Food For Thought: Utusan

Utusan

Saya sangat terkesan dengan perkataan Yesus dalam Injil: “Tuaian memang banyak, tetapi pekerja sedikit. Karena itu mintalah kepada Tuan yang empunya tuaian, supaya Ia mengirimkan pekerja-pekerja untuk tuaian itu.” (Luk 10:2). Gereja merenungkan perkataan Yesus ini sepanjang zaman, di mana tuaian selalu banyak dan pekerjannya terasa tetap sedikit. Tuhan Yesus sudah menyadarinya maka Ia menambahkan supaya ‘meminta’ kepada Tuan yang empunya tuaian untuk mengirim pekerjanya’. Meminta berarti berdoa seraya memohon supaya Tuhan mengirim para pekerja milik-Nya bagi tuaian yang melimpah itu. Maka para ‘pekerja’ adalah milik Tuhan, dan bahwa Tuhanlah yang mengirim bukan mereka mengirim diri mereka sendiri kepada tuaian. Para pekerja benar-benar ‘limited edition’ sebab banyak yang dipanggil tetapi sedikit saja yang dipilih.

Karakter yang kuat dari para pekerja adalah, pertama, para pekerja itu tidak bermental instan. Mereka tidak kuatir akan apa yang mereka makan, minum atau pakai. Mereka tidak akan bertanya: “Apakah ada signal?” atau “Apakah ada wifi?” Tuhan sendiri berjanji: “Seorang pekerja patut mendapat upahnya!” Kedua, para pekerja itu siap dan rela berkurban. Mereka tidak muka duitan dalam melayani tetapi melayani tanpa pamrih. Ketiga, para pekerja membawa damai dan menyembuhkan yang mereka layani. Sebab itu bukanlah perpecahan, bukanlah luka yang hendak diberikan dalam pelayanan. Maka dari itu orang-orang milik Tuhan ini benar-benar limited edition!

Utusan yang benar dan benar-benar utusan. Para utusan masa kini lebih banyak hidup dalam kekuatiran. Ketaatan, kemiskinan dan kemurnian nyaris menjadi selogan saja bagi orang tertentu dalam hidupnya. Para pekerja lupa diri sehingga menjadi tidak taat, suka protes dan bersungut-sungut. Para pekerja menjadi orang kaya baru dalam hidupnya. Para pekerja tidak setia menjaga kemurnian hidupnya dalam pikiran, perkataan dan perbuatan. Padahal para pekerja milik Tuhan yang selalu didoakan Gereja sebagai umat Allah.

Satu kata yang paling tepat bagi para pekerja yang limited edition yakni ‘mohon ampun’. Mohon ampun karena tidak menjadi pekerja yang benar dan benar-benar pekerja. Mohon ampun karena kemanusiaan lebih menonjol dari keilahian dalam hidup pribadi. Mohon ampun karena tidak menjadi teladan yang terbaik bagi Gereja. Hanya dengan bersujud dan memohon ampun maka Tuhan akan memulihkan para pekerja dan Geraja-Nya.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply