Homili 22 September 2017

Hari Jumat, Pekan Biasa ke-XXIV

1Tim 6:2b-12

Mzm 49: 6-10.17-20

Luk 8:1-3

Melayani Tuhan dengan sukacita

Saya pernah mengikuti misa syukur hidup membiara seorang suster selama dua puluh lima tahun. Perayaan Ekaristi berlangsung meriah, dihadiri oleh semua keluarga, kerabat, sahabat dan kenalannya. Ia memilih tema perayaannya: “Aku melayani Tuhan dengan sukacita”. Dalam sambutannya, suster jubilaris mengisahkan tentang tugas pelayanannya di dalam komunitas. Ia bercerita: “Banyak orang berpikir bahwa menjadi suster itu enak. Semuanya serba bahagia. Saya mengatakan tidaklah demikian. Sejak masuk biara saya harus berjuang untuk menjadi suster yang terbaik. Tugas saya selama 25 tahun ini adalah menjadi ibu dapur untuk merencanakan makanan dan minuman di komunitas selama lima belas tahun, dan selama sepuluh tahun  menjadi ibu di ruang jahit untuk menjahit pakaian para suster yang sobek dan keperluan lainnya. Semua tugas di dapur dan di ruang jahit saya lakukan dengan penuh sukacita”.

Semua orang yang mendengar kesaksian hidup suster ini merasa kaget. Mereka berpikir bahwa menjadi suster itu sama dengan wanita karier yang menghabiskan waktunya di depan computer, dan aneka pertemuan sana sini, ternyata menjadi suster itu harus bekerja keras. Saya mendengar kesaksian suster dan komentar umat yang hadir dengan senyum karena pengalaman suster juga mirip dengan pengalaman para pastor di komunitas masing-masing. Pastor juga bekerja kebun, bekerja di bengkel dan lain sebagainya. Semuanya dilakukan dengan penuh sukacita untuk kebaikan komunitas dan pelayanannya.

Pada hari ini kita mendengar kisah tentang komunitas Yesus. Ia bersama para pilihan-Nya, dalam hal ini para rasul-Nya berkeliling dari kota-kota dan dari desa ke desa untuk memberitakan Injil Kerajaan Allah. Ini adalah pekerjaan rutin yang dilakukan Yesus. Ia melakukan tugas perutusan Bapa untuk menyelamatkan semua orang. Dalam hal ini, Ia menyembuhkan orang-orang sakit, mengusir roh-roh jahat serta melenyapkan berbagai kelemahan manusiawi. Turut mendampingi Yesus adalah para wanita yang sudah mendapatkan kasih dan kebaikan Tuhan. Di antara mereka adalah Maria Magdalena, yang mengalami kasih dan kebaikan Tuhan karena daripadanya Tuhan Yesus mengusir tujuh setan. Kita dapat membayangkan tujuh setan benar-benar kuasa kegelapan yang luar biasa. Hanya Tuhan yang mampu melepaskannya. Yohana, istri Kuza dan Suzana dan wanita-wanita lain yang tidak disebutkan namanya. Mereka ini melayani komunitas Yesus dengan harta kekayaan mereka.

Kelompok yang menyertai Tuhan Yesus, boleh dikatakan sering terlupakan adalah para wanita saleh. Mereka tidaklah tampil hebat seperti para rasul yang dipanggil secara khusus oleh Tuhan Yesus. Namujn demikian kehadiran para wanita ini benar-benar memiliki arti yang sangat mendalam. Mereka memberi warna yang indah dalam komunitas Yesus, sebab dalam keheningan pelayanannya, mereka memberi harta milik mereka untuk karya-karya Tuhan. Mereka adalah penderma komunitas Yesus, tanpa membuat suatu perhitungan apa pun. Dari para wanita saleh ini kita belajar untuk menjadi murah hati kepada Tuhan dan sesama.

Mari kita memandang Tuhan Yesus dan komunitas-Nya. Dari sana kita belajar hal-hal yang menumbuhkan iman kita. Tuhan Yesus tidak kenal lelah melakukan pekerjaan-pekerjaan Bapa. Ia berkeliling, berbicara, bekerja. Semuanya untuk kemuliaan nama Bapa di Surga. Para rasul-Nya belajar dari ketekunan Yesus dalam mewartakan Injil Kerajaan Allah, menyembuhkan sakit penyakit, mengusir setan-setan. Kita juga belajar dari para wanita saleh yang berbagi dengan komunitas Yesus. Mereka memberikan harta kekayaan mereka tanpa mengitung untung dan rugi, tanpa menceritakan berapa yang sudah mereka berikan kepada Tuhan Yesus dan komunitas-Nya. Ini juga termasuk mewartakan Injil dengan hidup nyata.

Tantangan bagi kita sebagai Gereja masa kini adalah selalu ada orang tertentu yang menjadi musuh iman kita. Misalnya ada saja orang yang mengajarkan ajaran lain, tidak menurut ajaran sehat, yakni ajaran Tuhan kita Yesus Kristus dan tidak menurut ajaran yang sesuai dengan iman kita. Ada saja orang yang berlagak tahu tetapi sebenarnya ia tidak tahu apa-apa. Kita selalu mendapatkan pribadi-pribadi tertentu yang selalu mencari-cari soal atau mencari masalah. Ada yang bersilat kata, yang menyebabkan dengki, iri hati, fitnah, dan curiga, percekcokan antara orang-orang yang berfikiran tidak sehat, kehilangan kebenaran dan mengira bahwa agama itu suatu sumber keuntungan. Perkataan Paulus ini masih sangat actual. Banyak orang berpikir bahwa agama dapat membawa keuntungan tertentu. Apalagi kalau agama sudah diaduk dengan kepentingan politik. Pasti ada aksi bela agama tertentu.

Paulus mengatakan kepada Timotius bahwa kita tidak membawa apa-apa ke dalam dunia, kita pun tidak membawa apa-apa keluar dari dunia. Bagi Paulus, asal ada makanan dan pakaian atau kebutuhan dasar kita maka cukuplah. Ada orang yang mau menjadi kaya maka ia akan menggunakan cara-cara tertentu untuk memperkaya dirinya. Nafsu akan harta kekayaan dapat menghancurkan hidup manusia. Kebinasaan selalu menunggu kita. Kita juga diingatkan Paulus bahwa akar dari segala kejahatan adalah cinta akan uang. Hanya gara-gara uang, orang tanpa malu-malu meninggalkan imannya kepada Tuhan. Orang rela menderita secara sia-sia demi uang.

Apa yang seharusnya kita lakukan? Paulus mengatakan, “Jauhilah semua kejahatan, kejarlah keadilan, takwa, cinta kasih, kesabaran, dan kelembutan hati. Bertandinglah dalam pertandingan iman yang benar, dan rebutlah hidup yang kekal”. Ini benar-benar sebuah panggilan yang luhur dari Tuhan bagi kita semua. Sebuah panggilan di mana masing-masing kita memberikan diri dengan sukacita untuk kemuliaan Tuhan dan keselamatan jiwa-jiwa. Kita bersyukur dan memohon supaya Tuhan memampukan kita untuk melayani-Nya dengan sukacita.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply