Food For Thought: Jangan ada kata ‘benci’

Jangan ada lagi kata ‘benci’

Dua tahun yang lalu, tepatnya tanggal 13 Mei 2016, saya menulis status FB yang saya kutip dari perkataan St. Yustinus, Martir. Filsuf Kristen pertama ini berkata: “Meski kami orang kristen dibunuh dengan pedang, atau dibuang ke moncong-moncong binatang buas, atau pun disiksa dengan belenggu dan api, kami tidak akan murtad dari iman kami. Sebaliknya semakin hebat penyiksaan, semakin banyak orang demi nama Yesus, bertobat dan menjadi orang saleh”. Saya melihat kembali memori yang ditampilkan FB, dan betapa terkejutnya saya sebab apa yang saya tulis berdasarkan perkataan orang kudus ini benar-benar terjadi. Pada tanggal 13 Mei 1981, Paus Yohanes Paulus II ditembak dari jarak dekat oleh Mehmet Ali Agca. Pada tanggal 13 Mei 2018, tiga buah gereja diserang teroris dengan adanya bom bunuh diri. Banyak jiwa yang tak bersalah ikut menjadi korban. Ini jauh di luar rencana dan keinginan mereka sendiri. Semuanya sudah terjadi maka yang ada sekarang ini sedang berlangsung adalah lancarnya aneka ujaran kebencian secara langsung maupun tidak langsung melalui media sosial. Tetapi kalau kita kembali pada pada perkataan St. Yustinus maka kita akan sadar bahwa hidup Kristiani memang demikian. Kita benar-benar mengalami hidup Yesus Kristus zaman ini.

Kita menjadi pengikut Yesus Kristus  berarti kita masuk sekolah P. Sekolah P berarti Sekolah Pendiritaan. Tuhan Yesus pernah berkata: “Lihat, Aku mengutus kamu seperti domba ke tengah-tengah serigala!” ( Mat 10:16).  Apakah kita harus takut? Tidak! Kita tidak harus takut sebab rambut kepala kita juga terhitung semuanya (Mat 10:30). Ya, hanya Tuhan, Penebus kita yang mampu menghitung rambut di kepala kita. Di bagian lain Tuhan Yesus berkata: “Dan janganlah kamu takut kepada merekayang dapat membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa” (Mat 10:28). Maka jangan takut! Tuhan tetap beserta kita dan tetap melindungi kita semua.

Apa yang sedang terjadi di antara kita saat ini? Ada satu kata yang mendominasi semua kata yakni kata benci dibandingkan dengan kata kasih. Apakah anda masih membenci saudara dan sahabatmu saat ini? Apa yang anda rasakan pada saat sedang membenci seseorang? Anda sendiri tentu mengalami berbagai kesulitan karena dapat membenci orang lain. Tetapi apa untungnya anda  setelah seharian penuh membenci sesamamu?” Selagi manusia membenci maka ia tidak memiliki kasih sayang yang besar. Semua karena rasa benci. Kita melihat sendiri suku-suku tertentu yang berteriak menunjukkan rasa bencinya. Seakan kasih tidak berlaku padaha;l kita semua 

Soe Hok Gue, seorang pejuang nasional berdarah Tiongkok berkata: “Tak ada lagi rasa benci pada siapapun. Agama apapun, ras apapun dan bangsa apapun.” Kata-kata ini memang singkat,  bermakna dan memiliki daya transformatif yang luar biasa. Kita mengisi kehidupan ini dengan menghargai nilai-nilai kehidupan manusia. Bob Merley, pernah mengungkapkan isi hatinya. Ia berkata: “Hidup adalah satu jalan besar dengan adanya banyak pertanda. Jadi, ketika Anda menjalani rutinitas, jangan mempersulit pikiran. Larilah terlepas dari kebencian, kejahatan dan kecemburuan. Jangan mengubur pikiran anda, jadikan visi Anda menjadi kenyataan.”

Saya mengakhiri refleksi ini dengan mengambil sebuah kutipan yang bermakna: “Kegelapan tidak bisa mengusir kegelapan; hanya cahaya yang bisa melakukannya. Kebencian tidak akan mampu menghapus kebencian; hanya cinta yang mampu melakukannya.” (Martin Luther King, Pejuang HAM Amerika). Hanya cinta yang dapat menghapus kebencian! Maka jangan ada lagi kata “benci”. Kasih adalah segalanya.

Damai Tuhan

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply