Food For Thought: Masa lalu adalah guru kehidupan

Masa lalu sebagai guru kehidupan

Adalah Oscar Wilde (1854-1900). Beliau dikenal sebagai seorang penulis kenamaan dari Irlandia. Ia pernah berkata: “Setiap orang suci memiliki masa lalu (yang belum tentu baik) dan setiap pendosa memiliki masa depan (yang bisa jadi jauh lebih baik).” Perkataan sederhana ini sebenarnya mau mempertegas keyakinan banyak orang bahwa masa lalu adalah guru kehidupan. Atau mengikuti William Shakespeare: “Masa lalu hanyalah pembuka jalan anda menuju kejayaan.” Orang yang hidup dalam masa kekinian atau zaman now dan yang sedang bermimpi tentang masa depan pasti pernah memiliki masa lalu yang mendidiknya untuk menjadi lebih baik lagi. Orang yang tidak mampu berefleksi tentang dirinya tentu tidak akan mengenal masa lalunya. Ia seakan tidak memiliki sebuah fundasi yang kuat bagi hidupnya. Dia tidak lebih dari sebuah rumah yang hanya dibangun di atas pasir bukan di atas wadas yang kokoh.

Pada hari ini kita berjumpa dengan dua orang guru kehidupan tulen. Orang pertama adalah Petrus atau yang dikenal dengan nama Simon Petrus. Dia laksana wadas atau Chefas yang diangkat Yesus menjadi pemimpin untuk para rasul. Tugasnya adalah menguatkan saudara-saudaranya dan sebagai gembala yang baik. Namun sebelum menjadi gembala yang baik ia pernah menyangkal Yesus tiga kali. Pengalaman ia menyangkal Yesus tiga kali merupakan pengalaman ia tidak berkomitmen pada apa yang dia janjikan kepada Yesus untuk setia. Sebab itu di hadapan Yesus yang bangkit mulia ia membaharui komitmennya untuk mengasihi Yesus lebih dari yang lain. Yesus pun menerimanya dan mengatakan ‘ikutlah Aku’. Simon Petrus belajar dari masa lalu, memaafkan dirinya sendiri di hadapan Yesus dan menjadi baru. Kasih Yesus mengubah hidupnya.

Orang kedua adalah Paulus. Kita mengenalnya sebagai Saulus yang kejam terhadap para pengikut Yesus dari Nazaret. Namun pengalaman dalam perjalanan ke Damaskus telah mengubah seluruh hidupnya. Ia melihat cahaya sejati yang tidak lain adalah Yesus sang Terang dunia. Yesus membaharuinya menjadi manusia baru, Saulus menjadi Paulus. Dalam tiga kali perjalananan misionernya ia meletakkan dasar yang kuat bagi Gereja yaitu kasih. Baginya, kasih adalah segalanya. Dan kasih sejati adalah Yesus sendiri. Untuk itu ia menunjukkan kepada kita bahwa masa lalu adalah guru kehidupan. Ada transformasi radikal dari Saulus yang lama menjadi Paulus yang baru dan kudus. Di sini, kasih Yesus mengubah hidupnya.

Bagaimana dengan kita? Hidup kita tidak jauh dari masa lalu Petrus dan Paulus. Boleh dikatakan 11-12 dengan masa lalu kedua orang kudus ini. Tetapi mengapa mereka berubah? Karena mereka sungguh mengalami kasih Yesus dan membalasnya dengan mengasihi Yesus sampai tuntas. Kita mestinya seperti Petrus dan Paulus. Rasa syukur kita adalah tranformasi diri kita menjadi baru dalam Kristus. Indahnya hidup ini di hadirat Tuhan ketika kita sadar diri seperti Petrus dan Paulus untuk bertobat.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply