum kemerdekaan rela dibuang kemana-mana. Sebagai presiden pertama Republik ini, ia mengakhiri tugasnya dengan revolusi yang mengkambinghitamkannya. Sebab itu ia seakan sedang curhat dengan kita saat ini: “Jadikanlah deritaku sebagai kesaksian bahwa kekuasaan seorang presiden ada batasnya.” Ini adalah sikap patriotik Bung Karno. Ia menderita supaya bangsa Indonesia mendapatkan kekuatan untuk bertumbuh menjadi mapan.

Sambil menimba inspirasi dari Bung Karno, saya juga mengenang seorang figur dunia yakni Nelson Mandela. Ia pernah berkata begini: “Saya belajar bahwa keberanian tidak akan pernah absen dari ketakutan. Tetapi mereka berhasil menang atas itu. Orang berani bukan mereka yang tidak pernah merasa takut, tapi mereka yang bisa menaklukkan rasa takut itu”. Bung Karno mengingatkan kita bahwa keberanian selalu menjadi nomor satu meskipun ada seribu satu ketakutan yang menguasai diri kita. Rasa takut mudah dikuasai atau ditaklukan karena kekuatan dari Tuhan. Rasa takut dan cemas itu kecil sekali karena kita memiliki Allah yang luar biasa. El shadai Allah kita.

Hiduplah sebagai orang merdeka. Bagilah sukacita dalam persaudaraan dan kebersamaan. Tuhan menyertaimu selama-lamanya.

P. John Laba, SDB

Leave a Reply

Leave a Reply