Homili 11 April 2018

Hari Rabu, Pekan Paskah II
Kis 5:17-26
Mzm 34:2-3.4-5.6-7.8-9
Yoh 3:16-21

Kasih yang membebaskan!

Seorang pemuda menulis dalam catatan hariannya tentang pengalamannya setiap hari. Dia pernah menunjukkan catatannya itu kepada saya. Saya membaca dan menemukan banyak hal yang sederhana namun sangat inspiratif sebagai bahan permenungan. Saya membaca sharing pengalamannya berjudul “Kasih yang membebaskan” dan memintanya untuk menjelaskan pengalamannya ini. Ia lalu mulai menceritakan pergumulannya mulai dari dalam keluarganya sendiri hingga di tempat kerjanya saat ini. Di dalam keluarganya, ia sering dimarahi dan direndahkan oleh saudara-saudaranya. Namun ia selalu membalas dengan kebaikan. Hasilnya adalah ia merasa lebih bahagia dari pada saudara-saudaranya yang lain. Ia mengalami hal yang sama di tempat kerjanya. Ia berusaha untuk bekerja secara professional. Namun semua ini tidak luput dari berbagai kritikan dan cemohan yang diberikan oleh rekan-rekannya. Ia hanya berusaha untuk tenang dan membalasnya dengan kebaikan. Semakin lama ia berbuat bai, ia mengaku sungguh-sungguh melihat perubahan perilaku saudari dan saudara dalam keluarga dan juga di tempat kerja. Pengalaman semacam ini membuatnya semakin menyadari kasih Tuhan.  Kasih Tuhan telah membebaskannya dari berbagai persoalan kehidupan dalam keluarga dan tempat kerja. Saya merasa bahagia membaca sharing pengalamannya ini.

Banyak di antara kita mungkin memiliki kemiripan berkaitan dengan pengalaman pemuda ini. Mungkin ada sedikit perbedaan bahwa ada yang tidak mengabdikan pengalaman kesehariannya dalam bentuk tulisan atau berani untuk membagikan pengalaman itu secara lisan dengan orang-orang yang ada di sekitar kita. Membagi pengalaman keseharian seperti pengalaman suka dan duka itu baik adanya. Pada saat kita membagi pengalaman kepada orang lain, kita sebenarnya membagi beban kehidupan dan sukacita kehidupan kepada sesama yang lain. Bagaimana rasanya setelah berbagi pengalaman hidup? Ada sukacita yang besar dalam diri kita. Hidup kita serasa makin ringan dan legah. Kasih yang membebaskan dapat menopang kita untuk keluar dari zona yang membuat kita tidak berkembang menjadi pribadi yang lebih berkembang.

Kita mendengar bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini begitu insipiratif, terutama dalam kaitannya dengan kasih yang membebaskan. Dalam bacaan pertama kita mendengar pengalaman Petrus dan Yohanes. Kedua murid Yesus ini berani berbicara kepada banyak orang Yahudi bahwa Yesus dari Nazaret adalah Tuhan. Dialah satu-satunya keselamatan manusia. Ia telah wafat dan bangkit dengan mulia, dan bahwa sebagai rasul-rasul, mereka adalah saksi-saksinya. Tentu saja ajaran-ajaran para rasul ini membuat banyak orang Yahudi percaya dan beralih kepada Yesus Kristus. Lebih lagi ketika mereka sendiri melihat para rasul menyembuhkan orang lumpuh dalam nama Yesus Kristus dari Nazaret. Hal ini tentu membuat para imam besar Yahudi dan kaum Saduki sebagai pengikut mereka merasa sangat iri hati. Mereka berusaha untuk menangkap dan memenjarakan mereka di penjara kota. Namun dikisahkan bahwa ada satu hal yang mengherankan mereka, sebab pada malam hari, ada seorang malaikat Tuhan yang datang membuka pintu penjara dan membawa mereka keluar. Malaikat bahkan masih berpesan: “Pergilah, berdirilah di Bait Allah, dan beritakanlah seluruh firman hidup itu kepada orang banyak” (Kis 5:20).

Para Rasul mengikuti seluruh petunjuk malaikat. Mereka mengalami pembebasan karena kasih Tuhan dan mereka siap untuk mewartakan kasih Tuhan. Apa yang harus mereka lakukan? Mereka siap untuk pergi dan mewartakan Yesus sebagai Firman hidup di dalam Bait Allah. Kita melihat kekuatan Roh Kudus yang begitu luar biasa di dalam diri para rasul. Sebab itu tanpa basa-basi mereka mewartakan pengalaman mereka akan kasih Tuhan yang telah membebaskan mereka. Apa yang dialami para rasul ini merupakan karya kasih Tuhan yang begitu luhur bagi mereka. Para rasul mengalami penindasan, kekerasan fisik dan verbal namun mereka tetap teguh kepada Tuhan. Hidup kristiani akan bermakna ketika kita juga mampu bertahan dalam penderitaan dan kemalangan.

Raja Daud dalam Mazmur berdoa begini: “Karena Tuhan jiwaku bermegah; biarlah orang-orang yang rendah hati mendengarnya dan bersukacita. Orang yang tertindas dan Tuhan mendengar. Ia menyelamatkan dia dari segala kesesakan.”(Mzm 34:2.6). Kita mengalami kasih Tuhan yang membebaskan maka hendaknya jiwa kita tetap bermegah di dalam Tuhan. Orang-orang rendah hati akan belajar dari Tuhan Yesus yang lemah lembut dan rendah hati. Tuhan sendiri bertindak sebagai satu-satunya penyelamat kita.

Dalam bacaan Injil kita mendengar bagaimana Tuhan menunjukkan kasih-Nya yang membebaskan kepada semua orang. Tuhan Yesus berkata kepada Nikodemus: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Sebab Allah mengutus Anak-Nya ke dalam dunia bukan untuk menghakimi dunia, melainkan untuk menyelamatkannya oleh Dia.” (Yoh 3:16-17). Tuhan menunjukkan kasih-Nya yang membebaskan dengan mengutus Yesus Kristus Putera-Nya. Ia datang dari atas untuk menyelamatkan kita semua yang percaya kepada-Nya dan dari situ Ia membawa kita ke atas untuk tinggal bersama-Nya selama-lamanya. Ia datang bukan untuk menghakimi atau mencari-cari kesalahan kita, melainkan untuk menyelamatkan kita semua. Kita dipanggil untuk percaya kepada-Nya agar tidak mendapat kebinasaan.

Masalahnya adalah manusia belum memiliki kemampuan untuk menyadari kasih Tuhan yang membebaskan. Manusia masih terikat oleh kegelapan dan belum sepenuhnya membuka dirinya kepada terang. Kejahatan masih merajalela dan menguasai hidup banyak orang. Manusia juga belum mencintai kebenaran sejati dalam nama Yesus Kristus. Orang yang mencintai kebenaran akan hidup oleh dan bagi Tuhan. Pada hari ini kita semua disadarkan untuk kembali merasakan kasih Tuhan yang membebaskan. Paskah merupakan pengalaman akan kasih Tuhan yang membebaskan. Kita dibebaskan atau dibenarkan oleh kebenaran yakni Yesus Kristus Tuhan kita.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply