Tafsiran Rohani 1 Petrus 2:6-10

1. Bacaan 1Ptr 2:6-10

1Ptr 2:6 Sebab ada tertulis dalam Kitab Suci: “Sesungguhnya, Aku meletakkan di Sion sebuah batu yang terpilih, sebuah batu penjuru yang mahal, dan siapa yang percaya kepada-Nya, tidak akan dipermalukan.”
1Ptr 2:7 Karena itu bagi kamu, yang percaya, ia mahal, tetapi bagi mereka yang tidak percaya: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.”
1Ptr 2:8 Mereka tersandung padanya, karena mereka tidak taat kepada Firman Allah; dan untuk itu mereka juga telah disediakan.
1Ptr 2:9 Tetapi kamulah bangsa yang terpilih, imamat yang rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah sendiri, supaya kamu memberitakan perbuatan-perbuatan yang besar dari Dia, yang telah memanggil kamu keluar dari kegelapan kepada terang-Nya yang ajaib:
1Ptr 2:10 kamu, yang dahulu bukan umat Allah, tetapi yang sekarang telah menjadi umat-Nya, yang dahulu tidak dikasihani tetapi yang sekarang telah beroleh belas kasihan.

2. Penjelasan

Santu Petrus sedang berbicara dengan komunitasnya tentang bagaimana menjadi pengikut Kristus sejati. Sebab itu ia memberikan anjuran-anjuran penting (eksortasi). Mula-mula ia mengajak komunitasnya untuk membuang segala macam kejahatan, segala tipu muslihat, segala macam kemunafikan, kedengkian dan fitnah. Tentu saja Petrus sadar dan tahu suasana komunitasnya di mana persoalan-persoalan ini selalu ada dalam diri pribadi setiap anggota komunitasnya. Untuk apa menghindari ‘kegelapan’ dalam diri mereka? Jawabannya sederhana yakni supaya mereka menjadi baru di dalam Kristus. Menjadi baru itu identic dengan hidup baru, hidup sebagai orang kudus di hadirat Tuhan. Hidup baru atau hidup kudus membuka pintu keselamatan bagi setiap pribadi. Hidup bersama Tuhan karena dapat mengecap segala kebaikan-Nya.

Pikiran semua anggota komunitas dan kita yang membaca surat Petrus saat ini diarahkan kepada sosok Yesus Kristus Tuhan kita. Petrus sebagai ‘Wadas’ atau ‘Chefas’ di mana Yesus mendirikan Gereja-Nya mengarahkan hati dan pikiran kita kepada Yesus Kristus sendiri. Dengan latar belakang pemahamannya tentang dirinya sebagai wadas atau Chefas ini maka ia mengharapkan agar setiap orang dapat menjadi batu hidup (living stone). Batu-batu yang hidup ini benar-benar hidup di dalam Kristus, ada di dalam Kristus, bersatu dengan Kristus (Mat 16:18; Kis 4:11). Sebab itu Petrus tegas mengatakan bahwa setiap pengikut Kristus haruslah menjadi batu hidup di dunia ini: membangun rumah rohani, suatu imamat kudus, sebuah persembahan rohani.

Untuk lebih membantu pemahaman komunitasnya, Petrus mengarahkan perhatian mereka kepada semua perkataan yang dinubuatkan dalam dunia perjanjian lama tentang batu. Dalam hal ini Petrus mengutip nubuat Yesaya 28: 16 yang berbunyi: “Sesungguhnya, Aku meletakkan sebagai dasar di Sion sebuah batu, batu yang teruji, sebuah batu penjuru yang mahal, suatu dasar yang teguh: Siapa yang percaya, tidak akan gelisah!” Petrus membantu kita untuk membaca ayat ini dalam terang ajaran Kristiani dengan memfokuskan perhatian kita pada sosok Yesus Kristus. Yesus itu laksana batu, batu yang teruji, batu penjuru yang mahal, batu yang menjadi dasar yang kokoh. Batu hidup (kita yang dibaptis) yang bersumber pada Kristus (sang batu penjuru) tetap mengakui-Nya sebagai yang mahal, berharga. Kalau kita percaya kepada-Nya sebagai batu penjuru, kita sendiri tidak akan dipermalukan. Kita bersatu dengan Kristus berarti kita juga berharga di hadapan-Nya.

Bagaimana dengan mereka yang tidak percaya kepada Yesus? Petrus menyadarkan mereka dengan perkataan ini: “Batu yang telah dibuang oleh tukang-tukang bangunan, telah menjadi batu penjuru, juga telah menjadi batu sentuhan dan suatu batu sandungan.” Tuhan Yesus mengalami berbagai penolakan, bahkan dari keluarganya sendiri. Pada saat ini Ia juga masih mengalami penolakan dari dalam diri para pengikut-Nya sendiri. Maka di satu pihak Yesus adalah batu yang dibuang (akan menderita, wafat dan dimakamkan) dan akan menjadi batu penjuru (Ia bangkit dari kematian untuk menyelamatkan semua orang). Namun orang yang tidak percaya dan menolak-Nya, tidak taat kepada-Nya Ia adalah batu sandungan. Mari kita membaca Mazmur: “Batu yang dibuang oleh tukang-tukang bangunan telah menjadi batu penjuru. Hal itu terjadi dari pihak TUHAN, suatu perbuatan ajaib di mata kita.” (Mzm 118:22-23). Yesus adalah batu penjuru, kita adalah bagian dari-Nya.

Petrus memberikan anjuran yang lebih mendalam lagi, bernada optimisme bahwa orang-orang yang percaya kepada Yesus adalah bangsa terpilih, imamat yang Rajani, bangsa yang kudus, umat kepunyaan Allah. Orang yang jauh dari Tuhan mendekat dan bersatu dengan Tuhan karena Yesus sang batu penjuru. Keterpilihan adalah kehendak Allah bukan kehendak kita. Imamat Rajani karena Yesus sendiri adalah Imam Agung seturut Melkisedek. Dan kita semua dipanggil kepada kekudusan.

3. Simpulan

Semua eksortasi atau anjuran St. Petrus ini membantu kita untuk terbuka kepada Yesus sang batu penjuru dan bersatu dengan-Nya. Bersatu dengan Yesus berarti menjadi kudus. Maka jangan takut menjadi kudus.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply