Homili Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus 2018

Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus
Hos 11:1.3-4.8c-9
MT (Yes) 12:2-3.4bcd.5-6
Ef 3: 8-12.14-19
Yoh 19:31-37

Memandang dan belajar pada Yesus

Pada pagi hari ini saya menerima kiriman sebuah lagu rohani berjudul: “Kaulah harapanku”, yang dipopulerkan oleh Sari Simorangkir beberapa tahun yang lalu. Tentu saja sebagai seorang yang berada jauh dari negeri sendiri, lagu rohani seperti ini memiliki makna tersendiri. Saya sendiri merasa sangat diteguhkan ketika mengulangi refrainnya: “Kupandang wajah-Mu dan berseru, pertolonganku datang dari-Mu. Peganglah tanganku, jangan lepaskan. Kaulah harapan dalam hidupku”. Saya membayangkan sedang berada di bawah kaki salib Yesus dan memandang wajah Yesus yang berlumuran darah karena dosa dan salahku. Betapa Tuhan Yesus mengasihiku sampai tuntas. Terima kasih Tuhan Yesus, aku memiliki kesempatan untuk memandang-Mu sekali lagi secara rohani pada pagi hari ini, bertepatan dengan Hari Raya Hati-Mu yang Mahakudus.

Bacaan-bacaan Kitab Suci pada Hari Raya Hati Yesus Yang Mahakudus ini membantu kita untuk lebih focus lagi pada Tuhan Yesus yang mengasihi kita sampai tuntas (Yoh 13:1). Mari kita mendalami bacaan pertama dari nubuat Hosea. Nabi Hosea sudah memiliki ide yang jelas bahwa Allah Bapa kita adalah kasih. Bagaimana tanda-tanda Allah Bapa adalah kasih menurut Hosea? Tuhan Allah Bapa sendiri bersabda bahwa ketika Israel masih muda Ia sudah mengasihinya. Israel adalah anak yang dipanggil oleh Tuhan Allah untuk kembali dari tanah asing di Mesir ke tanah yang sudah dijanjikan-Nya kepada Abraham dan keturunannya. Tuhan Allah sendiri mengajar Efraim untuk berjalan, mengangkat dengan tangan-Nya, serta menyembuhkan sakit penyakitnya. Tuhan Allah menarik Israel dengan tali kesetian dan ikatan kasih. Ia bahkan membungkuk dan memberi makan kepada mereka. Segala murka-Nya hilang dan yang ada hanya belas kasih semata padahal murka Tuhan digambarkan menyala-nyala. Ini tentu sangat menakutkan.

Di pihak manusia, ternyata manusia tetap hidup dalam dosa. Orang-orang yang menerima pewartaan Hosea saat itu masih senang menyembah berhala dan menutup diri kepada Allah Abraham, Allah Ishak dan Allah Yakub. Orang-orang yang menyembah berhala dikatakan sebagai pelacur, tidak setia kepada Yahwe. Istri Hosea saja tidak setia dan disebutnya melacurkan diri dengan dewa-dewi lain di Samaria. Hati mereka keras dan tidak mau insaf dengan Tuhan. Meskipun manusia tidak setia tetapi Tuhan tetap setia. Ia menunjukkan kasih setia-Nya dengan tidak murka kepada manusia. Allah sungguh-sungguh kasih. Ia tidak menghitung-hitung kesalahan manusia. Nabi Mikha bersaksi: “Biarlah ia kembali menyayangi kita, menghapus kesalahan-kesalahan kita dan melemparkan segala dosa kita ke dalam tubir-tubir laut.” (Mi 7:19).

St. Paulus, di dalam bacaan kedua, memfokuskan perhatian kita pada kasih Kristus. Ia mula-mula merendahkan dirinya di hadirat Tuhan dan sesama dengan mengatakan bahwa dialah yang paling hina di antara segala orang kudus. Namun dalam kehinaannya itu, Tuhan sendiri menganugerahkan kasih karunia sebagai pewarta sukacita kepada semua orang tentang Yesus Kristus. Ia mangatakan kepada jemaat di Efesus bahwa Tuhan menugaskannya untuk mewartakan isi rahasia yang telah berabad-abad tersembunyi dalam Allah, sang pencipta segala sesuatu. Isi rahasia itu adalah Tuhan Yesus Kristus yang kita imani dan ikuti dari dekat. Menurut Paulus, hanya di dalam Yesus Kristus, kita dapat memperoleh keberanian dan jalan menuju kepada Tuhan Allah Bapa kita.

Sebagai seorang utusan Tuhan (Rasul), Paulus tidak hanya mewartakan kasih Tuhan. Ia juga mendoakan semua orang yang sudah menerima pewartaannya supaya mereka dapat mengenal lebih dalam Yesus Kristus dan Injil-Nya. Paulus berkata: “Aku berdoa supaya kamu bersama dengan semua orang kudus dapat memahami betapa lebar dan panjangnya, betapa tinggi dan dalamnya kasih Kristus; juga supaya kamu dapat mengenal kasih Kristus itu, sekalipun melampaui segala pengetahuan.” Ia juga berdoa supaya seluruh jemaat dapat hidup dalam kepenuhan Allah.

Di sini kita melihat bahwa hal yang menjadi fokus pewartaan Paulus adalah kasih Kristus. Kasih Kristus itu sungguh luar biasa, maka setiap orang perlu mengalami dan mengaguminya. Caranya adalah setiap pribadi masuk ke dalam kasih Kristus yang lebar, panjang, tinggi dan dalam meskipun melampaui pengetahuannya. Pengalaman pribadi ini akan mengantar kita yang mengaku percaya kepada-Nya untuk masuk dalam kepenuhan Allah. Dengan sendirinya kita menjadi saksi kasih Kristus kepada semua orang.

Penginjil Yohanes membantu kita untuk memahami arti cinta kasih yang sebenarnya. Cinta kasih Kristus menjadi sempurna karena ada nilai luhur dari pengorbanan diri-Nya. Bolehlah dikatakan bahwa cinta kasih yang benar adalah cinta kasih yang memiliki nilai pengorbanan yang luhur. Mari kita memandang Yesus tersalib dan pengorbanan-Nya. Ia merelakan diri dengan wafat di kayu salib. Meskipun sudah tidak bernyawa, tubuh-Nya yang kudus masih dilukai oleh senjata tajam yakni lambung-Nya ditikam oleh seorang prajurit sehingga keluar darah dan air. Semua ini menggenapi perkataan dalam Kitab Suci bahwa tidak ada tulang-Nya yang akan dipatahkan dan bahwa mereka memandang kepada Dia yang telah mereka tikam.

Kita memandang Yesus yang mengasihi kita gratis tanpa menutut bayaran apapun. Kasih penuh pengorbanan yang membuat hidup kita menjadi bermakna di hadirat Tuhan. Saya mengingat St. Theresia dari Kalkuta. Ia berkata: “Engkau harus belajar dari Hati Yesus. Itulah mengapa Yesus berkata: “Belajarlah dari pada-Ku” – bukan belajar dari buku”. Kita memandang Yesus tersalib, terluka dan belajar tentang makna kasih yang sebenarnya. Kasih bukan sekedar berkata tentang kasih tetapi kasih selalu nyata dalam perbuatan. Yohanes pernah berkata: “Anak-anakku, marilah kita mengasihi bukan dengan perkataan atau dengan lidah, tetapi dengan perkataan dan dalam kebenaran.” (1Yoh 3:18).

Saya mengakhiri homili ini dengan mengutip perkataan seorang sahabat: “Simbol dari cinta kasih yang benar adalah salib bukan hati. Sebab hati dapatlah hancur tetapi Dia yang tersalib akan tetap mengasihi sampai tuntas.” Mari kita menimbah kasih dari Yesus Tuhan kita. Pandanglah Yesus dan belajarlah pada-Nya.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply