Homili 3 September 2018

Hari Senin, Pekan Biasa ke-XXII
Peringatan Wajib St. Gregorius Agung
1Kor. 2:1-5
Mzm. 119:97,98,99,100,101,102
Luk. 4:16-30

Mengabdi Tuhan sampai tuntas

Gregorius Agung adalah orang kudus kelahiran kota Roma sekitar tahun 540. Ayahnya bernama Gordianus, seorang anggota Majelis Tinggi kota Roma dan ibunya bernama Celia. Gregorius muda dikenal sebagai pribadi yang cerdas. Ia tekun mempelajari Filsafat sehingga mendapatkan hasil yang bagus. Ia juga menekuni bidang ain seperti bahasa Latin, retorika, ilmu alam, sejarah, matematika, musik dan hukum. Pada usia yang masih muda, ia diangkat menjadi gubernur kota Roma. Hidupnya mulai berubah setelah ayahnya meninggal dunia. Ia mengubah rumahnya yang megah menjadu sebuah biara sederhana. Ia sempat menjadi seorang biarawan yang saleh. Paus Pelagius mengangkatnya menjadi salah satu diakon kota Roma. Dia juga bakal menjadi pengganti Paus Pelagius. Dia menjadi pimpinan Gereja yang pandai membaca tanda-tanda zaman.

Ia memimpin Gereja katolik sebagai Paus selama empat belas tahun lamanya. Banyak pembaharuan dilakukannya, misalnya dalam bidang musik liturgi yang nantinya membuat ibadat liturgi menjadi lebih hidup. Kita mengenal lagu-lagu Gregorian, yang tidak lain diabdikan bagi namanya. Dia adalah seorang pengkotbah ulung. Dia memindahkan doa Bapa Kami setelah Doa Syukur Agung dalam perayaan Ekaristi. Dia menjadi Paus pertama yang bergelar ‘Servus Servorum Dei” (Hamba dari para hamba Allah). Semboyan ini menandakan sikap Paus sebagai wakil Kristus di dunia, serupa dengan Kristus sendiri yang datang ke dunia, taat sampai mati di kayu salib.

Santo Gregorius memberikan perhatian serta cinta kasih istimewa kepada orang-orang miskin serta orang-orang asing. Setiap hari ia biasa menjamu mereka dengan makanan yang enak. Ia juga amat peka terhadap penderitaan orang banyak yang disebabkan oleh ketidakadilan. Suatu ketika, semasa ia masih seorang biarawan, ia melihat anak-anak kulit putih dijual di pasar budak di Roma. Ia bertanya dari mana anak-anak itu berasal dan diberitahu bahwa mereka berasal dari Inggris. Gregorius merasakan suatu keinginan yang kuat untuk pergi ke Inggris untuk mewartakan kasih Yesus kepada orang-orang yang belum mengenal Tuhan itu. Setelah ia menjadi Paus, salah satu hal pertama yang dilakukannya adalah mengirimkan beberapa biarawan terbaiknya untuk memperkenalkan Kristus kepada rakyat Inggris. Tahun-tahun terakhir hidupnya dipenuhi oleh banyak penderitaan, namun demikian ia tetap bekerja untuk Gerejanya yang tercinta hingga akhir hayatnya. Santo Gregorius wafat pada tanggal 12 Maret 604. Hari pestanya diperingati Gereja pada hari ini, 3 September. St. Gregorius, doakanlah kami. Amen.

Bacaan-bacaan Kitab Suci hari ini membantu kita untuk bertumbuh sebagai pribadi-pribadi yang menimba kekuatan iman dari Tuhan. St. Paulus memfokuskan pewartaannya pada pribadi Yesus Kristus tersalib, bukan pada hikmat atau kata-kata manusiawi saja. Ia datang untuk melayani jemaat dalam kelemahan, sangat takut dan gentar. Ia sebagai rasul mewartakan bukan hanya dengan kata-kata atau hikmat, melainkan dalam keyakinan akan kekuatan Roh. Hanya dengan demikian maka iman sepenuhnya bergantung pada kekuatan Allah bukan pada kuasa manusia semata.

Paulus membagi pengalaman imannya ini untuk mengatakan kepada kita bahwa Tuhan adalah segalanya. Orang beriman selalu mengambil kekuatan dari Allah bukan mengandalkan dirinya di hadirat Tuhan. Ada banyak kelemahan manusiawi dan ketakutan tertentu namun semuanya ini bukanlah menjadi penghalang dalam mewartakan Tuhan Yesus Kristus dan Injilnya. Pengalaman rohani Paulus ini juga menjadi pengalaman Rohani St. Gregorius Agung. Prinsipnya adalah menjadi abdi atau hamba Tuhan. Ia berkata: “Orang yang tidak mempunyai cinta kepada Tuhan dan sesama tidak boleh ditugaskan untuk mengajar.” Di bagian lain beliau mengatakan: “Demi cinta kepada Kristus, aku tak henti-hentinya mewartakan tentang Dia.”

Pengalaman rohani St. Gregorius Agung, St. Paulus berakar pada pengalaman Yesus sendiri. Ketika mulai tampil di depan umum Ia menunjukkan kuasa-Nya sebagai Anak dalam Allah Bapa dalam Roh Kudus. Ia datang ke Nazareth, lalu mengungkapkan visi dan misi-Nya begini: “Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang.” (Luk 4:18-19). Semua mata tertuju kepada Yesus maka Ia juga mengatakan: “Pada hari ini genaplah ayat-ayat Kitab Suci pada saat kalian mendnegarnya.” (Luk 4: 21).

Tuhan Yesus menunjukkan diri-Nya sebagai hamba. Ia datang untuk melayani bukan untuk dilayani. Semangat menjadi hamba ini dia tunjukan bagi manusia yang menderita berbagai macam bentuk penderitaan akibat penindasan dan cacat cela manusa. Tugas Gereja masa kini adalah mengabdi manusia, menjadi penjala manusia. Pengabdian tanpa membedakan manusia dari suku, bangsa, rasa, dan agama tertentu. Tuhan menghendaki untuk mengabdi pada sesama seperti kita mengabdi diri sendiri. Mari mengabdi Tuhan sampai tuntas.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply