Merdeka!
Pada malam hari ini saya diminta untuk menulis sebuah artikel tentang kemerdekaan. Saya merenung sejenak dan dan berpikir hendak memulai dari mana untuk merenung tentang kemerdekaan. Tiba-tiba wajah Nelson Mandela lewat di dalam pikiranku. Maka saya coba-coba mengingat buah pikiran Mandela tentang kemerdekaan. Salah satu kalimat terkenalnya adalah: “Tak ada jalan mudah untuk mencapai kemerdekaan di mana pun. Banyak dari kita berkali-kali harus melewati lembah dengan bayangan kematian sebelum mencapai puncak cita-cita kita itu.” Kiranya perkataan Mandela ini tepat karena apa yang dibicarakannya adalah buah pengalaman pribadinya sebagai seorang pejuang di Afrika Selatan tempo doeloe.
Saya sepakat dengan Mandela. Untuk mencapai suatu kemerdekaan yang abadi memang tidak ada jalan yang mudah. Orang harus berkurban, berjuang hingga titik darah yang terakhir demi bonum comune.Perjuangan itu ditelusuri melalui lembah dan bayangan kematian. Itulah hidup para pahlawan yang tidak memikirkan diri, kelompok dan golongannya tetapi memikirkan bangsa dan negara. Mereka dikenang karena berjuang bahkan mati sebagai martir bangsa bagi banyak orang. Saya mengingat perkataan Soekarno, pendiri dan presiden pertama di negeri ini: “Kemerdekaan hanyalah diperdapat dan dimiliki oleh bangsa yang jiwanya berkobar dengan tekad merdeka, merdeka atau mati!”
Masalahnya adalah apakah kita semua sudah cukup merasakan, mengalami dan terus memperjuangkan kemerdekaan yang sudah ada? Ternyata Kemerdekaan yang diperoleh belum sepenuhnya dialami oleh semua orang. Hak-hak hidup setiap orang sebagai warga negara belum dijamin sepenuhnya. Sebut saja kebebasan berpendapat masih terus diperjuangkan. Banyak orang yang masih tewas karena karakternya dibunuh begitu saja oleh mereka yang berkuasa. Dalam hal beragama, ternyata orang masih belum merdeka. Betapa sulitnya mendapat ijin untuk membangun tepat beribadah, atau kalau sudah memiliki tempat beribadah, belumlah menjadi jaminan untuk merdeka dalam beribadah. Agama sudah bercampur aduk dengan politik sebab orang belum mengerti tentang agama dan politik. Maka pengalaman kemerdekaan bagi setiap pribadi memang masih minim.
Meskipun pengalaman kemerdekaan bagi setiap pribadi masih minim namun harus tetap diperjuangkan. Para pahlawan tidak hanya duduk untuk bersilat lidah. Mereka justru menumpahkan darahnya bagi bonum comune. Sebab itu setiap pribadi sebagai warga negara memiliki tanggung jawab moral untuk memperjuangkan kemerdekaan. John F Kennedy pernah berkata: “Jangan tanyakan apa yang negara berikan kepadamu, tapi tanyakan apa yang kamu berikan kepada negaramu!” Banyak kali kita sebagai warga negara hanya menuntut supaya negara memperhatikan kita tetapi kita sendiri tidak memiliki andil untuk memperjuangkan kemerdekaan. Kita dapat mengisi kemerdekaan sebagai warga negara yang taat terhadap undang-undang dan peraturan kenegaraan yang berlaku.
Lalu?
Kita harus belajar untuk malu sebab kehadiran kita adalah kunci kegagalan kita sebagai warga negara yang baik. Warga negara yang tidak berlaku sebagai warga negara yang baik. Korupsi, kolusi dan nepotisme juga penyalagunaan kekuasaan masih merajalela. Ini menunjukkan bahwa kemerdekaan masih belum dicapai dan dialami oleh semua orang. Warga negara yang hanya menutut haknya dan lupa akan tanggung jawab dan kewajibannya. Ini juga masih menguasai hidup banyak orang yang belum berjuang untuk mengisi kemerdekaan dengan baik.
Saya menutup refleksi ini dengan mengutip perkataan inspiratif dari Jenderal Sudirman: “Bahwa kemerdekaan satu negara, yang didirikan diatas timbunan runtuhan ribuan jiwa-harta-benda dari rakyat dan bangsanya, tidak akan dapat dilenyapkan oleh manusia siapapun juga.” Saya secara pribadi percaya bahwa kebenaran akan memerdekakan kita (Yoh 8:32). Hanya Tuhan Yesus saja yang dapat melakukannya dengan sempurna di dalam hidup kita. Merdeka!
PJ-SDB