Homili 6 November 2019 – Injil Untuk Daily Fresh Juice

Hari Rabu Pekan Biasa ke-XXXI
Rm. 13:8-10
Mzm. 112:1-2,4-5,9
Luk. 14:25-33

Lectio:

Pada suatu ketika banyak orang berduyun-duyun mengikuti Yesus dalam perjalanan-Nya. Sambil berpaling Ia berkata kepada mereka: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Sebab siapakah di antara kamu yang kalau mau mendirikan sebuah menara tidak duduk dahulu membuat anggaran biayanya, kalau-kalau cukup uangnya untuk menyelesaikan pekerjaan itu? Supaya jikalau ia sudah meletakkan dasarnya dan tidak dapat menyelesaikannya, jangan-jangan semua orang yang melihatnya, mengejek dia, sambil berkata: Orang itu mulai mendirikan, tetapi ia tidak sanggup menyelesaikannya. Atau, raja manakah yang kalau mau pergi berperang melawan raja lain tidak duduk dahulu untuk mempertimbangkan, apakah dengan sepuluh ribu orang ia sanggup menghadapi lawan yang mendatanginya dengan dua puluh ribu orang? Jikalau tidak, ia akan mengirim utusan selama musuh itu masih jauh untuk menanyakan syarat-syarat perdamaian. Demikian pulalah tiap-tiap orang di antara kamu, yang tidak melepaskan dirinya dari segala miliknya, tidak dapat menjadi murid-Ku.

Demikianlah Injil Tuhan kita
Terpujilah Kristus

Renungan

Rela Melepaskan

Beberapa tahun yang lalu saya menghadiri sebuah perayaan tahbisan imamat dari sebuah Kongregasi. Dari semua calon imam yang ditahbiskan saat itu, terdapat seorang anak pengusaha dan dia sendiri pernah menjadi seorang pejabat penting di salah satu perusahaan keluarganya. Dia menjadi perbincangan dari banyak umat. Memang, sangatlah menarik ketika mendengar pembicaraan dua orang anak OMK tentang calon imam yang akan ditahbiskan ini. Ada seorang anak OMK yang mengatakan kepada temannya: “Lihatlah Romo muda yang akan ditahbiskan itu. Dia ganteng, pintar dan kaya, tapi sayang sekali dia hanya menjadi seorang gembala yang tidak memiliki apa-apa.” Seorang anak OMK yang lain hanya tersenyum dan berkata: “Saya justru melihat dia sebagai sosok yang hebat karena dia rela melepaskan dirinya sebagai pemuda ganteng, pintar dan kaya untuk membaktikan diri hanya bagi Tuhan dan umat. Orang seperti ini benar-benar ‘limited edition’. Saya bangga dengannya dan mau menjadi serupa meskipun kami berbeda level.”

Dialog kedua anak OMK ini kiranya mewakili banyak di antara kita ketika mengetahui latar belakang seseorang yang rela melepaskan segala-galanya untuk mengikuti Tuhan Yesus dari dekat. Ada orang-orang yang berpikiran seperti anak OMK pertama, yang hanya melihat penampilan fisik dan kepemilikan harta sebagai ukuran, lalu menimbulkan adanya penyesalan tertentu. Orang-orang seperti ini lupa bahwa untuk mengikuti Yesus dari dekat dalam sebuah panggilan hidup khusus, selalu berdasar pada kebebasan pribadinya. Seorang pribadi bebas untuk menentukan panggilan dan pilihan hidupnya. Ada juga orang-orang yang berpikiran tentang betapa luhurnya sebuah panggilan dan mendukungnya. Mereka ini berani melawan lupa dengan tidak memperhatikan keadaan fisik, kepandaiannya dan harta kekayaan pribadinya. Mereka ini justru membaktikan dirinya hanya bagi Tuhan dan demi kemuliaan-Nya, serta untuk semua umat yang dilayaninya. Ini merupakan sikap rela melepaskan bagi Tuhan dan sesama manusia.

Tuhan Yesus melalui bacaan Injil hari ini menegaskan dua hal penting untuk menjadi murid terbaik yang mampu mengikuti-Nya dari dekat:

Pertama, untuk mengikuti Yesus dari dekat butuh kerelaan untuk melepaskan diri dari segala kepemilikan, entah yang berhubungan dengan pribadi atau harta kekayaan tertentu. Sebab itu Yesus mengatakan kepada mereka yang berduyun-duyun mengikuti-Nya: “Jikalau seorang datang kepada-Ku dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya, anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya sendiri, ia tidak dapat menjadi murid-Ku. Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak dapat menjadi murid-Ku.” (Luk 14:26-27). Mungkin kita bertanya, apa artinya kata ‘membenci’ dalam ayat ini? Bukankan kata ini tidaklah baik, apalagi dalam usaha untuk mengikuti Yesus dari dekat? Kata ‘membenci’ dalam ayat ini menunjuk pada siapapun atau hal apapun yang menghalangi untuk berkomitmen dalam mengikuti Yesus haruslah kita jauhkan. Artinya Yesus haruslah menjadi pilihan utama untuk mengikuti-Nya.

Kedua, Kita butuh skala prioritas dalam mengikuti Yesus. Kita memang memiliki komitmen, namun komitmen akan menjadi semakin kuat kalau kita benar-benar memiliki kematangan hidup dan kebebasan pribadi. Artinya bahwa kematangan hidup dan kebebasan pribadi ini akan membantu kita untuk tepat dalam menentukan skala prioritas pilihan dan panggilan untuk mengikuti Yesus. Tuhan Yesus dalam bacaan Injil menambahkan dua contoh. Contoh pertama, orang yang bijak dalam membangun menara akan membuat perhitungan biaya yang tepat sehingga dapat menyelesaikan bangunannya itu. Dengan demikian tidak ada penghinaan baginya. Contoh kedua, seorang raja yang hendak berperang melawan raja lain harus matang dalam membuat perhitungan kekuatan untuk melawan musuh-musuhnya. Kedua contoh ini menunjukkan betapa pentingnya skala prioritas kita dalam mengikuti Tuhan Yesus. Kematangan hidup dan kebebasan pribadi membantu kita untuk menjadikan Yesus Kristus menjadi segalanya di dalam hidup kita.

Kedua hal penting yang dikatakan Yesus Kristus dalam perikop Injil hari ini yakni pentingnya kerelaan untuk melepaskan diri dari seseorang atau dari harta benda dan skala prioritas akan menjadikan kita sebagai ‘sungguh-sungguh’murid Kristus sejati. Kita tidak hanya ikut ramai dengan berduyun-duyun saja dalam mengikuti Yesus Kristus, tetapi benar-benar menjadi murid yang berkualitas dalam iman.

Tantangan bagi Gereja masa kini adalah banyak orang masih berpikir ‘berduyun-duyun’ mengikuti Yesus saja tetapi tidak mau menerima segala konsekuensi berupa salib dalam pemuridan. Ketika ada ancaman, penganiayaan dan aneka kesulitan lainnya, orang itu gampang menyerah dan meninggalkan Gereja. Ketika ia sudah tergiur oleh pribadi dan kekayaan tertentu maka mudah sekali meninggalkan Yesus Kristus. Untuk mengatasi tantangan ini maka kita perlu kembali kepada Kristus. Dia yang memanggil, memilih, menentukan, menyertai dan membenarkan perjalanan hidup kita Bersama-Nya hingga keabadian.

Doa: Tuhan Yesus, kami bersyukur karena Engkau memanggil kami untuk mengikuti Engkau dari dekat. Bantulah kami untuk berani dan rela melepaskan diri kami dari ikatan-ikatan yang menghalangi kami untuk mengikuti-Mu. Semoga Engkau selalu menjadi yang pertama dan utama dalam hidup kami. Amen.

PJ-SDB

Leave a Reply

Leave a Reply