Homili Peringatan Wajib Santa Perawan Maria, Bunda Gereja

Peringatan Wajib Santa Perawan Maria, Bunda Gereja
Kej 3:9-15,20 atau Kis 1:12-14
Mzm 87:1-2,3,5,6-7 (Refren 3)
Yoh 19:25-34

Salib dan Ekaristi mengubah hidup kita

Adalah Paus Fransiskus. Pada tanggal 11 Februari 2018 silam, beliau mengumumkan kepada seluruh umat di dalam Gereja Katolik untuk merayakan peringatan wajib Santa Perawan Maria sebagai Bunda Gereja, tepatnya sehari setelah kita merayakan Hari Raya Pentakosta. Perayaan ini dirayakan pertama kali pada tanggal 3 Maret 2018 yang lalu. Maka tanggal tetapnya tidak ada. Pokoknya sehari setelah Pentakosta, pasti kita peringati Maria sebagai Bunda Gereja. Mengapa kita merayakannya sebagai Bunda Gereja? Sebab gereja Katolik lahir pada Hari Raya Pentakosta. Maka wajarlah apabila sehari setelah Pentakosta kita mengenang Maria, mempelai Roh Kudus yang menjadi Bunda Gereja.

Berkaitan dengan perayaan Maria sebagai Bunda Gereja, Perfek Kongregasi untuk Ibadat Ilahi Bapak Kardinal Robert Sarah mengatakan: “Perayaan ini akan membantu kita untuk mengingat bahwa pertumbuhan iman dalam kehidupan Kristen harus ditambatkan pada Misteri Salib, persembahan Kristus dalam Perjamuan Ekaristi dan kepada Bunda sang Penebus dan Bundanya mereka yang ditebus, sang perawan yang mempersembahkan dirinya kepada Tuhan.” Hal yang menarik perhatian kita di sini adalah Maria menjadi Bunda Yesus sang Penebus sekaligus sebagai Bunda kita semua yang ditebus. Hanya saja, banyak kali kita tidak percaya pada diri sendiri, ada perasaan tidak nyaman dan kehilangan harapan.

Apakah kita juga mau kehilangan harapan? Tentu saja kita tidak perlu kehilangan harapan sebab Tuhan Yesus Kristus tetap menyertai kita. Hidup kita harus selalu ditambatkan pada salib dan Ekaristi. Dua hal penting ini, yakni salib dan ekaristi menjadi kekuatan tersendiri bagi kita, sambil mengenang Bunda Maria sebagai Bunda Gereja. Salib dan ekaristi dapat mengubah hidup kita. Mengapa salib dan ekaristi menjadi penting dalam perayaan peringatan Bunda Maria sebagai Bunda Gereja? Ada dua alasan penting yakni pertama, Pada saat Tuhan Yesus disalibkan, Bunda Maria hadir di kaki salib Yesus. Pada kesempatan ini Yesus mengatakan kepada Maria ibu-Nya: “Ibu, inilah anakmu!”. Tuhan Yesus juga mengatakan kepada Yohanes, murid yang dikasihi-Nya: “Inilah ibumu!” Penyerahan Maria kepada Yohanes dan Yohanes kepada Maria melambangkan penyerahan Gereja kepada Maria dan penyerahan Maria kepada Gereja. Setelah Yesus menyerahkan Gereja dan ibu-Nya, Yesus pun menyerahkan diri-Nya kepada Bapa di surga. Sebab itu dikatakan: “In Cruce Salus” pada salib ada keselamatan. Sambil kita memandang Tuhan Yesus tersalib, kita memandang keselamatan. Bunda Maria adalah bunda yang berduka cita, bunda Gereja yang berduka.

Kedua, Ekaristi. Kita mengenang Maria Bunda Gereja sekaligus Bunda Ekaristi. Pada saat Yesus disalibkan, menjelang ajal-Nya, Ia masih meminta minum. Para algoju mencelupkan bunga karang dalam anggur asam, mencucukannya pada sebatang hisop, lalu mengunjukannya ke mulut Yesus. Usai meminum anggur asam itu, Yesus menyerahkan diri-Nya kepada Bapa di surga. Kita pasti mengingat dan mengenang mukjizat pertama yang dilakukan Yesus di Kana yakni mengubah air menjadi anggur. Penginjil Yohanes mengatakan bahwa inilah kesempatan bagi Yesus untuk menunjukkan kemuliaan-Nya dalam sebuah keluarga manusia. Namun, kemuliaan yang sempurna adalah ketika Yesus mencicipi anggur asam sebagai bagian dari penderitaan-Nya dan bahwa Ia menyerahkan diri secara total kepada Bapa di surga. Inilah Ekaristi yang benar yang selalu kita kenang, sebuah Ekaristi sebagai tanda persembahan diri Yesus yang total kepada Bapa di surga. Kita juga mengingat, ketika Yesus ditikam maka dari dalam Tubuh-Nya keluar darah dan air yang melambangkan sakramen-sakramen di dalam Gereja. Sakramen Ekaristi adalah salah satunya. Maka wajarlah Bunda Maria adalah Bunda Ekaristi, bunda Gereja.

Mari kita bertanya, apakah hati kita benar-benar tertambat pada salib dan sakramen Mahakudus? Mari kita memandang Bunda Maria. Dialah Bunda Gereja dan bunda kita semua. Dialah yang menjadi model kekudusan kita. Kita patut bersyukur karena memiliki Bunda Maria. Maria Bunda Gereja, doakanlah kami.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply