Homili 13 November 2017

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXXII
Keb. 1:1-7
Mzm. 139:1-3,4-6,7-8,9-10
Luk. 17:1-6

Pikiranku tertuju kepada Tuhan!

Ada seorang sahabat yang suka membagikan pengalaman-pengalaman pribadinya. Mungkin dia merasa bahwa saya selalu menyediakan waktu untuk mendengarnya. Setiap kali mendengar sharing pengalamannya, saya juga merasa terbantu karena pengalaman-pengalamannya memang sederhana namun memiliki kekuatan-kekuatan tertentu yang dapat mengubah hidup pribadi saya juga. Misalnya pada suatu hari ia menceritakan sebuah kebiasaannya di rumah. Ia selalu meletakkan barang-barangnya di kamarnya dengan rapi. Dengan demikian memudahkannya untuk mengambilnya. Pengalamannya ini sangat sederhana, mungkin bagi banyak orang tidaklah bermakna, tetapi bagi saya sangat bermakna. Saya belajar dari pengalamannya untuk mendidik orang-orang muda untuk tertib dan rapi dalam segala hal. Pada suatu kesempatan ia menulis dalam bukunya kalimat ini: “Sejak saat itu pikiranku selalu tertuju kepada Tuhan”. Saya bertanya dan ia menjelaskannya kepadaku bahwa ini adalah pengalaman di dalam keluarganya. Ia pernah meragukan keberadaan Tuhan. Ia bergumul dan bergumul dengan dirinya. Ia berdialog dengan Romo pembimbingnya dan Romo pembimbing itu mengajaknya untuk selalu memusatkan perhatiannya kepada Tuhan yang mahabaik. Sejak saat itu ia berusaha untuk selalu dekat dengan Tuhan dan mengikuti seluruh perintah-perintahnya.

Mulai hari Senin, Pekan Biasa ke-XXXII ini, kita membaca Kitab Kebijaksanaan dalam liturgi Gereja Katolik. Mula-mula para penguasa dunia diajak untuk mengasihi kebenaran. Pikiran kita tentu tertuju kepada Tuhan Yesus sebagai Kebenaran sejati. Sebab itu kita mengasihi Yesus sang Kebenaran sejati. Selanjutnya, kita semua diajak supaya pikiran kita selalu tertuju kepada Tuhan dengan tulus dan iklas. Kita mencari Tuhan dengan tulus hati. Tuhan membiarkan diri-Nya ditemukan oleh orang-orang yang tidak mencobai-Nya, Ia juga menampakkan diri kepada orang-orang yang tidak menaruh syak wasangka terhadap-Nya. Kebenaran mampu mengubah kehidupan pribadi kita di hadapan Tuhan dan sesama. Hal terpenting di sini adalah bagaimana kita berusaha untuk selalu memusatkan perhatian kepada Tuhan dan sesama. Kebijaksanaan adalah jalan kekudusan bagi kita masing-masing. Kebijaksanaan tidak tinggal dalam suasana yang penuh dosa dan tidak masuk ke dalam hati yang keruh.

Kebijaksanaan adalah roh yang sayang akan manusia. Si penghujat tidak dibiarkannya terluput dari hukuman karena ucapan bibirnya. Tuhan selalu memperhatikan hati nurani manusia dan ucapan-ucapannya. Roh Tuhan menguasai kehidupan manusia. Manusia yang hidup dalam Roh akan menunjukkan buah-buah dari Roh yakni: “Kasih, Suka cita, Damai sejahtera, Kesabaran, Kemurahan, Kebaikan, Kesetiaan, Kelemahlembutan dan Penguasaan diri.” (Gal 5:22-23). Buah-buah Roh ini harus mendarah daging dalam hidup kita. Artinya kita menunjukkan buah-buah Roh dalam perbuatan-perbuatan nyata. Misalnya usaha kita untuk hidup berdampingan dengan sesama kita. Buah-buah Roh ini dengan sendirinya akan terpancar dari dalam hati kita dan dirasakan oleh sesama kita.

Tuhan Yesus dalam bacaan Injil hari ini memberikan nasihat-nasihat yang indah supaya kita mewujudkan kebijaksanaan dalam hidup bersama. Ia mengingatkan kita supaya jangan menyesatkan sesama, terutama mereka yang lemah dan tak berdaya. Banyak kali orang menggunakan kuasa untuk menyesatkan mereka yang lemah dan tanpa kuasa. Pelecehan sexual, kekerasan fisik dan kekerasan verbal, tindakan streotip terhadap pribadi atau suku tertentu merupakan hal-hal yang berhubungan dengan kekuasaan seseorang. Hal terbaik yang Tuhan kehendaki bagi kita adalah supaya kita saling menjaga bukan saling menyesatkan satu sama lain. Sebab itu apabila ada saudara yang berdosa, kita memiliki tanggung jawab untuk menegur dan mengoreksinya.

Dikatakan juga bahwa apabila saudara yang menerima koreksi persaudaraan itu dapat menyesali perbuatannya maka tugas kita adalah mengampuninya. Mengampuni berarti berusaha untuk melupakan masa lalu dari saudara dimaksud. Mengampuni itu tiada batasnya sama seperti pengampunan yang Tuhan anugerahkan kepada kita. Kemampuan untuk mengampuni bisa berhasil kalau kita mengandalkan iman kepada Tuhan. Iman kepada Tuhan memampukan kita untuk mengubah dunia menjadi lebih baik lagi. Kita beriman kepada Tuhan berarti kita memfokuskan seluruh perhatian kita hanya kepada Tuhan.

Pada hari ini kita patut berdoa bersama para Rasul: “Tambahkanlah iman kami!” Tuhan sudah memberikan iman sebagai anugerah cuma-cuma namun banyak kali kita lupa sehingga menunjukkan diri kita seperti orang yang tidak beriman. Kita membutuhkan Roh Kudus yang yang akan mengorientasikan kita kepada Tuhan. Kita berdoa supaya seluruh pikiran kita tertuju hanya kepada Tuhan. Dia adalah segalanya bagi kita sebab kita percaya kepada-Nya.

PJSDB

Leave a Reply

Leave a Reply