Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXII
1Tes. 4:13-17a
Mzm. 96:1,3,4-5,11-12,13
Luk. 4:16-30
Tuhan Yesus mempersatukan orang mati dan hidup
Saya pernah mendengar kesaksian iman seorang sahabat tentang perjuangannya untuk menumbuhkan iman kristennya. Mula-mula ia a mengaku pernah mengalami krisis iman. Krisis ini berawal dari perasaannya yang ragu-ragu dan bertanya apakah Tuhan benar-benar ada atau hanya khayalannya semata. Pada suatu kesempatan ia menghadiri perayaan Ekaristi di Gereja. Romo yang merayakan Ekaristi itu menjelaskan doa Aku Percaya kepada semua umat yang hadir dalam homilinya. Topik yang dibahas pada saat itu adalah kalimat: “Dari situ Ia akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati”. Penjelasan sederhana tentang kedatangan Yesus yang penuh dengan kemuliaan-Nya benar-benar menggugah kehidupannya dan melenyapkan seluruh keraguannya. Ia mengalami kesadaran baru akan kasih Tuhan. Ia percaya bahwa apapun hidupnya, banyak keraguan imannya, namun hanya Tuhan saja yang dapat mengubah hidupnya untuk menjadi baru.
Kita semua percaya bahwa Tuhan Yesus akan datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Pernyataan iman ini membantu kita untuk mengerti rencana Tuhan untuk memberikan kehidupan kekal kepada semua orang yang percaya kepada-Nya. St. Paulus pernah menulis kepada jemaat di Tesalonika tentang situasi orang-orang yang sudah meninggal dunia. Pada saat itu jemaat di Tesalonika juga mengalami kesulitan untuk mengetahui nasib saudara-saudari yang sudah dipanggil Tuhan karena mereka berdukacita berkepanjangan. Paulus menilai mereka seperti orang yang tidak memiliki pengharapan. Untuk itu Paulus menegaskan bahwa kalau kita percaya bahwa Tuhan Yesus telah wafat dan bangkit maka dengan sendirinya jkita juga percaya bahwa semua orang yang sudah meninggal dunia dalam Yesus akan dikumpulkan oleh Allah bersama dengan Yesus.
Paulus membantu jemaat untuk memiliki iman dan kepercayaan yang teguh kepada Yesus Kristus Tuhan kita. Kematian memang merupakan suatu kepastian dalam hidup kita. Semua orang akan mati. Tetap ada apa setelah kematian? Ini adalah pertanyaan yang tetap laku hingga saat ini. St. Paulus membawa kita kepada Tuhan Yesus Kristus yang membangkitkan kita dari kematian kekal bersama diri-Nya supaya kita hanya hidup bagi Allah saja. Tuhan Allah tidak akan membiarkan kita semua. Ia akan mengumpulkan kita bersama Yesus. Tuhan Yesus sendiri berkata: “Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepada-Ku, jikalau tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman” (Yoh 6:44).
Selanjutnya, Paulus meyakinkan jemaat di Tesalonika bahwa kita semua yang masih hidup dan masih tinggal sampai kedatangan Tuhan, sekali-sekali tidak akan mendahului mereka yang sudah meninggal dunia. Akan ada bunyi sangkakala, Tuhan sendiri turun dari surga ke atas dunia untuk membangkitkan mereka yang meninggal dalam Kristus. Setelah itu Ia mengangkat kita ke atas awan untuk menyongsong kedatangan Anak Manusia. Tentang kapan dan saatnya, hanya Tuhan Bapa di surga yang tahu. Tuhan memang akan tetap datang untuk mengadili dunia dengan adil (Mzm 96:13). Sebab itu hendaknya hati kita tetap bersukacita di dalam Tuhan.
Tuhan Yesus di dalam bacaan Injil hari ini bergerak menuju ke Nazaret tempat Ia dibesarkan. Ketika itu usianya sudah mencapai tiga puluh tahun. Ini berarti Ia benar-benar dewasa dan berhak untuk membaca teks Kitab Suci di dalam Rumah ibadah. Ia membaca sebuah teks dari Kitab Nabi Yesaya khususnya bab 61:1-2 dan bab 58:6 yang berbunyi: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19).
Tuhan Yesus memberikan visi dan misi-Nya selama berada di dunia. Visi dan misi-Nya untuk keselamatan kita semua. Yesus mengakui penuh dengan Roh Kudus. Roh Kudus mengurapi-Nya (echrisen me) untuk sebuah tugas perutusan yang mulia. Tugas perutusan-Nya adalah mewartakan Injil kepada kaum miskin, memberitakan pembebasan kepada para tawanan, penglihatan kepada orang buta, membebaskan otrang-orang tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang. Semua orang terpesona mendengar perikop yang dibacakan Yesus. Ia hanya memberi komentar singkat: “Pada hari ini genaplah ayat-ayat Kitab Suci itu pada saat kalian mendengarnya”. Semua orang yang berada di dalam Rumah Ibadat itu terpesona, heran dan takjub akan Yesus. Ternyata Yesus yang mereka kenal sebelumnya sudah berubah menjadi Rabbi. Ia menunjukkan kuasa dan wibawa-Nya pada saat membaca perikop Kitab Suci dari Kitab Nabi Yesaya ini.
Tuhan Yesus memiliki tugas mulia untuk mengadili orang yang hidup dan mati. Orang-orang mati dibangkitkannya. Orang-orang hidup dipersatukannya. Mereka yang miskin mendapatkan penghiburan Injili, orang-orang yang terbelenggu akan merdeka dalam Kristus. Orang-orang buta akan melihat dan orang-orang tertindas akan terhibur. Misi Yesus ini benar-benar mulia untuk mempersatukan orang-orang mati dan hidup. Apakah Yesus mudah melakukan perutusannya di dunia? Ia mengalalami penolakan, mulai dari kampung halamannya. Orang-orang tidak menerima-Nya. Orang-orang memarahi Yesus. Tetapi Yesus tetap pada komitmen-Nya untuk mempersatukan kita semua.
Kita bersyukur karena Tuhan mengasihi kita apa adanya. Ia tidak menghitung-hitung kesalahan dan dosa kita. Ia justru datang untuk mengadili orang yang hidup dan mati supaya memperoleh penebusan berlimpah. Terima kasih Tuhan Yesus, karena Injil-Mu benar-benar menjadi khabar sukacita bagi kami semua.
PJSDB