Homili 27 Juni 2019

Hmm Kalkulasi Melulu…

Banyak di antara kita yang memiliki kebiasaan melakukan ‘reuni angkatan’ atau ‘temu kangen’ angkatan ke sekian dari sebuah sekolah tertentu. Konon ada satu angkatan yang melakukan acara yang sama. Di sela-sela acara penuh sukacita selama weekend itu, mereka juga sempat memperbincangkan kehidupan seorang teman seangkatan yang tidak sempat hadir. Perhatikan sharing bersama dalam kata berikut ini: “Hidupnya serba perhitungan ya”, demikian kesan dari seorang teman seangkatan dalam acara temu kangen atau reuni angkatan ini. Seorang yang lain menambahkan: “Ia dari dulu belum berubah juga, sebab itu ia tidak rela mengikuti reuni angkatan kita”. Mereka yang lain hanya mengangguk, menyimak dan memilih no comment. Mungkin ini salah satu kebiasaan yang keliru dalam reuni angkatan karena tanpa sadar mereka menceritakan hidup pribadi seorang teman yang tidak hadir bersama mereka. Sebenarnya itu dosa!

Namun, poin saya adalah kebiasaan membuat perhitungan atau kalkulasi tertentu di dalam hidup ini. Tentu saja ada yang membuat kalkulasi karena melihat kemampuan dirinya dan juga dukungan ekonomi yang tidak memadai sehingga ia tidak berpartisipasi. Ada juga yang mungkin memiliki alasan lain yang menghalanginya untuk berpartisipasi dalam acara temu kangen seperti ini. Tetapi ada juga kebiasaan orang tertentu yang suka menghitung-hitung apa yang sudah diberikannya, disumbangkannya bagi lembaga atau pribadi tertentu. Bahkan lebih dari itu ada yang membuat perhitungannya dengan Tuhan.

Perhatikan ekspresi ini dalam Injil: “Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga?” (Mat 7:22). Ekpresi ini menandakan bahwa orang sering lupa Tuhan. Apa yang diterimanya berasal dari Tuhan bukan berasal dari dirinya. Reaksi Tuhan terhadap orang seperti ini adalah: “Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!” (Mat 7:23).

Pada hari ini kita belajar untuk menjadi murah hati seperti Tuhan sendiri. Hitung-hitungan itu baik adanya tetapi murah hati itu jauh lebih baik. Hidup kita bermakna bukan karena kita adalah orang kaya melainkan karena kita murah hati sehingga membuat orang lain menjadi kaya. Hanya dengan demikian Tuhan Yesus yang meskipun kaya tetapi rela menjadi miskin sehingga membuat kita semakin kaya di hadirat-Nya.

Tuhan memberkati.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply